Chapter 17 || Mereka kembali

Start from the beginning
                                    

"Kamu yang ngurus dia!" cuek Rimba membawa Ily menjauh dari keduanya. "Dan kamu," Rimba menatap orang yang menabrak Ily atau lebih tepatnya Ily yang menabraknya, "Urusan kita belum selesai," lanjutnya membawa Ily pergi.

Orang itu hanya menaikkan kedua bahunya tidak peduli. "Apa dia Queen?" tanyanya menatap Ily dengan senyum tertahan.

"Namanya Ily bukan Ratu, aku biasanya manggil dia Masha, kenapa emang? Jangan macam-macam! Atau lehermu akan tergantung di ujung Monas," cerocos Saka dapat lirikan sinis darinya.

"Emang kamu berani?"

"Ya---ya yailah, kan ada Hutan yang bakal bantu aku," jawabnya sok berani padahal dari nada suaranya orang juga tahu kalau Saka takut.

"Tunggu!" Saka berteriak pada Rimba dan Ily, "Apa kamu?! Ngapain kembali, sih? Bikin kesal aja, nambah deh musuh bubuyutan," gerundelnya meninggalkan orang di depannya.

"KALIAN NGGAK NYAMBUT AKU? ABANG, ADIK SAMA-SAMA DURHAKA!" lantangnya menatap kepergian ketiganya.

"WOI!"

"DIAM KAMU GARHA CURUT!" balas Saka dari kejauhan.

Sagarha Rivano Thomas, abang kandung Saka yang baru tiba dari London subuh tadi. Karena tidak bisa tidur, Garha langsung menuju taman untuk jogging. Ia tidak menyangka akan ketemu langsung dengan Ily, adik sepupunya begitu pun Saka dan Rimba. Bukannya ketemu di rumah malah ketemu di taman.

Berbicara mengenai Ily, Garha sudah mengetahui tentangnya, keluarga Thomas telah memberitahunya kecuali Rimba. Saka? Pria itulah yang selalu membagikan gambarnya bersama Ily, baik itu di grup chat Thomas Brothers dan sosmed lainnya.

*****

"Kamu kok gemasin, sini biar Abang cubit pipinya." Garha ingin mencubit pipi Ily tapi ditepis oleh Saka.

"Cuci tangan dulu pakai antiseptik biar tangannya bersih baru boleh nyentuh Masha!" tegur Saka tak membiarkan tangan kotor Garha menempel pada kulit adiknya.

"Selama aku tinggal kamu kok makin kurang aja ya, Ka? Di ajarin siapa?" geram Garha geleng-geleng kepala, sebelumnya adiknya itu tidak berani bicara tidak sopan padanya.

"Dari pengalaman," cicitnya.

"Katanya dia nggak mau lagi dibully makanya dia berani sekarang dan juga Saka punya plan ngajak kamu gulat kalau kamu balik," celetuk Rimba tersenyum melihat wajah Saka yang cengo. Kapan Saka bicara seperti itu? Apa Saka lupa? Tidak mungkin, Saka bukan orang pelupa seperti Lingga.

"Kak Saka bisa gulat?" tanya Ily tak percaya.

"Bisa dong Sayang, Saka itu paling jago diantara kami," jawab Rimba santai tak sadar orang yang baru saja difitnahnya sedang mengumpat kasar.

"Ternyata adikku banyak berubah." Garha mengelus kepala Saka.

"Yaelah, berubah. Wajahmu sekarang nggak lebih tampan dariku." Saka meninggalkan Garha, Rimba, dan Ily.

"My Princess," panggil Aryan saat keempatnya memasuki kediaman Thomas. Ily berlari memeluk Aryan erat, "Papa kangen, gimana kabarnya Princess Papa, hm?"

Seminggu ini Aryan, Bella, Pricillia dan Arham berada di London menghadiri acara wisuda Garha dan Lingga, jadi seminggu itu pula dia tidak bertemu putrinya.

"Baik. Kalau Papa?"

"Seperti yang kamu lihat, Princess," jawabnya tanpa melepas pelukan anaknya, "Temui Mama dan Mami di dalam! Mereka udah kangen berat."

*****

"Jangan duduk di situ!"

Saka menahan bokongnya yang hampir saja mendarat di kursi, "Queen duduk di sini! Di samping Abang." Garha menepuk-nepuk kursi di sebelah kirinya yang merupakan kursi yang akan ditempati Saka.

"Saka berpikir sejenak. "Berarti aku duduk di sini," gumamnya duduk di kursi samping lagi, sebenarnya ia ingin protes tetapi mengetahui Ily akan duduk di sana jadi ia menerimanya.

"Sini, Queen!" pinta Garha tak sabar.

Saat Ily berdiri untuk duduk di sana, Rimba lebih dulu menahan tangannya meminta untuk duduk kembali. "Jangan peduliin dia! Tempatmu di sini," tegasnya tak membiarkan Ily bangkit dari sana.

"Tempatmu juga di sini!" tunjuk Garha pada kursi di sebelahnya.

"Itu tempatnya Saka." Rimba menaruh nasi goreng kepiring Ily.

"Sembaranglah, semua anggota keluarga bisa duduk di mana aja, iya, kan Ka?" tanya Garha menoleh pada Saka.

"Kata siapa?"

"Aku barusan."

"Aku kira Opa," sahut Saka enteng. Garha mendecih sepertinya adiknya itu butuh peregangan otot.

"Kalian mau sarapan atau mau berdebat?" tanya Abimanyu pada kedua cucunya itu.

"Saka, Opa," adu Garha.

"Dih, ngadu," cibir Saka.

"Lebih baik kalian pergi dari sini! Ganggu tahu, nggak." Rimba menatap keduanya tanpa ekspresi, "Makan yang banyak, Ngel!" Rimba tersenyum hangat pada Ily.

"Apa yang terjadi padanya?" heran Garha masih melihat perlakuan Rimba pada Ily, berbeda. Sikap seperti tadi tak pernah ia perlihatkan sebelumnya.

"Kepalanya kejedot tiang listrik, untung aja kepalanya nggak benjol kayak bakpao tapi yang kasian tiangnya yang harus dirawat rumah sakit," decak Saka memperhatikan objek yang sama.

"Ngomong apa kau?" tanya Garha tidak mengerti.

"Ngomongin papah yang ditahan KPK," jawab Saka.

"Saka diam dong! Kamu mau Mami plaster mulutmu itu?!" Pricillia sudah jengah dengan pembicaraan kedua putranya, sarapan mereka belum tersentuh karena mengobrol.

"Saka lagi, emang cuma Saka sendiri yang ngomong? Nasib-nasib," ratap Saka.

"Lingga kenapa belum turun juga?" tanya Abimanyu menyadari satu cucunya lagi tidak menunjukkan batang hidungnya.

"Kayaknya masih tidur, Yah," jawab
Bella.

"Biarin aja, dia pasti capek," ujar Aryan.

Abimanyu mengangguk. "Ily Sayang!" panggil Abimanyu.

"Iya, Opa?"

"Nanti kenalan sama Kakakmu, Lingga!" titahnya

"Iya Opa." Ily memang penasaran pada Lingga.

*****

Ily menoleh ke arah pintu yang terbuka, di kamar paling ujung lorong kanan pintu kamar yang berwarna coklat terbuka. Seorang pria keluar dari sana tanpa menggunakan baju, tubuhnya yang memiliki roti sobek itu hanya dibalut celana selutut. Ily langsung berbalik menjauh tapi naas, kesialan terjadi padanya lagi.

"Awww!" ringisnya memegang kening. Baru saja kening cantiknya terbentur di tembok.

"Kamu kenapa?"

Bersambung....

Incredible Brothers (TERBIT)Where stories live. Discover now