46. Berdamai

17.4K 3.3K 340
                                    

Chapter 46

"Berdamai"


• Happy Reading •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Happy Reading •

Kaki gue yang tidak panjang ini dipaksa mengikuti langkahnya yang lebar. Tangan kiri gue masih digenggam olehnya sepanjang jalan, mengundang tatapan kepo dari murid sepanjang koridor. Daniel membawa gue ke taman belakang sekolah, dimana tidak terlalu banyak murid yang nongkrong di sana. Ia membalikkan tubuhnya masih dengan menggenggam tangan gue.

Gue meringis kecil mencoba melepaskan genggamannya, dan ia masih mengencangkan pegangan tangannya membuat gue hendak melayangkan protes namun tiba-tiba terhuyung ke depan karena ia menarik gue dengan kuat.

Gue melongo ketika ia membawa gue ke dalam pelukannya. Yaampun masih di sekolah, alangkah tidak baiknya kami menjadi contoh generasi bangsa. Gue mendorongnya kencang hingga pelukannya terlepas.

"Ini di sekolah, sinting" Gue mengumpat. Daniel meraih kedua pundak gue, membuat tatapan gue hanya miliknya.

"Nggak usah ada tiga menit bajingan sekarang"

Gue membasahkan bibir bagian bawah, membetulkan posisi dengan kepala mendongak tak lupa tangan yang bersedekap.

"Mau apa?" Tanya gue tanpa basa-basi. Dia masih diam, menatap gue dengan dalam hingga gue dapat melihat diri gue sendiri di pantulan bola matanya yang coklat.

Sontak gue berdeham, mengalihkan pandangan ke arah lain. Tepatnya di pohon belakang sana.

"Liat gue hm?" Suaranya yang berat plus serak itu membuat gue berdesir. Entah untuk alasan apa, gue kembali berdeham.

Sadar didiamkan, Daniel berdecak kecil. "Liat gue atau cium?"

Gue melotot kaget lantas menatapnya tajam. Ancaman macam apa itu, tak patut banget. "Gue ada urusan, ditunggu di kantor guru" Jelas gue. Ia menggeleng kecil.

"Nggak, itu nggak lebih penting dari ini. Lagian elo kesana ngapain sama si Jeffrey, sendiri kan bisa"

"Apa sih, lo bukan siapa-siapa gue. Awas"

Dia menghela nafas panjang memandangi gue dengan tatapan yang lebih lembut. "Gue minta maaf udah ninggalin lo sendirian di bioskop dan dengan tololnya nyamperin Adara. Gue nggak bermaksud buat nyakitin lo sama sekali"

Hal yang bikin gue males mendengar penjelasan Daniel itu, bukan karena murni gue nggak mau. Tapi gue masih nyesek gitu kalau ingat kejadian waktu itu.

"Lo tau kalau gue sayang sama lo kan?" Tanyanya.

Gue menaikkan sebelah alis, melepas pegangannya di kedua bahu gue dengan pelan, lantas mundur dua satu langkah untuk menjaga jarak.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang