6.Mungkin Bukan Dia atau Dia? - Part 1

60 1 0
                                    

Di suatu lorong kampus perguruan tinggi ternama di Mayakarta, seorang mahasiswa bernama Irwan tampak berjalan sambil memangku tumpukan buku di depan dadanya. Ia terlihat agak terburu-buru menuju perpustakaan kampus.

Hari itu dia memang harus mengembalikan buku-buku pinjaman ke perpustakaan karena sudah jatuh tempo. Ia tidak mau membayar denda karena terlambat mengembalikan buku pinjaman.

Saat ia memasuki perpustakaan, ia melihat seorang mahasiswi berparas cantik berambut panjang terurai berwarna hitam sedang beradu argumen dengan seorang pustakawati (penjaga perpustakaan wanita).

"Bu, apa tidak bisa diringankan saja denda untuk saya? Saya terlambat gara-gara teman saya meminjam buku pinjaman dari sini tanpa bilang-bilang." Mahasiswi tersebut terlihat gusar sambil menatap serius ke arah ibu pustakawati itu.

"Ya, itu bukan masalah saya, dong! Itu masalah kamu sama teman kamu! Kamu harus menuntut tanggungjawabnya!" tukas ibu pustakawati.

"Ehmm, maaf mengganggu. Saya mau mengembalikan buku sekalian mau meminjam lagi. Bolehkan, bu?" Irwan menghampiri kedua orang yang masih saling ngotot itu.

"Boleh saja asalkan kamu mengembalikan semua buku yang kamu pinjam. Dan kamu, apa susahnya sih membayar denda?" tukas bu pustakawati sambil melihat ke arah mahasiswi tersebut.

"Masalahnya dendanya mencapai hampir lima ratus ribu. Sedangkan saya saat ini tidak memiliki uang segitu. Kalau ditunda-tunda lagi yang ada malah membengkak dendanya," mahasiswi tersebut berkata dengan nada gusar.

"Ya kamu pinjam sama siapa gitu? Apa temanmu itu tidak mau bertanggungjawab?" Bu Pustakawati melihat dengan heran ke arah mahasiswi itu.

"Anu, dia sudah tidak kuliah di sini lagi. Dia sekarang pindah ke Medan. Terus aku kehilangan kontaknya," tukas si mahasiswi dengan sedih.

"Ya elah, begitu saja? Kamu mau aku bantuin nggak?" ujar Irwan menyela pembicaraan kedua orang itu sambil menatap si mahasiswi.

"Ya kalau kamu ada uang, aku mau pinjam. Aku sangat berterima kasih lho kalau kamu mau bantu," tukas mahasiswi itu.

"Tapi ada syaratnya, lho."

"Apa itu?"

"Kamu harus kenalan sama aku."

"Oalah, gampang banget kalau cuma itu."

"Bu, berapa sih denda yang harus dibayar gadis ini?" Irwan mendekat ke arah meja pustakawati itu.

"Empat ratus lima puluh ribu rupiah. Kamu mau membayar dendanya dia?" tanya pustakawati itu.

"Enggak juga. Aku hanya meminjamkan ia uang buat membayar dendanya," tukas Irwan seraya mendekati mahasiswi tersebut. "Hei, ambillah ini. Kamu bisa bayar kapan saja jika sudah punya uang," ujarnya ke mahasiswi itu.

"Wah, terima kasih banget. Oh iya, namaku Intan Asmara. Panggil saja Intan," ucap mahasiswi tersebut dengan nada gembira seraya menyalami Irwan.

"Bagaimana kalau aku panggil kamu 'Asma'?" tukas Irwan membuat mahasiswi yang bernama Intan tersebut menelan ludah. "Ngomong-ngomong aku Irwan, Irwan Permana Kusuma," tambahnya setelah menyalami Intan.

Ngomong-ngomong tangannya lembut sekali, membuatku ingin tidur sambil dibelainya, begitu apa yang diucapkan dalam hati Irwan.

"Memangnya aku ini penyakit, apa? Baiklah kamu panggil aku 'Asma', dan aku panggil kamu 'IPK'. Bagaimana?" kata Intan membuat Irwan tercengang.

"IPK? Apa maksudmu? Itu kan singkatan dari Indeks Prestasi Kelulusan?" Irwan sepertinya tidak menyadari apa singkatan IPK menurut Intan.

"IPK itu singkatan dari nama kamu, oon! Masa nggak sadar, sih?" Intan tampak tersenyum masam melihat Irwan yang menggaruk-garuk kepala tidak karuan.

Kumpulan Cerita BerseriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang