Dan kesialan terbesarnya adalah, Irene mencintai pria yang sudah membuat kesialan dalam hidupnya semakin sempurna. Apakah setelah ini, kesialan akan terus mendatangi Irene lagi? Jika iya, maka Irene akan dengan senang hati menerima semua itu. Lalu kemudian, ia akan mati dengan tenang. Simpel kan? Ya, Irene akan hidup seperti itu dari sekarang.

Kini, Suho memutar kembali tubuhnya menatap gadis yang tengah menunduk masih dengan isakan tangisnya. Pria itu berjalan lambat kemudian berjongkok di depan Irene dan menggenggam lembut tangan istrinya dengan hati-hati. Menganggap Irene sebuah berlian yang sangat berharga dan jika diperlakukan dengan tidak hati-hati, berlian itu akan hancur.

"Irene, maafkan aku." Ucap Suho penuh dengan rasa menyesal dan bahkan Irene sanggup mendengar suara bergetar menahan tangis itu. Suho menangis. Untuknya? Apakah ini juga kepalsuan pria itu? Irene hanya diam saja. Pasalnya, bibirnya sudah terlalu keluh untuk mengeluarkan kalimat dan membalas ucapan suaminya.

"Aku tahu, ini berat untukmu. Aku tahu jika kata maaf tidak akan mengubah apa pun. Aku tahu jika aku pria brengsek yang tidak pantas menerima kata maaf darimu. Aku sadar semua itu, Rene." Ujarnya lagi masih menunduk dan semakin meremas jemari Irene untuk menyalurkan perasaan hancurnya saat ini. Ia sama rapuhnya dengan Irene, ia sama terlukanya dengan Irene. Irene menderita karena perbuatan Suho dan Suho menderita karena perbuatannya sendiri.

"Bisakah, kau tetap tinggal? Aku membutuhkanmu di sini. Aku tidak ingin kau pergi, sayang. Irene, aku berjanji –"

"Tidak." Irene menggeleng dan detik selanjutnya ia mengangkat kepalanya menatap Suho dengan pandangan sayunya, "Jangan pernah mengucapkan sebuah janji yang tidak bisa kau tepati." Kata Irene menolak dengan penuh ketegasan.

Suho menunduk. Ia kembali dipenuhi rasa penyesalannya karena ia sudah terlalu banyak memberikan janji kosong pada Irene. Ia tahu bahwa apa yang ia janjikan saat ini, belum ada yang ditepati sampai sekarang. Mencintai Irene? Bahkan sedikit rasa itu pun belum ada. Meski, memang Suho tidak mengelak jika ia memuja Irene. Gadis itu terlalu sempurna untuknya dan ia baru sadar itu.

"Ya, aku sadar. Tapi –"

"Ijinkan aku pergi. Aku ingin menenangkan pikiranku dan aku tidak siap untuk bersamamu untuk sekarang."

"Sayang, kau ingin tinggal di mana?" Suho sedikit berhati-hati jika Irene mengatakan akan kembali ke rumah orang tuanya. Karena, Suho akan habis jika ibu dan kakeknya tahu, Irene menjadi seperti ini karena sifat bejatnya tersebut. Dan, sungguh, sebut saja Suho pengecut karena takut untuk bertanggung jawab. Namun, kalian akan tahu jika ibunya sudah bertindak. Bahkan Suho lebih takut pada ibu ketimbang kakeknya sendiri. Masalahnya, ibu Suho sangat menyayangi Irene bahkan tidak pernah Suho diperlakukan seperti ibunya memperlakukan Irene. Lembut dan penuh kasih sayang.

"Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pulang ke rumah eomma." Ucapnya dan Suho tidak memungkiri jika ia sedikit bernapas lega mendengarnya. Meski, ia juga masih enggan dan menolak Irene pergi dari sini.

"Lalu?" Suho menaikkan alisnya masih dengan menggenggam jemari Irene dan terkadang mengusapnya lembut.

"Aku mau tinggal bersama Wendy." Katanya dan membuat Suho langsung membuang napasnya, "Wendy?"

"Ya." Irene menganggukkan kepalanya, "Aku mohon. Ijinkan aku pergi dari sini." Irene mulai berucap lirih dengan suara bergetar menahan tangisannya lagi. Ia benar-benar gadis yang rapuh setelah menikah dengan Suho. Atau lebih tepatnya, Irene semakin rapuh dan menunggu titik dasarnya disentuh sedikit saja maka ia akan menjadi gadis yang paling hancur di muka bumi ini.

"Sayang –"

"Suho, bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan itu dulu? Aku tidak ingin mendengarnya." Irene berucap sambil menangis dengan sedihnya. Suho menghela napas lagi. Kali ini, ia pasrah dan mengangguk pelan. Irene berterimakasih karena pria ini sudah mau mengertinya.

• Fake Wedding | Surene ✔Where stories live. Discover now