part 11 : Favor

172 47 24
                                    

Tak ada uang, walaupun Jin oppa juga Jimin menawari untuk membelikanku tiket tapi aku tahu seberapa mahal tiket pesawat apalagi ke Sydney. Ada beberapa uang di atm dan hari ini aku berniat meminta gajiku di muka. Walaupun tak seberapa, tapi cukuplah tanpa membuat semua orang repot.

Aku yakin Ma juga tak langsung memberitahu Jin oppa untuk membuatku panik. Buktinya, Ma baru memberitahuku setelah 2 hari Pa masuk ER. Tak ingin memberitahu mereka bahwa aku begitu bersedih, aku menawarkan Jimin untuk membersihkan seluruh apartment paginya. Tapi aku tahu, Jimin berpura-pura bodoh tak mengerti keadaanku.

Tak ada lagi energi yang tersisa untuk mengikuti perkuliahan. Hanya tertunduk tanpa memandang apapun, memandang tulisan bahkan kertas putih saja membuatku luar biasa gundah. Aku ingin kuat, tapi mana mungkin aku bisa.

Jimin ingin menjemputku tapi aku tak ada niatan untuk pulang. Aku hanya ingin ke Sydney.
---
Seperti biasa aku menyempatkan diri ke cafe Hoseok dan mengatakan hal baik di hariku. Dia memberiku Latte dengan bentuk hati dan tersenyum menemaniku duduk.

"Gwenchana?" Kata Hoseok saat aku tiba-tiba berhenti berbicara. (Kau baik-baik saja?)

"Yuna. Aku tau kau sedang ada- hey hey?" Hoseok berdiri saat menyadari aku memandangnya kosong dengan beberapa tetes air mata yang tiba-tiba mengalir.

Menyedihkan. Hanya itu kata yang bisa aku pikirkan saat menyadari betapa lemahnya aku, menangis di depan laki-laki.
---
Hoseok juga tahu sekarang. Kalimat putus-putus diiringi sesenggukan menjelaskan semuanya. Aku tak berniat untuk membagikan masa sulitku kepada sembarang orang. Tapi setelah kupikir kembali, aku tak memiliki keluarga lain disini. Lagipula Hoseok, Jin oppa dan Jimin bukan orang lain.

Setelahnya aku melihat hal yang tak biasa dari dalam studio. Yoon sunbae tak mengurung dirinya di dalam ruang record, duduk di sofa ruang tunggu menatapku yang sedang berjalan masuk.

"Kenapa kau masih disini?" Katanya tiba-tiba. Seluruh kalimat yang diberikan padaku selalu tiba-tiba. Matanya menatapku, semburat rasa gundah sudah terselip di kepalaku. Entah raut apa yang sedang kulukiskan sekarang di wajah.

"Apa maksud-"
"Pulang, pack barangmu dan segera ke Sydney"

Deg
Dia tahu? Bagaimana bisa? Siapa yang-

"Hoseok?"
"Apa itu penting sekarang?" dia mengeluarkan hpnya dan mengetikkan sesuatu disana. Beberapa detik kemudian kurasakan getaran dari dalam kantong celana jeans yang kupakai. "Jangan kembali sebelum benar-benar sembuh" hanya itu perkataannya dengan langkah kaki lambat, badannya masuk ke gua nya lagi.

Aku melihat satu e-tiket yang baru saja dikirimnya ke hpku. Satu tiket pesawat tujuan Sydney hari ini pukul 5 sore berangkat. Tanganku bergetar menatapnya. Siapa yang mengira dia akan memberiku ini?

Lututku begitu bergetar membuat topangan pada tubuhku melemah. Aku terduduk di sofa dengan air mata dan tangis lagi yang lebih keras. Tak ada orang lain, tempat kedap suara, tempat yang sempurna untuk menangis. Aku melirik pintu yang masih tertutup dari ruang studio Min Yoongi.
---
*Sunbae.. aku tak tahu harus memulai rasa terima kasihku dari mana. Aku tak sampai hati untuk meminta bantuan karena itulah sifat dariku yang penyendiri. Mungkin kau sedikit banyak tahu akan itu. Aku sudah di rumah, aku tak bisa menginap karena appa masih di ER*

Hanya kuletakkan hp di samping badanku. Menatap langit-langit kamar yang sudah begitu lama tak kutatap. Rumah terasa kosong, tanpa musik Bon Jovi, tanpa bau masakan lezat Ma, tanpa teriakan mereka yang sedang bernyanyi dan itu membuat hatiku semakin hancur.

Bukan Pa yang salah. Mobil Pa bahkan hanya melaju 40km/jam karena membawa kue perayaan pernikahan untuk Ma, Pa tak mungkin membuat perayaan 5 tahun sekali mereka hancur. Tapi satu mobil SUV melintas terlalu cepat dengan rem blong. Pa dan mobilnya terserempet sampai ikut terseret. Pengendara SUV meninggal di tempat, sedangkan Pa segera dilarikan ke rumah sakit.

Mata Ma terlihat begitu sayu. Bagaimana tidak, seseorang yang seharusnya pulang membawa kue pernikahan mereka harus terbaring tak sadarkan diri. Aku hanya tak ingin Ma membenci perayaan pernikahan mereka. Aku tak ingin membebaninya untuk menampakkan raut sedihku.

Ma menopang rasa sedihnya padaku, bagaimana mungkin aku ikut larut dalam kesedihan dan membiarkan kami berdua jatuh semakin terpuruk. Appa dipindah karena keadaannya semakin buruk. Tulang rusuknya patah dan harus segera dioperasi, beberapa lengan retak dan kepalanya terbentur. Aku hanya berharap semuanya segera berakhir.

(Jin oppa)
*Aku harus menghubungimu. Buka skype, yuna. Oppa khawatir padamu*

Wajahku masih menikmati kalimat Jin oppa yang baru saja dikirimkan padaku. Rasanya aku ingin membagi bebanku padanya, tapi apa aku harus menjadi semerepotkan itu?

"Oppa..." kataku saat aku melihat wajahnya di layar laptop.

"Sudah kuduga. Kau menangis berapa lama hari ini?" Suara Seokjin hampir meruntuhkan pertahananku sebelum aku memaksa tersenyum. Hanya menggeleng pelan tanpa mengalihkan pandanganku pada wajahnya yang tak jauh berbeda walaupun buram.

"Aku tak bisa ke rumah sakit. Kalau disana lama, aku tak bisa berhenti menangis"
"Appa akan baik-baik saja. Dia orang yang baik. Tuhan selalu sayang-"
"Tuhan akan menjemput orang yang baik terlebih dulu oppa..." kata-kataku semakin serak, dan yang aku tahu tanganku menutup wajah, sesenggukan.
"Gwenchana.. menangislah. Tak ada yang melarangmu menangis.." kata Jin oppa di seberang.

Seperti beban berat yang tadi menghimpit kepalaku, akhirnya keluar lewat air mata. Aku tak tahu berapa lama aku menangis dan Jin oppa terdiam diseberang membiarkanku menangis. Wajah yang memerah, rambut yang kusut karena beberapa kali kena air mata dan mata yang merah. Bahkan bagaimana bentuk wajahku yang tak karuan tak begitu kupikirkan. Jin oppa bukan orang lain, itu yang ada di pikiranku.
---
Malamnya aku tak begitu bisa tidur karena gundah dan kepalaku yang sakit karena terlalu banyak menangis.

(Jimini)
누나... semoga semuanya baik-baik saja. Aku tak bisa menghubungimu, aku khawatir jadi aku tanya pada Jin hyung. Dia mengatakan banyak hal. Tapi karena hyung bisa menghubungimu, kupikir aku sedikit lega. 누나 힘내세요.. (noona, kuatlah)

(Hoseok ♡)
괜찮아?... (kau baik baik saja?)makanlah yang banyak. Kau akan baik-baik saja. Hubungi aku kalau perlu bantuan ❤ yoongi hyung menanyakan kabarmu padaku.

(Jin oppa)
화이팅 우리동생..
(Fighting, adikku)

Beberapa kali aku membaca pesan mereka dan semuanya memberikan semangat padaku. Tapi tersenyum rasanya masih sangat berat kulakukan. Kusingkap beberapa kali selimut yang hanya menutup kakiku. Lampu temaram sudah kuhidupkan walaupun jam masih menunjukkan pukul 7 malam.

Walaupun aku tak mengharapkannya, setidaknya aku ingin satu saja pesan dari umma mengatakan bahwa kekhawatiranku sudah sedikit lenyap dan appa sudah dalam keadaan normal. Tapi tentu tak banyak yang bisa kuharapkan, bahkan sebelum kemari umma tak pernah memberi kabar

(Min Yoongi sunbae)
괜찮아?
(Kau baik baik saja?)

Aku melirik id yang baru saja mengirimiku pesan. Beberapa detik setelah membukanya, tak ada reaksi apapun dari otakku. Hanya warna hitam gelap tanpa arti berkumpul disana. Yoongi sunbae menghubungiku, apa motifnya kali ini? Lebih lama dari dugaanku, kulihat sudah 45 menit berlalu aku hanya menatapnya tanpa ada niat untuk membalasnya. Perutku seperti diaduk.

그냥 피곤해요

*hanya lelah*

Entah siapa yg tadi kubalas pesannya. Aku menjatuhkan telepon genggamku tanpa ada niatan untuk menatapnya lagi. Belum ada kabar dari umma sampai larut begini, bagaimana mungkin aku bisa tidur.
×××
*author pov*

Lagi, gadis itu membuatnya khawatir. Mengiriminya pesan mengatakan bahwa dia lelah bukan jawaban yang ingin dia dengar. Ada apa dengan gadis ini? Apa begitu parah? Batin Yoongi yang terus menatap layar hpnya bertanya tanpa ada yang memberinya jawaban. Pertanyaannya yg terakhir, kenapa dia mengiriminya pesan ini? Kenapa dia? Yang Yoongi tahu dia dan Yuna sama sekali tak dekat.
×××

Iya tahu semakin membosankan, tapi bagi yg tahu aku, aku suka alur yg sedikit lambat. Alur lambat bisa ngebangun pembentukan sifat dari karakter, aku pgn pada tahu gimana sifat-sifat disini [duh ah aku sotoy ya ㅋㅋㅋ]

Makasih udah baca jangan lupa tinggalkan vomments ♡

×××

Crack the Diamond (END)Where stories live. Discover now