Keajaiban Itu Selalu Ada

1.1K 62 0
                                    

Hai namaku Laila!
Aku punya adik bernama Rissa. Rissa ini suka banget sama princesses, ga tau kenapa, sekarang Rissa udah kelas 6 SD tapi masih aja suka sama princesses. Dia itu kalau ga princesses itu ga mau dan kadang itu buat aku kesal dengannya. Contohnya, dia ga mau berangkat sekolah cuman karena tas sekolahnya yang princesses dicuci semua, ga cuman itu dia juga pernah ga mau makan cuman karena piring princessesnya pecah. Nyebelin pokoknya.

"Kakak... Rissa pulang."
Nah, itu anaknya udah pulang. Pasti bentar lagi dia cari sendal princessesnya.
"Kak Lai... sendal Rissa manaa?"
Tuh kan. "Ya mana kakak tau, kamu itu kerjaannya tiap hari nyari sendal, padahal kamu sendiri yang naruh."

"Halaaa, kak Laii. Bantuin Rissa nyari yaa. Pleaseee."
"Ga mau. Kakak mau tidur. Sana keluar." Kataku sambil mendorongnya keluar dan meneruskan belajarku. Aku memang sedang mengincar beasiswa ke Paris. Sudah lama aku menginginkannya dan sekarang aku dapat kesempatan untuk mengikuti testnya. Besok adalah waktus untuk menunjukan kemampuanku selama ini. Aku sangat PD untuk mengikuti test tersebut, makanya aku semangat sekali belajar sekarang.

Besok paginya

Huft, hari ini sangat mendebarkan. Aku ada diantara semangat dan khawatir. Aku sudah belajar sampai larut tadi malam, jadi aku agak sedikit mengantuk. Tapi aku tak apa. Aku meminta izin pada Ayah dan Ibuku serta meminta doa. Dengan hati berdebar dan sedikit mengantuk, aku pergi dengan sepeda motorku. Waktu menunjukan pukul 6 pagi, test dimulai jam setengah 8. Karena memang rumahku dengan tempat test jauh, jadi aku harus berangkat lebih pagi. Udara pagi sangat dingin sampai terlihat sedikit kabut, udaranya membuatku sangat mengantuk. Aku sudah menguap berkali-kali dari tadi. Tapi aku tak boleh berhenti nanti aku bisa terlambat. Saat aku menguap lagi entah ke berapa kali, aku merasa ada sinar terang dari sebelah kananku, setelah itu rasanya gelap semua.

Dua hari kemudian

Aku membuka mata, rasanya terang sekali tapi beberapa saat aku mulai terbiasa. Aku melihat Ayah dan Ibu disebelahku. Duduk. Aku pun memanggil mereka. Sepertinya mereka kaget dan langsung memanggil dokter. Aku masih bingung apa yang terjadi. Dokter bilang aku sudah baik-baik saja dan boleh pulang besok pagi. Aku masih tak mengerti. Aku pun bertanya pada Ibu, "Bu, aku dimana? Apa yang terjadi?"
"Kamu di rumah sakit, sayang. Kemarin waktu berangkat test kamu kecelakaan."
"Berangkat test? Eh, test! Aku harus test sekarang kan?" Aku melihat jam dan masih pukul 8, aku masih bisa mengerjar waktu. "Ibu, aku harus berangkat sekarang, ini masih pukul 8, aku pasti masih punya waktu mengerjakan, ayo Bu ayo."

"Nak, tenang. Ini memang pukul 8, tapi ini sudah hari selasa. Aku pingsan 2 hari, nak."

"Apa!? Lalu test ku bagaimana? Aku harus ikut test itu, Bu. Aku pasti bisa dapatkan beasiswa itu. Ayolah, Bu. Jangan bercanda."

"Ibu tidak bercanda, Nak."
Aku tak percaya. Aku melewatkan test itu. Aku kehilangan kesempatanku untuk mendapat beasiswa itu. Aku menangis. Aku meminta Ibu dan Ayah keluar. Aku perlu waktu sendiri. Aku benar-benar bingung harus bagaimana. Itu satu-satunya jalanku. Aku.. aku.. aku bahkan tak tau harus bilang apalagi sekarang. Aku mendengar suara pintu terbuka, kulihat adikku masuk.
"Rissa, kakak sedang ingin sendiri."
Rissa tak juga keluar, ia hanya duduk di atas tempat tidur dan memelukku. Aku benar-benar tak kuat menahan tangis. Aku menangis dipelukan Rissa. Rissa adikku yang bawel ternyata bisa tenang juga disaat seperti ini.
"Sudahlah, Kak. Rissa yakin kakak akan dapat kesempatan itu lain kali. Dan Rissa yakin kakak akan mendapatkan beasiswa itu."

"Kamu tahu darimana, Ris. Itu hanya kesempatan satu kali, Ris. Jarang sekali kakak direkomendasikan untuk ikut beasiswa. Sudah dari lama kakak bersiap."

"Makanya, kakak sering-sering liat princesses dong."

"Hubungannya apa!? Ya Tuhan. Saat kayak gini kamu masih bahas princesses?"

"Kalau kakak banyak nonton disney princesses, kakak bakalan tahu kalau keajaiban itu selalu ada."

"Itu cuman film Rissa."

"Nah, kalau kakak nonton disney princesses, kakak juga bisa belajar bahwa kalau kakak percaya sesuatu ada, sesuatu itu akan benar-benar ada. Kalau kakak ga percaya ya udah."

Besok paginya aku sudah keluar dari rumah sakit dan hari ini aku sudah masuk sekolah. Banyak teman-teman yang mengucapkan kesedihan untukku. Aku hanya menggapinya dengan tersenyum, ya aku hanya berusaha ikhlas dan percaya dengan ucapan Rissa. Aku hanya harus terus belajar. Pasti akan ada satu keajaiban untukku, aku hanya harus percaya.

Test test, selamat pagi anak-anak. Panggilan untuk Laila Permata kelas XII Ipa 8 untuk menuju ke ruang kesiswaan sekarang. Terima kasih.

Apalagi sekarang, baru masuk sudah dapat panggilan. Aku langsung menuju ruang kesiswaan.
*tok-tok
"Permisi Pak." Ucapku pada guru kesiswaan sekolahku, Pak Raden.
"Oh iya, masuk Lai."
"Ada apa ya Bapak cari saya?"
"Saya turut sedih dengan musibah yang menimpamu ya, Lai"
"Tidak apa-apa, Pak. Saya yakin, saya akan dapat kesempatan lagi lain kali."
"Kamu tahu kan, Lai, kalau test beasiswa itu hanya diadakan satu kali setahun? Dan kamu sudah kelas dua belas sekarang."
"Saya tahu, Pak. Tapi ya bagaimana, saya hanya harus ikhlas."
"Sebenarnya, begitu saya tahu kamu mengalami kecelakaan, saya langsung menghubungi pihak instansi, Lai. Dan mereka bilang, mereka akan memberi kamu kesempatan untuk mengikuti test susulan, kalau kamu sudah sadar selama 3 hari. Dan untungnya kamu sudah sadar. Jadi bagaimana? Kamu siap test besok?"
"Apa? Mau, Pak. Laila mau. Terimakasih, Pak. Laila akan berusaha, Laila pasti akan dapatkan beasiswa itu. Terimakasih Pak."

Kamu benar Ris, keajaiban itu selalu ada untuk mereka yang mau percaya.

Filsafat dari Seorang AnakWhere stories live. Discover now