Chapter 12 || Rimba, dia adikmu

Start from the beginning
                                    

Rimba termangu menatap Abimanyu lurus.

"Opa tahu kamu marah karena merasa dibohongi, tapi kamu tahu kami tidak ada maksud lain. Opa yang minta mereka berbohong demi kebaikan kalian," jelas Abimanyu meluruskan permasalahan yang dipendam Rimba selama ini.

Waktu itu Rimba, Lingga dan Sagarha menangis melihat Ily dibawa pergi. Karena tidak tega Abimanyu terpaksa berbohong kalau adik mereka akan kembali secepatnya. Ternyata kebohongan itu cukup berhasil. Seiring berjalannya waktu Lingga dan Sagarha lupa memiliki adik perempuan, saat itu usia mereka baru enam tahun, masih cukup mudah melupakan orang yang tidak pernah ditemui dalam waktu lama.Pada saat itu usia Saka baru dua tahun, masih belum mengerti apa-apa.

Namun, berbeda dengan Rimba. Anak itu memang tidak pernah lagi menanyakan adiknya, tetapi Abimanyu tahu jika Rimba masih menunggu. Beberapa kali Abimanyu melihat Rimba menatap foto kecilnya mencium bayi mungil yang dirindukan. Satu hal membuat Abimanyu menyesal, membohonginya. Merasa dibohongi oleh keluarganya sifat Rimba perlahan berubah.

"Maaf karena baru membawanya kembali," sesal pria tua itu.

*****

"MASHA!"

Saka memasuki rumah disambut oleh salah satu pelayan. Saka langsung menanyakan keberadaan Ily.

"Masha, Kakak pulang!" girangnya berlari menuju kamar Ily.

Selama di sekolah ia tifak bisa tenang memikirkan keadaan Ily. Seandainya saja Papi tidak menurunkannya di sekolah pasti ia ikut ke rumah sakit. Saka sempat menyalahkan letak sekolahnya yang terlalu dekat.

Ceklek!

Tanpa permisi Saka langsung masuk ke kamar Ily melihat gadis itu tertawa bersama Mami dan Mamanya. Obrolan mereka sangat seru sampai tidak menyadari kedatangan Saka. Pemuda yang seragamnya tidak serapi tadi mencebikkan bibir merasa mereka sengaja mengabaikannya. Ia pun berjalan menghampiri dan duduk di samping Ily.

"Udah pulang?" tanya Bella kaget Saka nimbrung diantara mereka.

"Kok cepat banget," keluh Pricillia pura-pura tidak suka.

Saka mengelus dada. Ingatkan ia jika wanita yang bicara itu Maminya! Jangan sampai ia lepas kendali dan berubah jadi batu karena durhaka.

"Mi, anak baru pulang harusnya disambut malah gituin," protesnya tidak heran lagi. Kalau pulang lama langsung disembur lava panas mengalahkan lavanya gunung berapi. Pulang cepat malah dicibir berasa Saka bukan anak yang becus.

"Ngapain Mami nyambut kamu? Papi kamu aja nggak Mami sambut, malahan Papi yang nyambut Mami," kelakar Pricillia mengibaskan rambut panjangnya.

"Ini, nih!" Saka geleng-geleng kepala tak habis pikir Papi-nya setabah itu dengan ulah istrinya. "Ini namanya istri berbakti. Papi pasti bersyukur banget," sarkas Saka.

"Iya bersyukur, apalagi Mami udah kasih Papi anak durjanah seperti kamu, Ka." Gotcha! Pricillia berhasil menancapkan mata pisau ke dada putranya, rasanya jleb.

"Masya Aallah," celetuk Ily.

"Astagfirullah bukan Masya Allah, kamu ini," geram Saka menyentil kepala Ily. Kini Saka membiasakan diri menggunakan aku-kamu ke Ily, selain takut diadukan pada penguasa Thomas ia juga menyadari posisi Ily di mana, adiknya. Menghargai dimulai dari lisan.

"Jangan nyentil keningnya, Ka! Kamu bakal berhadapan sama Mami" tegur Pricillia menabok paha putranya.

"Mami," rengek Ily meminta pertolongan.

Saka melengos melihat Ily menjulurkan lidah padanya. "Wah kayaknya ada trio di sini."

"Yang jelas bukan Trio Macan," pungkas Bella terkekeh.

Incredible Brothers (TERBIT)Where stories live. Discover now