Mr.Troublemaker - #19

32.6K 2.8K 571
                                    

Hari minggu, Romeo bilang ia harus ke rumah pamannya bersama Angel. Jadilah, aku hanya menghubunginya melalui chatting.

Nancy serta Teresa sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku di rumah hanya berdua dengan Debra. Daddy sibuk membahas sesuatu dengan pengacara keluarga.

Seharian kami berdua hanya bermalas-malasan. Bosan. Tapi aku sedikit terhibur, manakala Romeo membalas pesanku. Walaupun cukup lama. Dia bilang terlalu ramai di sana dan harus membaur bersama para saudara.

Pagi ini, aku sangat bersemangat ke kampus. Apa lagi kalau bukan bertemu dengan tetanggaku, yang sudah siap di dalam mobilnya. Menjemputku untuk pergi ke kampus bersama-sama. "Pagi, Pacar!" Seru Romeo dengan senyum mempesonanya.

Kalau saja aku tidak malu. Mungkin aku akan memeluknya. Jatuh cinta ternyata membuat seseorang menjadi cepat merasakan rindu.

"Pagi, Pacar!" Balasku. "Bagaimana acara di rumah paman kemarin?"

Romeo menoleh sebentar, baru kembali fokus pada persimpangan jalan jalur utama. "Cukup ramai. Aku juga sempat bertemu dengan tetangga lama. Dulu aku tinggal di sana sebelum Daddy dan Lucy meninggal."

Aku hanya ber-oh-ria.

"Kita kuliah hanya sampai siang. Apa kamu ingin jalan-jalan denganku nanti?"

"Boleh. Kemana?"

"Ke rumahku."

"Hell yeah. Itu bukan jalan-jalan namanya."

"Itu jalan-jalan, Princess. Nanti di dalam rumah, kamu putari saja. Jangan lupa, genggam tanganku. Jadilah kita jalan-jalan."

Aku memukul lengannya. Ada-ada saja idenya itu.

"Oh ya, Mommy sudah tahu kalau kita ...."

Romeo sempat tersentak kaget. Aku yang melihatnya sedikit merasa aneh. Kenapa dia harus bereaksi seperti itu?

"Belum. Aku belum sempat memberitahunya. Apa ayahmu sudah tahu?" Romeo berkata tanpa melihatku. Aku tahu dia sedang mengemudi. Tapi, apa tidak bisa dia menoleh sebentar. Tersenyum atau apalah. Aku menaruh curiga padanya. Dia menutupi sesuatu dariku.

Aku menggelengkan kepala. Tidak tahu juga dia sempat melihatnya atau tidak.

Setelah itu, suasana kembali sunyi.

Aku terdiam dengan pikiranku. Sedangkan Romeo, fokus mengendarai mobil.

Kondisi canggung itu hanya berlangsung selama di perjalanan. Selepas tiba di kampus, dia kembali ceria. Romeo, si pembuat masalah.

Aku keluar dari dalam mobil dengan satu tangan ia genggam. Membuat semua orang menatap ke arahku. Sejujurnya aku risih. Aku tidak suka menjadi pusat perhatian. Kecuali perhatian dari pacarku yang tampan ini pastinya.

Baru saja sampai di tangga pintu utama fakultas. Pacarku itu, mulai kumat jahilnya.

Pertama, ada seorang yang tengah duduk di anak tangga sembari menulis sesuatu di atas buku. Romeo merendahkan tubuh. Menarik pulpen pria itu, lalu menandatangani bukunya.

Kedua, setelah masuk ke dalam pintu fakultas. Lobby utama. Romeo masih menggenggam tanganku. Ia mengambil spidol dari tas. Menggigit penutupnya agar terbuka. Ia membawaku mendekat pada papan informasi. Dengan spidol hitam itu, ia mencoreti poster wajah rektor Universitas kami. Memberinya kumis ala Hitler dan rambut gaya Elvis.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang