Mom's Lover-5

2.7K 332 13
                                    

"Aku?" tanyaku dengan kikuk.

Joshua mengangguk. Kemudian ia mengambil sumpit kayu yang ada di genggamanku. Ia mengeluarkan sumpit itu dari bungkus kertasnya lalu memisahkannya menjadi dua bagian. Ia serahkan lagi sumpit itu padaku.

Aku tersanjung dengan tindakannya. Membuatku tak bisa menahan senyuman. Kuterima sumpit itu sambil menggumamkan kata terima kasih.

"Aku...aku tidak sepertimu, Josh," ucapku mengawali cerita. Dalam hati aku masih menimbang-nimbang haruskah aku menceritakan semuanya pada Joshua. Sejauh ini hanya Sandra yang tahu detail kisah hidupku ini. Namun keseriusan di wajah Joshua membuatku akhirnya memutuskan untuk sedikit berbagi dengannya. "Keluargaku..." dalam hati aku meringis saat kata itu terlontar dari bibirku. "Keluargaku tidak sempurna seperti keluargamu."

Kening Joshua mengerut. "Maksudmu?"

"Aku...bukan berasal dari keluarga yang utuh," kataku pelan. Kuletakkan sumpit yang kupengang lalu kulipat tanganku ke atas meja. Joshua mengikuti gerakanku. "Ibuku adalah seorang single parent. Waktu ibu masih muda, ia melakukan kesalahan dengan seorang laki-laki. Ia jatuh hati pada lelaki brengsek. Menyerahkan segala yang ia punya untuk lelaki itu..." Aku diam sejenak. Kutatap lekat-lekat mata Joshua. "Akulah kesalahan itu, Joshua."

Aku mengharapkan raut terkejut, jijik, tak suka atau apapun dari Joshua tapi tak ada. Hanya beberapa saat kulihat kedua alisnya sedikit terangkat tapi kemudian nihil. Ia memandangku dengan seksama. Menanti kelanjutan ceritaku.

Aku berdeham satu kali. "Jadi ya...aku hadir di kehidupan mereka tanpa perencanan. Aku tidak diinginkan untuk hadir, Josh. Setidaknya oleh lelaki itu.

"Waktu ibuku mengatakan kalau ia hamil dan meminta pertanggungjawaban, lelaki itu menolak. Dia menawarkan bantuan dengan cara lain. Menggugurkanku." Mataku memanas. "Padahal waktu itu ibuku masih belia. Masih berusia delapan belas tahun. Ia bahkan belum sempat mencicipi bangku perkuliahan. Sedangkan lelaki itu...meski umurnya masih dua puluh empat tahun, dia punya pekerjaan dengan gaji tetap.

"Lalu hanya dalam hitungan hari, lelaki itu tiba-tiba saja hilang. Ibuku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Tanpa kata lelaki itu pergi meninggalkan ibuku. Hanya secarik kertas bertuliskan; Aku harus pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikanku. Jaga dirimu baik-baik--hanya itu yang lelaki brengsek itu tinggalkan untuk ibuku. Ia bahkan tak meminta ibuku untuk menunggunya. Bahkan kata maaf pun tidak ada." Aku tersenyum sinis mengingat kembali secarik kertas usang yang dulu pernah kubaca. Ia meminta ibu menjaga diri baik-baik tapi tidak dengan bayi yang dikandungnya. Surat itu ibu sinpan dalam diary miliknya.

"Jadi setelah itu ibuku menghadapi segalanya sendiri. Ia menerima semua perlakuan buruk masyarakat bahkan keluarganya sendirian. Ia dihina. Dia dicaci maki. Dia diusir dari rumah. Hanya diberi beberapa lembar uang sebagai bekal." Aku tertawa miris.

"Lana..." Sentuhan hangat di tanganku menarikku dari pikiranku. Aku menatap tangan Joshua yang menggenggam tanganku kemudian aku mendongak menatap wajahnya. Ia tersenyum pilu. "Kau tak harus melanjutkannya. Aku mengerti." Kemudian Josua mencondongan tubuhnya sedikit. Tangannya terangkat mengusap pipiku. Ternyata air mataku jatuh tanpa kusadari.

Aku menjauhkan wajahku dari tangan Joshua kemudian mengusap pipi dan mataku sendiri. Aku tersenyum tipis membalas tatapan Joshua.

"Karena hal itulah aku dulu sempat mengalami bullying. Di negara ini, orang tua tunggal, apalagi wanita, masih sulit untuk diterima. Tidak semua orang memiliki sudut pandang yang luas mengenai isu ini.

"Waktu aku masuk TK, aku mulai merasakannya. Teman-temanku satu-satu menjauhiku. Mereka mulai berbisik-bisik di belakangku. Lama-lama mereka berani menghinaku secara terang-terangan. Manghinaku karena tak memiliki ayah.

My Mother's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang