Chapter 11 || Ciuman dan Luka

Începe de la început
                                    

"Mi, udah. Kamu juga Saka, nggak takut dosa sama Mami sendiri," lerai Arham yang dituruti Saka.

Setelah keduanya berhenti berdebat Abimanyu beralih pada Ily yang masih melengos mengamati tingkah Mami dan sepupunya itu.

"Biasakan dirimu, Ily! Itu belum seberapa. Kalau mereka kembali kamu pasti lebih kaget," ungkap Abimanyu membuat Ily menoleh padanya tidak mengerti.

Memang dalam keluarga Thomas semua anak-anaknya mempunyai kebiasaan mencium perempuan dalam keluarga, seperti Mami dan Mama setiap pagi atau sebelum tidur, katanya itu merupakan bentuk pembuktian kasih sayang.

"Ma--maksud Opa?"

"Kamu akan tahu sendiri," celetuk Pricillia mengedipkan sebelah matan pada Ily.

"Ngomong-ngomong Opa sudah putuskan Ily akan sekolah di tempat yang sama dengan Saka."

Ily menoleh tak percaya, kenapa mesti satu sekolah dengan Saka?

"Asyik!" Raut wajah Saka semakin bahagia, bukan hanya tinggal bersama tapi sekolah di tempat yang sama. Saka punya teman perempuan yang bisa diajak hang out.

"Apa nggak ada sekolah lain, Opa? Jakarta besar jadi aku rasa itu--"

"No!" sambar Saka tahu jika Ily akan meminta Opa mencari sekolah lain untuknya. "Ucapan Opa nggak bisa diganggu gugat lagi, ibarat di persidangan palunya udah diketuk tiga," lanjutnya tidak memberi Ily celah untuk menyuarakan pendapat.

"Sayang, sekolah Saka bagus banget. Di sana cocok untuk kamu, Saka bisa diandalin, dia bakal jaga kamu," terang Aryan setuju putrinya sekolah di Tribakti. Sekolah sekeren itu cocok untuk putri dari keluarga Thomas.

"Iya Sayang kalau pun Saka jahat bilang aja sama Mami! Biar Mami yang ngasih hukuman biar tahu rasa." Pricillia juga ikut menimpali.

"Curigaan mulu sama anak, bukan cuma anak aja loh Mi yang bisa durhaka, Mami juga bisa," sinis Saka. Mami-nya itu selalu cari gara-gara dengannya, Saka pernah berpikir apakah ia memang anak Pricillia atau anak Bella. Pricillia selalu bicara pedas padanya sedangkan Bella sebaliknya, meski Bella juga kadang menyentil usus dua belas jarinya.

"Tapi nggak ada anak yang bisa ngutuk orang tuanya, Saka! Jadi jangan macam-macam!"

Saka mendengus, maminya itu selalu tahu cara mendiamkannya. "Masha tetap sekolah di tempatku, titik!" tegas Saka tidak mau dibantah.

"Masha siapa?" tanya Arham bingung.

Saka menunjuk Ily dengan dagunya.

"Namaku Ily bukan Masha, jangan coba-coba ganti namaku!" ralat Ily.

"Bodo."

Ily menghela napas jengah melihat Saka tersenyum miring padanya. Dari pada menanggapi pancingan manusia satu itu Ily memilih mengambil tisu untuk mengelap bibirnya belepotan. Namun, tidak sengaja tangannya menyenggol gelas berisi susu panas yang baru saja diletakkan pelayan di sampingnya.

"Awww!" pekiknya refleks mengibaskan tangan. Perih, panas dan nyut-nyutan serasa kulitnya akan melepuh sekarang juga.

Sontak mereka berdiri melihat apa yang terjadi. Rimba langsung menarik Ily ke belakang meletakkan tangannya di bawah air mengalir. Setetes cairan bening lolos dari matanya karena tak bisa menahan luka bakar di tangan.

"Kumohon jangan nangis." Rimba membeo berusaha tetap tenang.

"Astaga kita harus bawa Ily ke rumah sakit." Bella menutup mulut melihat tangan Ily memerah.

Semuanya panik. Saat itu juga keluarga Thomas bergegas ke rumah sakit membawa Ily yang kebingungan karena kelakuan mereka. Padahal tidak separah itu tapi mereka bertingkah seperti Ily akan kehilangan nyawa.

Incredible Brothers (TERBIT)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum