CHAPTER THIRTYONE

2.1K 64 4
                                    

"IYA DIA SAMA KAYLA!" teriak gue sambil memegang frappuccino di tangan kanan.

"PELUKAN?!" Gita beranjak dari tempat tidurnya, gue mengangguk, "HAH?! WTF!! GANJEN BANGET TU ANAK!!"

"Ssshh! Nyokap lo denger nanti." gue melirik pintu, gak ada tanda-tanda orang mau masuk. Lega..

"Lo yakin mereka jadian?" Gita menatap mata gue dengan tatapan anehnya.

"Enggak juga.. Tapi, masa sih kalo cuma temen sampe pelukan gitu?" gue memainkan botol frappuccino.

"Lo masih punya gantungan kunci dari Titan?" bisik Gita.

"Emang Titan ada ngasih?"

"Ih yang pas perpisahan!" Gita memukul pelan paha gue.

"Oh, gatau, kayaknya ada sih," gue mengingat-ngingat, "oh ada, di locker gue"

Gita mengangkat-angkat kedua alisnya.

-----

Gue mengobrak-abrik meja belajar. Mencari keberadaan gantungan kunci itu. Gantungan kunci berbentuk kepala yang berwarna biru.

"Ih mana sih!" gue memindahkan buku-buku ke tempat tidur.

Setelah bermenit-menit (?) mencari gantungan kunci yang sebenarnya gak harus di temukan, akhirnya gue ketemu.

Gue mengangkat gantungan kunci itu, menatapnya penuh keanehan.

"Ewh, huufff," gue meniup gantungan kunci, "uhukk uhukk."

Ini gantungan kunci udah berapa tahun ya di locker meja belajar gue? Lebih dari 5 tahun, dan gaada yang nyentuh? Wow.

-----

"Ini gantungan kunci buat apaan sih?" gue memainkan gantungan kunci itu di depan wajah Gita.

Gita nyuruh gue ke taman komplek, gatau mau ngapain.

"Itu tuh, buat modal lo. Modal nyatain perasaan lo. Gue udah telepon Titan, dan bentar lagi dia mau datang. Kalo dia udah dateng, gue ke belakang. Gue comblangin lo bedua." Gita menjelaskan semuanya dengan penuh ekspresi.

"Hah?" gue mengerutkan dahi.

"Eh Titan dateng!" Gita berlari ke belakang semak-semak. Gita memberi kode-kode 'aneh', tapi gue gak ngerti.

"Em Hai Zee," sapa Titan, "eerr, Gita mana yah?"

"Gita?" gue melirik ke belakang, Gita melotot sambil menyuruhku menghadap ke lain arah, "Gita kayaknya ke toilet deh, soalnya tadi dia bilang mau nyari es krim."

"Ooh.. Gimana kerjaan lo?" Titan basa-basi.

"Yaa.. Bagus," gue mengambil gantungan kunci, berusaha mengumpulkan mental, "gue mau ngasi ini ke lo."

Titan mengerutkan dahi, berusaha mengingat mungkin?

"Ini kan yang gue kasi pas perpisahan ya? Kok lo ngasi ke gue lagi?" Titan memainkan gantungan kunci itu.

"Mungkin ini bisa jadi bukti," gue menghela nafas, "kalo sebenarnya... Gue tuh cinta sama lo."

Titan memelototkan matanya, lalu tertawa, "Hahaha, ternyata lo sama Gita main truth or dare, ya?"

Gue mengerutkan dahi, truth or dare? Are you.. F*cking kidding me, "Iya, keren kan gue sama Gita main truth or dare-nya kayak gini."

"Hahaha." tawa kami.

Gue gak nyangka kalo akhirnya jadi gini. Oh iya, emang ini akhir? Belum kan?

-----

Semenjak kejadian yang lalu, saat gue menyatakan perasaan gue ke Titan, gue malu abis. Gagal total.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 27, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

OPERA LOVEWhere stories live. Discover now