Why

6.8K 905 34
                                    

2013



Jisoo menekan bel rumah Taeyong dengan lesu. Ia meniup-niup tangannya yang kedinginan. Ia lelah setelah training yang cukup berat minggu ini. Saat ia pulang dan mengetahui kalau Taeyong juga pulang ia segera ke rumah Taeyong. Lupa kalau angin mulai bertiup dingin. Dan ia justru hanya memakai kaos dan celana pendek.



Pintu terbuka.


"Jisoo, ayo masuk. Ajumma sudah lama tidak melihatmu main," ajak ibu Taeyong sambil merangkul tubuh Jisoo.


"Maaf, ajumma. Aku sibuk training. Dan Taeyong juga sibuk dengan SMRookies nya," kata Jisoo sambil tersenyum. Ia membiarkan tubuhnya digiring ke ruang makan.



"Ahh iya. Bocah itu sibuk dan jarang pulang. Bisa-bisa Ruby lupa padanya," kata ibu Taeyong sambil tertawa kecil.



"Ohh iya. Aku tidak melihat Ruby. Biasanya dia yang pertama menyambutku," kata Jisoo sambil mencari-cari dimana Ruby.



"Taeyong membawanya jalan-jalan sebentar." Ibu Taeyong menatap wajah Jisoo lekat-lekat. Ia menowel pipi Jisoo dengan gemas. "Apa kau kurusan? Jangan terlalu berat pada dirimu sendiri. Jangan seperti Taeyong yang kurus itu."



"Eomma!"


Yang dibicarakan langsung muncul dengan Ruby di gendongannya. Taeyong tersenyum lebar pada Jisoo. Ia sudah akan memasuki ruang makan saat teriakam ibunya terdengar.


"Cuci tanganmu dulu!"


"Ne eomma."



"Bocah itu lupa dengan OCD nya kalau bertemu denganmu," keluh ibu Taeyong. Ia menyodorkan setoples cemilan ke arah Jisoo. "Sana kalian ngobrol di kamar."



Jisoo hanya tersenyum dan menuruti apa perintah ibu Taeyong. Saat menaiki tangga menuju kamar Taeyong, ia merenung. Apa ia benar kurusan? Ibunya juga mengatakan hal yang sama. Padahal ia merasa tubuhnya tidak berubah apa-apa. Bahkan rasanya pinggulnya semakin lebar.



"Jangan melamun," kata Taeyong sambil merangkul bahu Jisoo.


Jisoo sempat kaget. Tapi ia hanya mencibir Taeyong. Ia tahu OCD Taeyong tapi tetap heran kenapa temannya itu tidak kumat jika bersamanya. Justru terkesan normal.


"Wajahmu lelah. Apa kau baik-baik saja?" tanya Taeyong. Ia merasa ada yang aneh dengan Jisoo.




Jisoo masih diam sampai mereka masuk ke kamar Taeyong. Ia membaringkan tubuhnya di kasur Taeyong.



"Aku lelah."



Taeyong yang merasa aneh langsung mendekat. "Wae?"



"Mereka sedih. Mereka menangis tadi. Rasanya sakit saat kami hampir debut tapi semuanya hanya angan-angan saja," bisik Jisoo. Ia memendam wajahnya ke bantal Taeyong. Menghirup cologne khas milik Taeyong yang tak pernah absen membuatnya tenang.




"Menangislah," kata Taeyong pelan. Ia menepuk punggung Jisoo dengan lembut. "Aku tahu kau lebih suka menangis sendiri tanpa ada yang tahu. Tapi tolong menangislah di hadapanku. Kita teman baik bukan?"




Jisoo mendongak. Menatap Taeyong yang juga menatapnya cemas. Ia tidak suka membuat Taeyong cemas. Ia lah orang yang selalu bersemangat dan selalu berfikir positif. Tapi mendengar Taeyong mengatakan itu membuatnya malu. Juga sadar. Ia tidak bisa terus memasang wajah ceria saat hatinya sedih.




"Ty." Jisoo memeluk Taeyong dan menenggelamkan wajahnya ke dada Taeyong. Membiarkan air matanya mengalir.




"Shhhh. Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja," bisik Taeyong.



Jika posisi ini dilakukan sebelum Taeyong mengenal Jisoo, ia akan kabur sebelum Jisoo sempat menyentuhnya. Tapi persahabatannya dengan Jisoo membuatnya nyaman. Gadis itu mesin penyemangat nya saat ia sedang down. Sekarang gilirannya untuk menyemangati Jisoo.





"Kau bahkan sudah masuk SMRookies. Sementara kami masih terpenjara di dungeon YG, hahaha. Padahal aku lebih dulu trainingnya dibanding kamu," bisik Jisoo. Meski menangis suaranya tak bergetar. Tapi Taeyong tahu air mata Jisoo sudah banjir membasahi kaosnya.





"It's okey. Semua akan indah saat waktunya tiba. Believe me, Jichu-ya."





"Ne."

DELUSION Where stories live. Discover now