Prolog

10.3K 694 50
                                    

'Krinnggg' 'Krinngg'

Suara berisik dari jam waker menyapa telingaku, merusak mimpi indahku di pagi hari yang indah ini. Dengan kepala yang masih berada di balik selimut, ku gerakkan tanganku menuju jam weker yang berada di atas meja kecil di samping tempat tidurku, berniat untuk mematikan.

'Tik'

Jari telunjukku berhasil menekan sebuah tombol dan akhirnya jam itu berhenti berbunyi. Kembali kumasukkan tanganku kedalam selimut dan berusaha untuk kembali tidur.

Saat kupikir akan dapat tidur tanpa gangguan

'Tok' 'Tok' 'Tok'

"Jungkook, cepat bangun!"

Suara ketukan pintu dan suara cempreng kembali mengusikku.

Suara pintu terbuka, tapi aku sama sekali tidak peduli dan kembali mencoba tidur. "Kook, sampai kapan kau ingin tiduran?"

"Lima jam lagi, kakak" jawabku ngasal.

"Cepat bangun atau tidak akan ada sarapan untukmu" ancamnya setengah kesal. "Terserah saja" ucapku tidak peduli.

"Jangan tiba-tiba jadi manja begini, Kook. Cepat bangun" selimut yang menutupi tubuhku tiba-tiba menghilang setelah di tarik paksa oleh orang yang menganggu tidurku.

Silau cahaya mentari pagi yang masuk lewat jendela di samping tempat tidurku terasa seperti memaksaku untuk bangun. Mataku terbuka perlahan-lahan, iris mataku berusaha mengadaptasikan diri dengan cahaya yang masuk.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali sebelum mengubah posisi tidurku menjadi duduk dengan sangat tidak bertenaga. Rambutku pasti terlihat kusut dan wajahku mungkin sekarang ini terlihat seperti Zombie saking tidak ada tenaganya.

Sebuah tangan menangkup pipiku dan memaksaku untuk menoleh kesamping. Aku yang baru bangun tidur tanpa perlawanan mengikutinya dan selanjutnya mataku yang awalnya hanya terbuka 20 persen langsung melonjak naik menjadi 100 persen.

Aku membelalakkan mataku saat merasakan benda kenyal dan basah membungkam bibirku. Orang yang menciumku, dengan mata tertutup mendorong dada telanjangku memaksaku untuk berbaring dengan dia menindih tubuhku tanpa melepaskan tautan bibir kami.

Sedikit pemberitahuan, aku tidur hanya dengan mengenakan Boxer hitam untuk menutupi privasi-ku. Jadi dada yang cukup berotot dan perut Six pack-ku tidak tertutupi oleh sehelai benangpun.

Tanpa menunggu lama ku balas ciuman itu.

Setelah beberapa saat, ciuman itu di lepaskan, menciptakan benang saliva yang menghubungkan bibir kami.

Orang itu menduduki perutku dan menumpukan tangannya di samping kepalaku. Aku memandang lurus pada matanya "Kakak?" gumamku seraya senyum terbentuk di bibirku.

Orang yang ku panggil kakak itu tersenyum. "Sekarang kau sudah tidak ngantuk bukan, putri tidur?" tanyanya.

Perkenalkan, orang ini adalah kakak ku, Jeon Jimin. Dia lebih tua 2 tahun dariku. Memiliki rambut Blonde karna ia mewarnainya. Dia memiliki wajah yang menurutku sangat cantik dan tubuh yang cukup ideal.

"Setidaknya sekali-kali kau harus bangun pagi, jangan membuatku repot terus"

Dia mengenakan kemeja putih kebesaran dengan dua kancing atas yang terbuka, memperlihatkan gundukan lemak di dadanya, walau kakak ku adalah lelaki tetapi ia memiliki dada yang sangat nyaman untuk digenggam.

Aku sama sekali tidak membalas perkataannya dan malah terfokus memandangi dadanya.

Jimin menatap Jungkook bingung. Matanya mengikuti arah pandangan Jungkook. "Hey, jangan melamun. Cepat bangun, kau harus segera sekolah" ucapnya dan berniat beranjak dari atas tubuhku.

Tanpa sadar, bagian selatan tubuhku berdiri, aku lelaki normal jadi wajar bukan kalau dipagi hari aku mengalami ini, ditambah lagi aku mendapatkan rangsangan dari manusia seksi ini.

"K-Kook, aku memang menyuruhmu bangun. Tapi bukan bagian 'itu'. Dasar otak mesum" komentarnya saat gundukan di Boxerku tidak sengaja menyentuh bagian bawah tubuhnya yang di tutupi celana. Jika saja bawah tubuh kami sama-sama telanjang, pasti akan nikm-

'Plak!'

Sebelum aku menyelesaikan imajinasiku, dia sudah lebih dulu menampar pipi kiriku lalu berdiri.

"Jangan berpikiran mesum yang keterlaluan tentangku. Cepatlah mandi lalu keruang makan. Jangan coba-coba untuk tidur lagi, nanti kau bisa telat" ucapnya lalu berjalan menuju pintu.

Aku duduk di tepi tempat tidur memandang punggungnya. Rambut blondenya yang kini telah lebih panjang bergoyang-goyang beriringan langkah kakinya.

Saat ia menghilang dari pandanganku, barulah aku berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Jimin, kakak yang kucintai tidak suka di bantah, jadi daripada mendapat omelan yang lebih mirip pidato darinya lebih baik aku mengikuti perintahnya.

Ah iya, tadi aku memasukkan kata 'Cinta' pada kalimatku. Aku yakin kalian tau maksud kata itu, dan itulah yang aku rasakan padanya.





[Re-Pub]
• Kimmypand 2017 •

BROTHERWhere stories live. Discover now