"Akh"

'Ya Tuhan, kenapa sakit sekali?'

Nafasnya memburu, ia memejamkan mata dan bersikap setenang mungkin. Hingga beberapa menit berlalu, dan Yoongi berusaha menegakkan dirinya setelah sakit itu perlahan hilang. Ia mengusap peluhnya, mengatur nafas. Segera membereskan kertas-kertasnya dan beranjak ke kotak obat di dapur. Ia mengambil obat maag, mengunyahnya seraya masuk ke kamar.

Ia dapat melihat kertas berserakan di meja nakas, dari tulisannya pun dia tahu itu milik Namjoon.

"Hahh..."

"Maaf, appa,"

Yoongi mengernyit saat samar mendengar gumaman salah satu adiknya, Taehyung. Ia yang berposisi sejajar dengan ranjang Taehyung pun mengubah posisi, menghadap Taehyung yang masih setia memejam, namun beberapa kali alisnya bertaut gelisah.

"Appa, jangan pukul aku, kumohon... sakit, jangan pukul aku,"

"Eomma... eomma..."

Yoongi buru-buru bangkit, ia menjulurkan tangannya guna menepuk Taehyung. Antara membangunkannya atau membuatnya tenang. Ia tau, semua tau jika kebiasaan tidur Taehyung memanglah mengigau, bahkan tak jarang Taehyung berteriak. Namun, kali ini, ia melihat sendiri bagaimana igauannya terdengar menyedihkan, sampai adiknya meneteskan air matanya dalam tidur.

"Taehyung, hey, tenanglah... sshh... tenanglah," ia berbisik, cukup membuat Taehyung berhenti bergumam dan mendengkur halus. Yahh, setidaknya adiknya itu sudah tenang.

'Tunggu'

Yoongi menoleh lagi, menatap wajah damai Taehyung. Pikirannya jadi melayang pada igauan adiknya barusan.

'Apa... ayahnya sering memukulnya?'

Ia teringat, dimana hari itu tanpa sengaja masuk ke kamar saat Taehyung berganti baju. Adiknya yang satu itu selalu saja berganti baju sendirian, tidak pernah sepenuhnya telanjang dada sekalipun di dorm, paling hanya berkaos tanpa lengan.

Saat itu, ia melihat....

Bekas gores panjang di punggung Taehyung.

Tidak hanya satu.

Goresannya seperti banyak, walau samar.

Seperti bekas... cambukan?

'Apa ayahnya sering menyiksanya? Astaga, kenapa aku jadi berpikiran yang tidak-tidak.'

'Hahh sudahlah Yoongi, tidur saja'

Dan ia pun menyamankan tubuh, bersiap tidur. Besok, ia masih perlu melanjutkan tanggung jawabnya.


~~~


Keesokan harinya...

Seokjin menatap satu per satu adiknya, masih kurang seorang lagi. Ia sengaja belum membangunkanna, mengerti jika adiknya bekerja keras hingga larut malam, pastilah lelah. Pada hari ini, mereka harus kembali berlatih.

Ia melepas apronnya, berinisiatif membangunkan Yoongi. Bisa ia lihat punggung kurus adiknya yang tidur menghadap dinding. Gerakan tangannya sangat pelan mengusap punggung kecil itu, tak mau membuat empunya sakit kepala karena terkejut saat dibangunkan.

"Yoongi-ya, bangun... semua sudah bangun, ingat, hari ini Sondeuk seonsaeng mengajarkan gerakan baru lagi."

"..."

"Yoongi,"

"Hey, aku tau kau mendengarku,"

Seokjin merasa aneh. Yoongi bukan tipe yang sulit dibangunkan, tapi tipe yang sulit beranjak dari ranjang. Biasanya, ia akan menyahut dengan gumaman, atau isyarat tangan yang menandakan ia sudah bangun. Namun, kali ini seolah Yoongi benar-benar belum bangun.

FATAMORGANAOnde histórias criam vida. Descubra agora