3. Meet Again?!

1.6K 231 23
                                    

Soohyun' Point of View

Sepulang sekolah, aku langsung pergi menuju kafe yang kini telah menjadi tanggung jawabku bersama dengan Seokjin yang sudah dibuka pada awal bulan Juli kemarin.

Dia-Seokjin tentunya memiliki bahu yang sangat lebar. Itu daya tarik tersendiri bagi Seokjin, apalagi seperti yang dia lakukan sekarang ini-mengantarkan pesanan untuk pelanggan dengan senyumnya yang manis. Seokjin itu walaupun berperan sebagai 'wakil direktur', dia tetap keras kepala ingin membantu para pegawai disini. Soo's Café, itulah nama café yang didesain khusus dari appa untuk ku kelola.

"Oppa, annyeong!" Kutepuk bahunya dengan pelan, dia menoleh dan senyumnya masih terukir dengan jelas. "Oh, hai Soohyun. Bagaimana dengan hari pertama sekolah?" Tanyanya tanpa berlama-lama. Aku mengikutinya sampai kedalam ruang kerja-ruangan khusus untuk Seokjin, para pegawai, dan yah, aku juga memiliki meja kerja didalamnya.

"Kurasa cukup menyenangkan, oppa."

Seokjin menaikkan salah satu alisnya, mungkin dia tahu kalau aku sedang dalam mood yang 'sedikit' kacau pagi tadi. "Kau yakin?" Tanya pria berusia 25 tahun itu. Tanpa disuruh, aku menggeleng-tanda menolak. Sungguh, mood-ku perlu diperbaiki sekarang!

"Sudah kuduga. Kau boleh cerita apapun padaku." Pria itu mengusap-usap dagu layaknya peramal yang berhasil meramalku kedalam takdir yang tak berujung. Aku memposisikan dudukku dihadapan meja kerja, juga sambil membereskan beberapa tumpukan file disana. Maklum, café ini baru dibuka sekitar awal September kemarin. Jadinya banyak yang harus kuurus bersama dengan Seokjin.

"Aku bertemu dengan seorang yang menyebalkan, oppa."

Tanpa kulihat, Seokjin tertawa-dengan suara maut gesekan kacanya. "Astaga, sudah pernah oppa katakan kalau kau akan terkenal dengan cepat!"

"Heol. Ini tidak seperti apa yang oppa pikirkan!"

"Baiklah, baiklah. Lanjutkan"

Aku menarik napasku, menyebut nama 'Jeon Jungkook' secara lengkap tanpa meninggalkan kecacatan didalamnya. Tiba-tiba saja Seokjin terperanjat ketika aku selesai mengucapkan nama menyebalkan itu.

"JEON JUNGKOOK?"

Suaranya astaga! Rasanya aku ingin menyumpal mulut Seokjin dengan file-file yang berada dihadapanku. "Oppa, kau berlebihan. Nama Jeon Jungkook bukan hanya satu di Korea!"

"Tidak! Maksudku, Jungkook murid Busan High School! Disekolahmu, Soohyun!"

Dengan cepat, aku menatap Seokjin dengan intens. "Kau mengenalnya?"

"I-itu.. dia juga anggota Beyond's Club. Bersama dengan Jimin dan Taehyung juga. Jungkook dan Taehyung itu maknae dalam grup kami. Dasar anak SMA."

"Taehyung? Kim Taehyung?" Tanyaku untuk memastikan. Jika memang benar Taehyung yang dimaksud Seokjin adalah si ketua kelas itu-aku mau mengenalnya lebih jauh lagi.

"Kim Taehyung. Katanya sekarang dia sekelas dengan Jungkook."

Oh yeah, jackpot!

"Apa kau sekelas dengan mereka berdua?"

Aku mengangguk. Dewi fortuna mempertemukanku dengan Kim Taehyung, sedangkan Thor yang sedang murka mengirim Jeon Jungkook dikelas yang sama denganku.

Tiba-tiba saja Irene-salah satu pegawai yang sudah kuanggap eonni (kakak perempuan) sendiri menghampiri kami berdua dan mengatakan bahwa ada orang yang ingin bertemu dengan Seokjin.

"Baiklah terima kasih. Kau dapat menyuruhnya untuk menunggu." Irene segera memberi hormat dan langsung pergi menjauh. Tanpa berlama-lama, Seokjin melepaskan celemeknya, lalu mengantungkannya ditiang khusus disudut ruangan.

"Tak berminat pergi denganku?" Tanya pria itu sebelum keluar dari ruangan. Aku menggeleng-tanda menolak. Setelah itu, dia mengangguk dan pergi dari ruangan ini.

Aku kembali merapikan meja kerjaku, kemudia melirik salah satu file yang setiap harinya harus dan wajib dicek-buku laporan keuangan harian Soo's Café. Aku mengecek halaman per halaman yang sudah menghiasi hampir seperempat buku itu. Ketika aku ingin membalik ke halaman selanjutnya, tiba-tiba saja Seokjin masuk dan kutebak dia membawa seseorang-entah itu wanita atau laki-laki aku tak terlalu peduli.

"Sudah kukatakan dia Soohyun. Pemilik café ini, Kook!" Suara Seokjin memenuhi ruangan ini. Aku mendongak, pandangan pertama tertuju pada Seokjin, lalu disebelah kanannya terdapat seorang manusia penghancur suasana hatiku.

Siapa lagi kalau bukan si Jeon-menyebalkan-Jungkook?

Aku kembali memfokuskan diri pada buku catatan keuangan itu. Berusaha menenggelamkan diri dalam hitungan won yang mendominasi laba café. Cukup mengesankan, namun tidak dengan 2 orang manusia yang duduk dengan santai diruangan ini-walaupun jarak kami agak berjauhan.

"Anak baru." Panggil si pemilik suara kelinci itu.

"Hei!" Panggilnya lagi.

Dapat kudengar Seokjin memukul bahu Jungkook-sepertinya keras dan itu daoat kudengar dari ringisan Jungkook.

"Bersikaplah dengan manis terhadap pemilik café!" Lalu, kututup buku catatan keuangan itu dan kulihat ada guratan didahi Jungkook yang menunjukkan kalau dia dalam mode-tidak-bingung sekarang. Sungguh santai sekali dia!
Aku menggeleng pada Seokjin, "aku hanya mengelola dan mengembangkan café, oppa. Semua modal café ini berasal dari kedua orangtuaku. Kau tahu itu."

"Sama saja. Nanti kau juga yang akan memiliki semua aset café ini." Seokjin menjulurkan lidahnya padaku. Sudah kebiasaannya ketika mengejekku.

Yang kulakukan hanya menggeleng, lalu kembali menatap Jungkook. "Ada perlu apa denganku?"

Jungkook mengeluarkan senyum mengejeknya, "awalnya aku hanya ingin bertemu dengan hyung, tapi dia tadi bertanya padaku apakah aku mengenal yang namanya Park Soohyun, dan berakhir disini seperti yang kau lihat, nona."

Aku hanya ber-oh ria.

"Kudengar dari Soohyun, kau membuat mood-nya kacau. Apa yang sebenarnya terjadi, Kook?" Seokjin menatap Jungkook, lalu balik menatapku.

Persetan kau Kim-oppa-sialan-Seokjin!

"Kurasa kita harus menyelesaikannya bersama disini. Aku tidak akan memihak kalian berdua. Aku akan sebagai penengah." Sambung pria tua itu.

"Malas", jawabku lalu segera meninggalkan ruangan ini-namun ditahan oleh Jungkook. Pergelangan tanganku dicegat olehnya.

"Dengar, apapun itu aku bersalah. Kita harus meluruskan masalah tadi disini. Mumpung ada Seokjin hyung."

Baiklah, aku mengalah. Aku kembali ke meja kerjaku. Jungkook yang bercerita pertama.

"Tadi pagi aku dikejar oleh siswi perempuan. Kau lihat sendiri, kan betapa banyaknya mereka? Karena mereka banyak, aku tidak mungkin meninggalkanmu sendiri untuk dikeroyok oleh mereka. Mangkanya kutarik kau dari sana."

Seokjin menatapku, "bagaimana Soohyun?"

Aku menghela napas, "baiklah. Terima kasih atas kebaikanmu dan maaf jika aku terlihat menyebalkan."

Jungkook tersenyum, gigi kelincinya terlihat jelas dimataku. "Baiklah, kita clear, kan?"

Aku mengangguk, lalu menambahkan, "tapi aku tetap akan menganggap bahwa kau menyebalkan, Jeon!"

"Tidak dengan sebutan untukku, nona Park!"

"Jeon!"

"Park! Park! Park!"

Dan Seokjin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala atas kelakuan kami berdua.[]

Sweet Dream; Jeon JungkookWhere stories live. Discover now