- 01 -

60.2K 3.5K 292
                                    

Jeon Wonwoo yang tengah serius menekuni tumpukan dokumen di mejanya itu menghentikan gerakan tangannya sejenak ketika mendengar pintu ruangannya diketuk, "Masuk," suruhnya singkat tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada dokumen di depannya.

Pintu terbuka.

Memperlihatkan seorang pria lain dengan kemeja biru yang dilapisi oleh jas serta dasi berwarna hitam. Wajahnya tak kalah tampan dari Wonwoo. Ia kemudian berjalan menghampiri Wonwoo yang tak lain adalah atasannya itu, sebelum menundukkan kepala, sebagai tanda hormatnya.

"Maaf mengganggu, sajangnim--" lelaki itu mengulum bibirnya. Menyadari ada sesuatu yang salah dengan ucapannya.

Berdehem, ia sepertinya akan memperbaiki ucapannya. "Yehwa Group menerima permintaan kerjasama yang kita ajukan," katanya santai dan tanpa diminta langsung mendudukki kursi di depan atasannya itu seraya melonggarkan dasi yang mengikat lehernya.

Wonwoo mengangkat kedua alisnya. Mengalihkan pandang pada wajah pria di di depannya. "Bagus," tanggapnya singkat.

Lelaki di depan Wonwoo itu menghela nafas. Memajukan badannya, dan memandangi Wonwoo intens. "Tapi hyung...."

Kali ini dahi Wonwoo menciptakan kerutan samar. Menunggu Mingyu melanjutkan kata-katanya.

Kim Mingyu, si bawahan sekaligus tangan kanan yang sudah Wonwoo anggap seperti saudara itu mengangkat kedua alisnya. "Bagaimana ya, menjelaskannya..."

"Aku yakin kalau aku tak membayarmu untuk membuang waktuku seperti ini."

"Arraseo," Mingyu berujar cepat. Kemudian ia kembali terdiam sejenak. "Sajangnim dari Yehwa Group meminta imbalan darimu."

"Imbalan?"

Mingyu mengangguk. "Dia ingin kau...." lagi-lagi pria ini menjeda kalimatnya.

"Ingin apa?"

Mingyu terlihat menahan salivanya, kemudian bibir itu naik. Dia tersenyum paksa. "... Yehwa sajangnim, ingin kau... Jadi menantunya."

"Kalau begitu, batalkan saja kerjasamanya," sahut Wonwoo cepat dan tenang. Pria itu kembali fokus pada dokumen di depannya.

Mendengar hal tersebut, Mingyu lantas membelalakkan matanya lebar. "Tapi hyung--"

"Sajangnim itu pikir dia siapa bisa meminta imbalanku? Perusahaan ini bisa tetap membangun ratusan hotel tanpa perlu bekerja sama dengan Yehwa Group. Lagipula masih banyak yang mau mengantri untuk menerima kerjasama dariku," jelas Wonwoo.

"Kau tak boleh membuang kesempatan ini, hyung," Mingyu mencoba membujuk atasannya itu. "Kau tahu kan siapa putri dari Yehwa sajangnim? Jung Yerin! Banyak pria yang mengantri diluar sana untuk mendapatkannya--"

"Kalau begitu, kau saja yang menikahinya," kata Wonwoo.

Mingyu terdiam. Memandangi Wonwoo seraya menghela nafasnya. "Aku yakin kau masih ingat kalau kau hadir di resepsi pernikahanku dua bulan lalu."

"Beristri dua tak akan membuatmu mati, Mingyu-ah."

"Maaf, tapi aku sudah puas hanya dengan mempunyai satu istri," kata Mingyu.

"Ya sudah, batalkan."

"Hyung...." Mingyu berdiri dari kursinya. "Sampai kapan kau akan terus seperti ini? Setidaknya kencanilah satu wanita agar tak banyak gosip jelek tentangmu."

Wonwoo tak menanggapi, dan Mingyu tahu bahwa ini sudah keputusan final. Tak bisa diubah lagi, bahkan jika Mingyu mengancam bahwa ia akan menceraikan isrtrinya kalau Wonwoo tetap membatalkan kontrak besar ini.

Just Need a Baby ✔ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now