EPILOG

1.3K 117 34
                                    

6 Tahun Kemudian...

"Appaa... Nara pulang.." ucap seorang bocah 5 tahun yang bergegas masuk ke rumahnya. "Hemmm.. appa..appa dimana?" teriak Nara terus yang celingak-celinguk mencari keberadaan ayahnya.

"Appa disini nara-ya.. di halaman belakang" sahut sang ayah.

Nara menoleh "ahh.. pasti appa sedang melukis lagi" pikir bocah itu, lalu dengan mengendap-ngendap ia mulai berjalan menuju sang ayah.

Nara tepat berdiri di belakang ayahnya. "1,2,3 .. APPAA" peluk nara dari belakang mengagetkan sang ayah. Tapi kemudian wajah bocah itu terlihat kesal.

"hishh.. Kok appa tidak kaget sih?" dengus nara menyilangkan kedua tangannya.

Sang ayah hanya terkekeh geli "haha.. appa tau pasti nara mau mengangetkan appa seperti kemarin kan?, itu tidak mempan lagi haha"

"ck.." Nara mengehela nafas kecewanya. Tapi kemudian ia terlihat antusias . "Appa.. tadi di TK ada pelajaran menggambar, dan Ibu guru bilang gambar nara sangat bagus, terus nara dapat nilai paling tinggi di kelas" bangga anak itu.

"benarkah?? Wahh daebak,, anak appa memang hebat" puji sang ayah mencoba mengelus kepala sang anak.

"iya appa, gambar nara sangat bagus, appa mau lihat? Ini lihatlah" ucap nara sedikit memaksa.

Tetapi sang ayah hanya diam dan tersenyum padanya. Nara baru menyadari satu hal bahwa ayahnya tidak bisa melihat. "Ah appa, mi-mian.. nara.." gugup nara.

"tidak apa-apa, appa tidak perlu melihatnya, appa yakin gambar Nara pasti benar-benar bagus" senyum sang ayah mengacungan jempolnya. "anaknya siapa dulu dong?"

"Anaknya appa dong" jawab nara langsung memeluk sang ayah.

Tiba-tiba terdegar suara seorang wanita yang berjalan ke arah mereka "hanya anak appa, eomma tidak?" cemberut sang ibu.

Nara terkejut "eh.. eomma juga lah" cengir nara langsung memeluk ibunya.

"Sudah, jangan ganggu appamu, sekarang nara ganti baju, cuci tangan, terus makan, eomma sudah siapin makannya di meja" ucap ibunya menyentil hidung kecil nara.

"Siapp eomma!!" jawab nara pasti. "appa.. nara ke kamar dulu ya.." nara kembali memeluk sang ayah.

"iyaaa.. anak manis" senyum bahagia ayah. Kemudian Anak itu segera bergegas menuju kamarnya. Sementara sang ibu mendekati suaminya sambil merangkul pundak sang suami.

"Kook.. kau sedang apa??" tanya Nami sang istri.

"hem.. Melukismu.." jawab jungkook.

Ya.. walau Jungkook tak bisa melihat tapi kemampuan menggambar dan melukisnya luar biasa, ia hanya mengandalkan instingnya dan jadilah sebuah lukisan yang Indah.. dan itu adalah salah satu cara Jungkook untuk mencari penghasilan tambahan.

"Melukisku? Bagaimana bisa? Dia kan tidak tau wajahku.." batin nami curiga.

Kemudian ia perlahan mengambil kanvas yang sudah tergambar itu. Nami telihat shock melihat lukisan tersebut, tangannya gemetar dan tubuhnya serasa lemas. Air mata tertahan di pelupuk matanya.

"Ju-Ju-Jungkook-ah" ucap nami tertatih. "I-ini kan??"

Jungkook diam sesaat. "Aku hanya bisa melukis dengan ingatan yang aku punya, dan aku ingat wajah cantikmu serta senyumanmu yang selalu ingin aku lihat setiap hari.. yaa, itu kau.... Yuju-ya..."

Nami bukan.. Yuju tersentak dan sebulir air matanya menetes. "ba-bagaimana kau.. tau.."

"aku tau, bahkan sejak pertama kita bertemu, suara, aroma tubuh bahkan sentuhan tanganmu itu hanya milik Choi Yuju dan aku semakin yakin ketika aku mendengarmu menangis sebelum pernikahan kita, itu milikmu" jawab jungkook tenang.  "Kenapa setelah 6 tahun pun kau masih berpura-pura??"

For You- Sequel of Spring Day  (selesai)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin