BAB VII

123 22 5
                                    

Aku maupun kamu tak akan pernah tahu ke mana angin membawa pergi benih-benih rumput liar. Begitu pun rasa ingin memiliki ini tertuju.

🍃🍃🍃

Suasana lapangan basket sekolah hari Minggu pagi ini sedang ramai. Para peserta ekskul basket sedang berlatih, termasuk Galung dan Andro. Akan tetapi, Galung terlihat sama sekali tidak bersemangat menjalaninya. Ketika Lando dan anggota tim basket yang lain saling pamer kebolehan di hadapan para gadis dan juga junior-junior mereka, ia hanya duduk di tepi lapangan dengan tatapan kosong.
       
"Ada apa, Lung? Kayanya ada yang aneh sama kamu?" tanya Andro, yang memilih untuk menemani sahabatnya daripada ikut unjuk kebolehan bersama anggota tim basket yang lain.

"Nggak ada apa-apa, Ndro," jawab Galung berbohong. Masih ragu untuk bercerita.

"Memangnya kita baru kenal berapa hari, sih? Aku tahu ada yang lagi kamu pikirin, Lung. Apa kamu bertengkar lagi sama ayah kamu?"

"Nggak. Dia sudah beberapa minggu ke luar kota."

"Lalu apa?"

"Entahlah, aku nggak yakin untuk cerita."

“Emangnya kenapa?"

Galung tidak segera menjawab pertanyaan Andro, melainkan berpikir sejenak dan mempertimbangkan kembali keputusannya untuk bercerita pada Andro mengenai hubungannya dengan Diandra.

"Aku menyukai seseorang."

"Apa? Sejak kapan? Siapa namanya? Anak mana? Cewek, kan?" Pertanyaan Andro langsung meluncur dengan beruntun seperti senapan. Namun, pertanyaan terakhirnya cukup membuat Galung tersinggung.

"Kamu pikir aku menyukai sesama jenis? Gila!" ujar Galung marah.

Sorry, Lung. Maksudku nggak gitu. Selama ini, kan, kamu nggak pernah cerita kalau sedang menyukai seseorang. Kamu juga terlihat nggak  suka tiap kali dideketin cewek-cewek." Andro berusaha menjelaskan agar tidak terjadi salah paham.

"Aku memang nggak suka didekati cewek-cewek, tapi bukan berarti aku menyukai sesama jenis."

"OK, aku tahu. Tapi siapa gadis itu?"

“Nanti juga kamu pasti tahu."

"Tumben benar kamu pakai rahasia-rahasiaan gini sama sahabat sendiri, Lung?"

“Udah, bukan itu masalah utamanya."

“OK. Jadi apa yang bikin kamu suntuk?"

"Aku bingung gimana nyatain perasaanku sama dia."

"Tinggal bilang aja. Apa susahnya?”

"Andai saja segampang itu," gumam Galung.

Sorry, Lung. Tapi kamu, kan, tahu kalau aku sendiri belum punya pacar. Aku jelas bukan ahlinya untuk soal ini. Coba saja tanya Lando. Kita semua tahu dia lebih berpengalaman," usul Andro.

Andro benar. Lando sudah beberapa kali berganti pacar. Meski Galung tidak begitu suka dengan hal itu, ia harus mengakui pengalaman rekan tim basketnya itu sudah terbukti. Namun, ia merasa membutuhkan orang yang lebih baik untuk memberinya saran. Diandra adalah gadis yang berbeda. Dia istimewa. Dan, Galung butuh hal yang juga sama istimewanya.

"Aku rasa nggak perlu, Ndro. Aku udah tahu caranya," ujar Galung kembali bersemangat. Ia bangkit dari duduknya dan bersiap pergi untuk melakukan rencana yang sudah terlintas di pikirannya.

Namun, langkah Galung terhalang oleh seorang gadis yang tanpa ia tahu sudah mengamatinya sepanjang pagi ini.

Gadis itu Anjani, yang tersenyum malu-malu dan nampak bermaksud untuk menyapa Galung. Ia membawa sebuah bola basket kemudian memberikannya pada Galung.

Angin Padang Rumput (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now