CHAPTER THIRTY

Mulai dari awal
                                    

"Dih sok imut banget," gue menampar pelan pipi Gita, "eh kapan sih kita reunian?" gue basa-basi.

"Emang lo mau ketemu siapa hah?" jawab Gita dengan suara 'sok' berat.

Dengan usaha ekstra dan bermodalkan wajah super cute, akhirnya Gita mengizinkan permohonan gue. Gita mengumpulkan seluruh lapisan generasi siswa siswi kelas 12 periode 2008/2009.

"Jadi, reuninya pas Minggu depan ya di aula sekolah ya, entar gue jemput." jelas Gita.

"Minggu depan? Di sekolah? Hari Jumat? Jadi yang sekolah gimana?" tanya gue bertubi-tubi.

"Enggak maksudnya hari Minggu, pas minggu depannya, dodol lo."

"Ohhhh ya ya.. Ngerti ngerti!"

"Huh!"

Akhirnya.. Mau reuni juga, hihi.

-----

Selama menunggu seminggu, gue memutuskan cuti dan menghabiskan waktu bareng keluarga.

Sempet juga pas gue dan mama ke mall, penyakit mama kambuh, tapi mama minta ke photobox. Nama penyakit itu alay.

Hari demi hari berlalu. Hari ini reuni di sekolah, yeay. Gue memakai dress hitam putih selutut dan pita putih. Sedangkan Gita, dia pake dress sejengkal di bawah lutut dengan cardigan.

Gue dan Gita pergi ke sekolah pakai mobil, biar kewl gitu.

"Ih, mereka udah pada berubah ya?" gue melihat keliling gedung, banyak alumni siswa dan siswi yang sudah mapan dan tampaknya, begitulah.

"Iya haha, eh itu Hana ya?," gue menunjuk seorang wanita yang memakai jas putih, "dia jadi.."

"Dokter?" sambung Gita.

"Iya, wih pada keren-keren nih mereka. Hmm.. Lalu, kita ngapain aja nih?" ujar gue sambil mengayunkan tangan. Berharap ada yang ngajak makan.

"Eh ke taman yuk!" Gita menarik tangan gue.

Kami berjalan menuju taman, menikmati indahnya malam. Untungnya disini banyak lampu, jadi gak gelap amat. Haha.

Di sekolah ini sudah banyak yang berubah, seluruh dinding berganti warna, aula sudah di renovasi, sudah ada rumah kaca, almost perfect-lah!

"Zee, lo masih ingat ini?" Gita menyerahkan beberapa keping permen berwarna putih.

"Permen apaan nih?"

"Enggak, ini cream cupcake yang gue taruh di freezer," Gita menaruh kepingan cream itu di tangan gue, "simpen baik-baik"

"Bentar, cream cupcake apaan?" gue membolak-balikkan cream beku itu.

"Ingat cupcake dari Boston?"

"Oh! Ya, yang dia putusin gue kan?! Tapi untuk apa? Dan ngapain lo simpen?"

"Gue suka sama Boston Zee." Gita menundukkan kepalanya.

"HAH?! Selama ini?!" gue menatap wajah Gita penuh kekhawatiran.

"Sorry gue baru bilang, gue takut lo gak bakal terima. Gue takut kalo lo masih suka sama Boston."

"Enggak bakal lah, lo kan sahabat gue. Gak mungkin gue kayak gitu," gue menarik tangan Gita, lalu memberikan potongan cream itu, "Lo masih suka dia kan? Sekarang lo simpan ini. Besok lo nyatain ke dia. Gue tau lo strong"

"Tapi lo gak pernah bilang ke Titan?"

"Git.. Argh. Gue gaada harapan lagi sama dia. Bisa aja dia udah punya anak 2 atau mungkin 5"

"Lo bisa motivasi gue tapi lo sendiri gaada motivasi." Gita mulai berdiri.

"Kok lo nyolot sih?"

Gita berlari dari taman. Meninggalkan gue sendiri. Gue gaktau kenapa Gita kayak gitu.

Gue mengikuti Gita, berlari menuju aula. Jujur aja, gue orangnya penakut. Apalagi ini sekolah gelap, dan gue sendirian di taman?!

"Han liat Gita gak?" tanya gue sambil ngeliat sekeliling.

"Gaktau gue, kayaknya tadi ke parkiran deh."

"Makasih!" jawab gue lalu berlari keluar sekolah.

GUBRAKKK!!

"Sorry sorry! Gue gak sengaja," teriak gue ketakutan, "Titan?! Eh.. Loo, ngapain disini?"

"Reuni kan?" Titan mengusap kepalanya.

"Oh iya.. Eerr.. Gue, cabut dulu." yaampun, awkward banget sumpah dah.

Gue berlari menuju parkiran, mencari keberadaan Gita.

"Huuhuhu.. Hiks hiks.."

Suara apaan tuh? Jangan-jangan Gita, pikir gue.

"Git? Gita?" gue melihat di balik pohon, "Git lo kenapa?"

Gita berdiri, lalu berjalan mendahului gue sambil menutup matanya.

"Git! Lo kenapa sih, " gue menahan bahu Gita, "Lo kenapa? Kasi tau gue sekarang!"

"Apaan sih lo! Hiks.. Bukan urusan lo!" jawab Gita sambil menutup mulut dengan sebelah tangannya.

"Git, please.. Lo itu sohib gue, gue tau ini pasti tentang Boston kan? Git, masa gara-gara sepotong cream beku itu, kita ninggalin acara reuni sih?" jelas gue.

"Ini bukan sekedar cream beku, Zee! Lo gaktau apa-apa!"

"Yaudah kalo gue gaktau kenapa lo gak mau cerita."

Gue menunggu jawaban dari Gita. Lama. Banget. Sumpah.

"Sebenarnya gue.. Hiks.. udah bilang ke Boston kalo gue suka sama dia," kata Gita sambil terisak, "tapi Boston udah tunangan."

"Hah?! Er.. Emm.. Gita? Maafin gue ya Git. Gue... Gue gak maksud nyakitin lo, sekarang kan gue udah gada hubungan apapun sama dia" gue merangkul pundak Gita.

"Iya gapapa," Gita mengusap air matanya, "Yuk ke dalem."

-----

BESOKNYA

Gue udah mulai kerja lagi. Kali ini, gue bakal memandu para pendatang dari Riau.

Seperti biasa, gue mengikat satu rambut gue. Tapi kali ini dengan poni menyamping.

Gita? Gue gaktau nasib dia gimana. Semoga baik-baik aja.

"Cie anak mama sekarang udah kerja." cibir mama sambil menaruh sarapanku.

"Biasa aja kali ma."

-----

"Selamat pagi semua, wah pada semangat semua ya! Selamat datang di Jakarta! Jadi, Jakarta ini adalah ibukota Indonesia, udah pada tau semua kan? Blablablabla." jelas gue.

Gue menceritakan semua tentang Jakarta, mulai dari monumen nasional, kota lama, dan mencoba kuliner khas Jakarta, seperti kerak telur.

Detik demi detik berlalu..

Tugas gue selesai. Gue turun dari bis dan menunggu seluruh penumpang turun sambil meneguk sebotol frappuccino.

"Hai."

"Em.. Hai," gue menutup botol frappuccino dan menoleh, "ketemu lagi kita?"

"Kok lo bisa disini?" gue menunjuk bis.

"Gue jadi penumpang disini."

"Pe? Penumpang? Lo dari Riau?" gue mengerutkan dahi.

"Udah ah, gue.. mau ngasi ini."

Dia memasukkan tangannya ke sakunya, mengeluarkan sesuatu dari sakunya...

"TITAN!!!" seseorang berteriak dari kejauhan.

Seorang perempuan berlari ganjen mendekati Titan dengan ekspresi innocent-nya.

"Titan I MISS YOU!! I miss you so badd!"perempuan itu memeluk Titan.

Gue? Gue ga ngapa-ngapain. Gue cuma liatin kemesraan mereka. Ngenes banget.

"Zee? Gue.. Gue balik dulu yah?" Titan menunjuk mobil dari kejauhan.

"Oke.. Hati-hati ya.." gue melambaikan tangan, lalu membalikkan badan. Menelan mentah-mentah kenyataan kalau Titan dan Kayla emang jodoh.

-----

OPERA LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang