The First Run

13K 290 7
                                    

"Aku menyukaimu, Zra." Tegas Rio.

Razra hanya terbelalak mendengar ucapan Rio-teman sebangkunya-yang sangat mendadak. Tiada angin ataupun hujan, Rio dengan tegas menyatakan perasaannya di muka umum.

"Rio, Aku tak bisa." Ujar Razra.

Perempuan manis dan lemah lembut ini terlihat sangat gugup. Bagaimana tidak? Abi-ayah-nya melarang dia untuk berhubungan dengan Rio. Alasannya? Jangan tanyakan pada Razra, ia pun tidak mengetahuinya.

"Tapi Zra. Aku sa-"

"Cukup Rio! Sekali tidak tetap tidak." Razra memotong ucapan Rio. Ia tidak ingin lagi menanggapi pernyataan Rio. Menurutnya, satu jawaban saja sudah cukup. Razra kemudian pergi meninggalkan Rio dan teman-teman di kelasnya.

****************

[FLASHBACK] 

Adam Octario. Pemuda yang kerap dipanggil Rio ini memiliki paras yang begitu tampan. Tingginya yang semampai ditambah dengan postur tubuhnya yang sangat atletis dan cocok dengan parasnya menambah kesempurnaannya. Rio, anak dari Jenderal Ananda Rivon dan Sersan Anindi Octavia ini telah berumur 17 tahun. Bersekolah di sekolah elite tak membuatnya sombong. Ia sangat ramah dan rendah hati.

"Adam!" Sapa seseorang dari ujung kantin.
Rio mengetahui siapa orang itu. Hanya satu orang yang memanggilnya dengan nama "Adam".

"Ya Mad? Ada apa?" Achmad-sahabatnya-telah berada tepat di depan Rio. Achmad nampak terengah-engah. Tak ada jawaban. Pemuda berbadan kurus itu malah menyeret-menarik-Rio menuju ke kelas X1-G IPS.

Tepat di depan pintu ruang itu. Rio berdiri dengan perasaan yang cukup mendebarkan. Hatinya masih belum sanggup menerima kenyataan ini.

Selama di perjalanan tadi, Achmad bercerita mengenai Razra-doi Rio-yang telah kembali sendiri-single. Oleh karena itu, Achmad menyuruh Rio untuk segera menyatakan perasaannya.

[FLASHBACK END]

Senin, 17-08-'16
Di jalan menuju rumah Rio

"Kau siapa?" Tanya Rio.

"..."

"Kau siapa?!" Rio mulai geram.

"..."

"Kau siapa?! Enyahlah dari hadapanku!" Rio meninggikan suaranya. Rupanya, amarah mulai datang kepadanya. Akan tetapi, Rio bisa mengendalikannya setelah orang itu membuka suara.

"Lebih baik kau lewat jalan lain."

"Ugh, baiklah."

BUGH

Satu hantaman keras mengenai kepala Rio. Tubuhnya ambruk seketika di jalan sepi itu. Rio tak berdaya. Sesaat setelah semua menjadi hitam, ia tak sadarkan diri.


Senin, 17-8-'16 (18.00WIB)

Kepala orang itu masih terasa pening. Ia mencoba membuka kedua matanya, lalu tusukan-tusukan cahaya menyerang indra penglihatannya. Orang itu berusaha beradaptasi dengan suasana baru itu. Sesaat sebelumnya, ia tidak ingat apapun. Apapun itu.

"Suster, apakah dia sudah sadar?"

Sayup-sayup ia dapat mendengar suara pembicaraan antara suster dan dokter dari depan ruangannya. Oh, mungkin aku di rumah sakit. Batinnya.

"Hai? Apa kau merasa pusing?"

"..."

"Hello.. Aku yang menolongmu."

"Hm? Benarkah? Terima kasih." Ucap orang itu. Ia hanya dapat berterima kasih saja. Kenapa? Karena dia juga lupa akan namanya dan semua tentangnya.

"Siapa namamu?"

"Aku tidak tahu." Orang yang duduk di sebelahnya langsung tertawa. Orang itu tertawa cukup lama, hingga akhirnya berhenti dan mengucapkan sebuah pernyataan.

"Kau amnesia. Dokter mengatakannya kepadaku."

"..."

"Kau amnesia."

"..."

"Baiklah, sekarang jangan mencoba mengingat sesuatu dulu. Namamu kini Alexandra Muh Danawian. Kau akan tinggal bersamaku sementara waktu."

Alexandra Muh Danawian POV's

Siapa orang ini? Kenapa dia tiba-tiba menamaiku seperti itu dan menyuruhku tinggal bersamanya. Bukankah segala sesuatu tentangku ada di KTP ku.

"Dompetku mana? Disana ada KTP."Orang itu hanya mengerutkan dahinya. Dia seakan tidak paham dengan perkataanku. "Di KTP ku kan ada data diriku." Kerutan di dahi orang itu telah hilang dan kini ia tersenyum.

"Dompetmu? Kau tadi dicopet, jadi jangan harap dompetmu dikembalikan pencopet." Ia kembali tersenyum. Seakan tertawa.

Oh Tuhan, sekarang aku tidak tahu siapa diriku, aku bertemu dengan orang ini yang dengan tiba-tiba mencampuri kehidupanku. Dompetku juga hilang. Oh..

"Namaku Hizki Adam Wahyu. Aku tinggal di Prince Residence dekat dengan batas kota. Aku memiliki beberapa apartemen disana, jadi kau bisa tinggal denganku." Orang itu-Hizki-berbicara panjang lebar. "Oh ya, jangan tanya soal administrasi. Aku akan mengurusnya, lagipula Papaku adalah pemilik rumah sakit ini. Oh ya satu lagi, kau tadi dihantam sebuah balok kayu dan kau pingsan, setelah itu tukang batagor menemukanmu tergeletak dan meminta pertolongan, setelah itu aku datang dan membawamu kesini."

Tak perlu waktu lama untuk mengetahui bahwa Hizki adalah orang yang sangat cerewet. Dia banyak bicara, tetapi juga banyak bertindak.

"Baiklah, sekali lagi terima kasih."

Keadaan kembali hening. Kenapa Hizki tidak berbicara lagi? Itu akan mengurangi rasa canggung ini. "Alex, kau masih belum boleh pulang. You are really sick, okay?" Aku hanya mengangguk saja. Masih terasa sulit untuk berbicara, otakku terlalu lelah.

****************

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Namun Hizki masih tetap menemaniku. Ia malah tertidur pulas di pinggir ranjangku. Okay, sekarang namaku Alexandra Muh Danawian dan aku adalah adik dari Hizki Adam Wahyu. Aku anak angkat dari Dokter Rizki Putra Adam-ayah angkatku-dan aku adalah remaja berusia 17 tahun.

Aku Ingin Dia - Book 1Where stories live. Discover now