"Terserah."

"Kau tidak mengerti kah bagaimana perasaan bahagia jika bertemu dengan kekasihmu dan saling berbagi cinta dan hasrat yang terpendam? Aku hanya bisa mendeskripsikannya dengan satu kata."

"Apa?"

"Surga!"

Ku dorong jidatnya dengan telunjukku. "Otakmu sudah berdebu. Mungkin aku akan menyapu kepalamu sebentar."

"Hehehehe, lupakan saja tentang tadi. Aku penasaran dengan kekasihmu."

Benarkan. Namja ini sangat ingin tahu dengan kehidupanku. Tapi, mungkin tidak ada salahnya jika aku memberikan sedikit bocoran kepadanya.

"Dia baik."

"Hanya itu?"

"Hmm, kulitnya putih mulus dan matanya sangat indah."

Aish, tiba-tiba aku kangen kepada kekasihku. Pikiranku melayang kepada sosoknya dengan wajah merona yang kontras dengan kulit putihnya. Senyumannya yang manis dan tawanya yang merdu. Ah...

"Apakah badannya montok?"

Pletak!

"Satu kali lagi kau bertanya hal itu, katakan selamat tinggal kepada satu 'bola' mu."

"Hahahaha, maaf aku hanya sedang bercanda. Okay, kita lanjut. Jadi apa yang membuatmu jatuh hati padanya?"

Jatuh hati? Hmm...

"Biar ku pikir... kepribadiannya?"

"Memangnya kepribadiannya bagaimana?"

Sungguh, ini tidak ada bedanya dengan sebuah wawancara dimana aku adalah narasumbernya.

"Dia terlihat dingin dan sombong dari luar, namun jika kau sudah mengenalnya dengan dalam, dia adalah sosok yang sangat hangat dan juga manja."

"Dia suka bermanja-manja padamu?"

"Ya."

"Seperti?"

"Ketika dia sakit, ia akan menelponku dan menyuruhku datang dan kemudian tidur dipangkuanku sambil menyandarkan kepalanya di dadaku."

"Awww, romantisnya! Lalu apa selanjutnya?"

"Selanjutnya?"

"Ya, seperti-ehem-"

"Apa yang kau harapkan, Park? Dia sedang sakit!"

Yoochun menghela nafas kecewa, "Benar juga. Huh, payah."

Aku tidak mengerti apa yang berada di dalam otak Yoochun. Apakah jaringan dan sel-sel di dalamnya sudah rusak?

Kulihat Yoochun menyesap kopi hitam yang tersaji di depannya. Kepulan asap menguap dari dalam cangkir terlihat sangat jelas karena suhu saat ini tergolong rendah.

"Akhir-akhir ini banyak orang mabuk yang suka berteriak di sekitar sini." Ucap Yoochun.

"Oh ya? Aku mendengar seseorang berteriak tidak jelas kemarin malam. Aku sedikit merasa takut karena yang berteriak adalah seorang wanita dan wanita itu menangis." Balasku.

"Ya, wanita menangis itu memang menakutkan. Membuatku lemah dan luluh."

Pletak!

"Bukan itu, bodoh!"

Ya Tuhan bolehkah hamba-Mu menghancurkan kepala ciptaan-Mu yang berada di hadapanku?

"Ya! Kenapa kau memukulku?!"

"Tanyakan kepada otakmu yang berdebu, bodoh!"

"Jangan berteriak padaku, Jung. Kau mulai terdengar seperti orang mabuk yang sementara kita bicarakan."

FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang