Chapter-06

314 35 8
                                    

“Apa kalian mempunyai pemikiran yang sama?”

“Ya.”

“Kami bahkan mempunyai beberapa kemiripan,”

“Tidak, bukan beberapa. tapi, banyak.”

“Bagaimana aku menjelaskannya?”

“Semuanya telah jelas, tak perlu di jelaskan kembali.”

“Tapi, mereka seperti tengah membuat jarak.”

“Seperti kita?”

“Iya.”

“Tapi, dia banyak uang, kenapa kita harus mencoba menyembunyikan hal sebesar ini?”

“Apa kau akan menerimanya segampang itu?

“Ya, menurutku, mau bagaimana lagi. Dia sudah datang sekarang.”

“Ya, dia datang pas kita beranjak dewasa.”

“Ya, aku tahu kita sangat berkekurangan saat ini. Apa pantas kita berbicara seblak-blakan itu?”

“Heum, iya juga. Dan hal ini masih tebakan kita, siapa tahu saja kalau dia itu bukan induk kita.”

“Terus kita harus apa?”

“Apa kalian masih mempunyai rasa benci akan orang yang telah membuang kita?”

“Tentu, sedikit.”

“Ya, lebih baik kita memperbaik itu.”

Mereka termenung.

“Buatlah dirikalian nyaman dulu terhadap orang itu.”

“Aku masih belum faham.”

“Buat diri kalian enjoy saat bersama dengannya agar, seandainya kalau ia mengaku dia adalah indukan kita. kita sudah tak perlu shock, marah ataupun kecewa karena kita telah belajar akan hal itu, mulai dari sekarang.”

Mereka berdua langsung manggut-manggut.

“Oke, bisa di mengerti.”

Kedua orang yang tengah mendengarkan petuah itu langsung saling pandang dan mengangguk mantap.

.

“Apa semudah itu kau memutuskan pertunangan ini?” ujar seoarang wanita itu dengan suara yang sangat keras di salah satu ruangan rumah sakit tempat di mana Rafael mengadukan nasibnya.

“Maafkan aku Alea, sebenarnya sedari awal aku memang tidak bisa.”

“Dasar kau bajingan. Apa mau lo hah?” teriak wanita itu yang sekarang tengah menghampiri Rafa, Alea langsung memukul-mukul dada Rafa yang sedari tadi bersikaf tenang.

“Apa yang telah aku berikan selama ini kurang?” dongak Alea.
Rafa langsung mengernyit dan menggelengkan kepalanya.

“Kau akan menerima resikonya.”

“Dan aku yakin, aku akan di usir dari sini.” ujar lempeng Rafa yang sama sekali tak terpancing denagan perkataan yang di lontarkan Alea.

“Apa, ada seseorang yang lebih hebat dariku?”

“Waktu aku melakukanya denganmu untuk pertama kalinya, itu bukanlah yang pertama buat kamu.” Alea mendengus, memang iya, terus di mana salahnya?

“Aku tidak menyalahkanmu karena aku bukanlah yang pertama juga untukmu sebab, aku juga bukanlah perjaka saat melakukanya bersamamu.”

Alea hanya bisa tersenyum kecut, memang Alea tidak pernah berpikiran seperti itu, hal itu karena sudah terlihat dari permainanya yang selalu di berikan kepada Alea. Dia sangat hebat, sungguh.

Our Storyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن