Chapter- 02

408 51 19
                                    

“Dek! Bawain Abang air!” teriak Fairuzt yang tengah terduduk sembari nyemil pikset dengan tv yang masih menyala menggambarkan tokoh squidword Tentacles yang tengah marah-marah.

“Ambil sendiri, De.” Tegur Faus yang masih anteng melihat tontonanya, begitupun dengan Faiz yang sekarang tengah tertidur di paha abangnya.

“Ogah, ADEK!!” teriak Fai semakin kecang tapi tak mempan untuk membangunkan Fauzan, sedikit informasi, ia sedikit terbiasa dengan kegaduhan yang di timbulkan oleh Adiknya itu. Yang hampir setiap saat di lakukanya.

Brak!

Tiba-tiba suara pintu yang sangat nyaring itu membuat ketiga lelaki remaja itu menatap kearah suara, mereka terdiam dan—

“Aaaaaaa, setan, setan. Mamah tolongan Fairuz, Mamah.” Faus dan Fai dan juga Fio masih menatap cengo dengan apa yang tengah di lakukan Fairuzt.

“Adik lo Bang.”

“Abang lo Dek.” Balas Faus, kala melihat Fairuzt terbirit-birit menuju dapur menemui Janeeta.

Seakan mereka lupa, akan dampak ketakutan dari kembaranya itu.

Faus dan Fairuzt masih anteng menonton tv, melupakan seseorang yang sedari sedang bersedekap dada di depan kamarnya sendiri.

“Ekheum!” deheman itu langsung di tanggapi dengan lirik oleh kedua lelaki itu, namun hanya kernyitan datar yang mereka respon dan kembali menonton SpongeBob lagi.

Fio yang merasa di abaikan itu langsung melangkahkan kakiknya dan melentangkan kedua tanganya di hadapan tv, mengarah ke Abanng-abangnya.

“Ck, Dek. Mana airanya?”

“Dek, minggir.” Perintah kedua Abangnya itu mampu membuat Fiona semakin mengerutkan keningnya. Dan membuat maskernya pecah-pecah.

Faus semakin berdecak sembari melihat layar tv dari celah yang tertutupi tubuh Adiknya.

“Dek!” sentak Fairuzt kala menyadari Adiknya itu tak bicara-bicara sedari tadi.

“Dek, mendingan lo ke air gih, cuci tuh muka.” Perintah Faus dan Fai yang merasa sudah sadar akan sesuatu, ia langsung menegakkan punggungnya. Melihat perlahan keAdiknya lalu keAbangnya.

“Jadi, si Fairuzt ketakutan karena mukanya si seFion?” pekik Fai, Fai langsung membungkam mulutnya yang perlahan mulai berkedut. Dan, sudahlah. Fai mulai hilang kendali lagi.

Fiona yang melihat abangnya langsung meluruh kelantai sembari memegangi kedua pelipisnya dan Faus, jangan di tanya. Saking sudah terbiasanya dia dengan tingkah Adiknya, bahkan sebelum itu ia tahu hal apa yang harus di lakukan. Hanya terdiam, meskipun dalam hati terasa sangat teramat dongkol.

Fai, masih saja terbahak dengan gilanya kala Fauzan datang dari arah dapur bersama Janeeta sembari mengamit lengan Mamahnya, ada rasa takut teramat dalam di wajah Fauz.

Ah ya, sekarang dengan berjalanya waktu, Fauz sudah bisa sedikit bersentuhan dengan sebuah makhluk hidup tanpa harus membersihkanya dulu dengan tisu basah.

Tapi, sekarang berganti. Ia menjadi seorang penakut yang berlebihan. Meskipun rasa cemas dari hal-hal tertentu itu masih mendominasi.

“Faus, Fai, Fiona!” teriak Janeet langsung membuat Faus mendongak dengan wajah yang shock, Fai yang langsung bergeming dengan mendengar Mamanya dan juga Fio yang sudah berdiri dari jongkoknya tadi.

“Kalian apain Fauz?” decak Janeeta, masih dengan memboyong Fauz yang masih ketakuan di pelukanya.

“YaTuhan, Fio. Bersihkan wajah kamu, sudah tau punya Abang penakut, masih saja enggak nyadar-nyadar.” Fiona langsung mengangguk dan berlalu kekamar mandi dengan perasaan deg-degan karena teriakan Mamahnya.

Our StoryDove le storie prendono vita. Scoprilo ora