39. Penyudahan Luka

16.3K 2.9K 409
                                    




Chapter 39

"Penyudahan Luka"

Bagi sebagian orang,hujan membawa kenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi sebagian orang,
hujan membawa kenangan.

Bagi orang yang realistis,
hujan bisa membuat kedinginan, pusing dan sakit.



Tetapi bagi Sena,
hujan kali ini membawa kesedihan dan kekecewaan.

_____

Dari awal Daniel kembali mengajak gue jalan, gue sudah malas. Takut dibatalin tiba-tiba lagi. Ditambah, langit mendung dengan gerimis. Bodohnya, semua pertanda itu masih nggak gue sadari bahwa hari ini adalah yang terburuk. Gue membenci hujan seperti saat ia datang membuat gue harus berisitirahat di tempat tidur karena kehujanan, atau membuat gue yang kedinginan. Hujan identik dengan kenangan buruk, seperti sekarang ini.

Gue berdiri dengan nafas yang tercekat dan bibir yang gemetar menahan tangis dan dingin sekaligus. Gue benci terlihat lemah dan kecewa, membuat orang-orang tau kalau gue sedang lemah, gue benci menangis di depan orang yang sudah menyakiti gue.

"Gue jelasin, nggak disini" Daniel meraih lengan gue dan gue tepis seketika. Bagus, kami jadi bahan tontonan di dalam cafe. Ayo lihat ada satu orang perempuan yang memergoki pacarnya selingkuh, tontonan yang asik apalagi sedang hujan.

"Jelasin apa lagi? Gue selama ini udah tau kalau lo nemuin dia" Gue menunjuk Adara. "Harusnya lo sadar, gue udah memberi lo waktu yang cukup lama untuk ngejelasin semuanya sebelum gue yang benar-benar melihat dengan mata kepala sendiri"

Gue tertawa perih, air mata yang menggenang di pelupuk mata jatuh begitu saja. Daniel menatap gue dalam diam, bola matanya jelas memancarkan rasa bersalah yang mendalam.

"Sena, gue—"

"Lo juga!" Gue membentak Adara yang hendak berbicara. "Maksud lo apa selama ini ngajakin gue temenan? Lo mau melucu di belakang gue?"

Adara menggeleng cepat, sedangkan Daniel langsung menatapnya sambil mengernyit. "Selama ini lo nemuin dia?"

Gue kembali tertawa mencemooh. Jadi sandiwara apa yang mereka lakukan? Gue dijadikan bahan mainan atau bagaimana?

Tanpa pikir panjang lagi gue hendak melangkah keluar cafe, namun Daniel menahan gue lebih lama. "Sena dengerin gue dulu"

"Lepasin gue brengsek!" Gue menghempas tangannya menjauh. Raut wajah Daniel yang frustasi menatap gue dengan harap. Seandainya dia nggak bikin gue sekecewa ini, gue nggak akan pernah tega melihat ekspresinya yang sekarang.

"Asal lo tau, gue udah nunggu lama untuk kita ketemu bertiga. Lo kalau mau pisah dari gue ya tinggal ngomong, nggak perlu main di belakang"

Sialan, gue beneran nagis sesenggukan di depan orang yang sudah menyakiti gue.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang