Ibu

81 16 4
                                    

Aku rindu suara itu. Suara pertama dan suara yang selalu ku dengar. Suara yang selalu mengajakku bicara walaupun tidak ku balas.

Aku rindu elusan itu. Elusan yang selalu kau berikan untukku. Elusan hangat darimu.

Aku rindu senyuman itu. Senyuman yang menyambutku pertama kali saat ku pulang. Senyuman yang mampu menenangkanku saat ku rasa tak mampu lagi menghadapi dunia.

Ah...

Aku mengingat satu kenangan. Kenangan yang indah. Sangat indah.

"Ibu, besar nanti aku ingin menjadi putri. Kita akan tinggal di istana yang besar bersama. Kita semua akan bahagia bersama. Aku janji."

Aku tertawa mengingatnya. Aku tertawa menyadari kepolosanku dulu.

Aku tertawa bersamaan dengan rasa sesak yang muncul di dada. Aku menjanjikan hal itu untukmu. Hal yang dulu menurutku kecil tapi ternyata begitu susah untuk diraih.

Aku tahu itu susah. Tapi, senyuman dan perkataanmu yang membuatku bisa melawan kerasnya dunia.

"Ibu tahu itu Lena. Hal itu mungkin akan sedikit susah untuk kau raih. Tapi, hanya satu yang cukup kau ingat. Doa ibu selalu menyertaimu."

Perasaan hangat ini kembali menjalar di dadaku. Perasaan hangat sekaligus sesak.

Lihat aku ibu. Kini aku menjadi seorang putri. Bisakah kau melihat mahkota hitam bernama toga yang kini sedang ku pakai?

Kau bangga padaku kan, ibu?

Ah...

Aku mengingat lagi satu perkataanmu.

"Kau mau tahu rahasia menjadi seorang putri, Lena? Kau cukup menjadi pribadi yang lembut dan kuat dalam waktu yang bersamaan."

Dulu mungkin aku tidak mengerti perkataanmu. Tapi, kini aku mengerti.

Lihatlah toga yang ku pakai, ibu. Ini bukti kalau aku mengerti ucapanmu. Bisakah kau melihatnya, ibu?

Ah...

Kenapa di sini terasa begitu sepi? Kenapa di sini terasa begitu dingin? Di mana kau, ibu?

"Aku pulang, ibu."

Hanya keheningan yang menjawab perkataanku.

"Terima kasih untuk semuanya, ibu."

15 November 2017

Ig: redheartstory_

MemoriesWhere stories live. Discover now