Dia, Pergi.

183 9 0
                                    

Ke esokan harinya aku mengajak Dewi pergi melihat senja, pada saat itu aku tak membuang waktu dengan lama dan mengeluarkan semua isi hatiku. Akan tetapi ia terlebih dulu mengatakan sesuatu.

" Asri, aku ingin meminta maaf padamu ."

" Lah, meminta maaf apa? Sepertinya kamu tidak punya salah denganku. "

" Bukan ada salah, aku hanya ingin meminta maaf karena ingin mengakhiri hubungan kita. Aku merasa tak cocok denganmu, maaf. "

" Apa kau yakin memutuskanku hanya karena alasan itu?, lalu bagaimana perasaanmu saat senja di hadapan kita yang lalu?, kau mengatakan jujur padaku dengan rasa penuh harap saat itu. Dan kini kau memutuskan ku!. jika aku terlalu buruk untukmu, kumohon, ingatlah ketika sudah tua nanti, tanganku pernah menjadi penghangat doa di tengadah tanganmu. "

" Justru itu aku meminta maaf padamu!, aku tak mau bertemu lagi denganmu!, dan jangan pernah hubungi aku lagi! "

" Dewi, ini tak masuk akal. Mengapa begitu cepat kau pergi dari taman hatiku? Saat itu kau berjanji tak meninggalkan duri, lalu mengapa kau menumbuhkan duri? "

Di hadapan senja ini hatiku benar-benar patah, pikiranku mulai kacau, taman hatiku kembali sunyi. Terlebih pula ia memutuskanku dan langsung pergi begitu saja tanpa ada penjelasan apapun. Ini kedua kalinya aku merasakan hal itu. Terkadang aku juga tidak paham. Ada seseorang yg hari ini mengatakam cinta, namun besoknya menusukkan luka.

Cinta yang dulu pernah ada, kini hampa sudah tiada rasa. Setelah dirimu pergi meninggalkan luka, hanya duka dan rindu saja yang tersisa. Mungkin sudah sepatutnya diikhlaskan, sebab menahan yang memang bukan milik kita itu bukanlah hal yang baik.

Sekarang aku mengerti atas kejadian itu, janji-janji yang ia katakan ternyata semua itu hanya kata-katanya saja. Selebihnya hanya bualan tanpa nyata. Dan kini, taman hatiku kembali sepi setelah kepergiannya tanpa jelas. Meninggalkan duri yang membekas begitu dalam. Akhirnya aku menyadari, bahwa pilihanku menyendiri dan mengosongkan taman hati adalah sesuatu yg membuatku lebih berarti, daripada terus memaksa hati mencintainya lagi.

Untuk perihal seperti ini, aku benar-benar merasa kehilangan diri sebab pergimu yang tanpa permisi. Aku yang selalu mencintaimu dan kamu yang pergi untuk meninggalkanku, kurasa saat ini semesta sedang tidak berbaik hati. Namun, aku harus bersyukur sebab kehilanganmu. Barangkali ini adalah cara Tuhan agar aku dapat belajar, bahwa mencintai seseorang secara tidak wajar, akan berakhir dengan luka yang memar.

~ BAGIAN SATU SELESAI ~

Senja dan ArdhanaWhere stories live. Discover now