Murid Baru.

132 8 0
                                    

Tak lama berjalan aku pun sampai dirumah dengan perasaan bahagia. Bibirku tak henti-hentinya mengukir senyum karenanya. Tanpa pikir panjang aku harus menyiapkan pakaian dan buku sekolahku untuk menghadapi Senin esok, walaupun ku tahu itu belum waktunya. Persiapan menghadapi Senin telah beres, sekarang waktunya makan malam. Karena makanan telah tersedia langsung saja aku sikat, padahal aku belum mandi. Lupakan saja mandi, kan bisa cuci-cuci badan dengan air sedikit. Menghemat itu sangat baik.

Malam kian larut dan jam tidur semakin mendekat. Seperti biasa, sebelum itu aku sempatkan online. Ku aktifkan data seluler dan tiba-tiba saja ada pesan masuk, dari kekasihku. Di malam yang sunyi ini memang tak ada yang lebih menyenangkan, selain melihat namamu di kotak masuk pesanku.

" Malam sayang.. "

" Malam juga Dewi.."

" Lah, kenapa tidak kamu panggil sayang juga?, kan kita pacaran. "

" Sejujurnya aku masih agak sulit mengetik kata sayang padamu, bisa dikata gerogi. "

" Hmmm tak apalah, kan kita juga baru pacaran. Lama kelamaan juga akan terbiasa. Hehe.. "

" Iya. Eh kamu sekolah dimana?. "

" Aku dulu disekolahin di luar kota, jauh dari rumah. Orang tuaku memutuskan pindah sekolah saja yang lebih dekat. Mungkin mereka selalu mengkhawatirkanku sebab banyak cowo yang sering menggangguku. Sekarang lagi cari sekolah baru. "

" Begitu rupanya. Pindah aja ke sekolah SMA 10, tak jauh dari sini kok. Itu pun jika mau, sekedar saran aja. Biar kita bisa ketemu tiap hari hehe.. "

" Oh sekolah itu, nanti deh aku tanyain orang tuaku.."

" Kalau begitu udah dulu ya. Besok aku harus berangkat sekolah lebih awal. Night ya... "

" Iya night to sayang.. "

Percakapan malam ini sengaja aku percepat karena besok hari Senin di adakan upacara bendera merah putih. sudah kewajiban datang lebih awal, jika telat ikut upacara bisa di hukum. Dan hukumannya itu paling aku benci, dapat cukur gratis dari guru. padahal masih banyak yang ingin aku tanyakan padanya. Jam tidur sudah lewat, aku persiapkan tempat lelap dan tak lupa menyetel Alarm untuk esok pagi.

*krinnnngggg......kr­innnngggg..*

Pagi datang kembali, tanpa pikir panjang aku pun langsung mandi dan siap-siap berangkat sekolah. Tiba waktunya menghadapi Upacara Bendera, dan seperti Senin lalu. Aku mengambil barisan paling belakang agar tak kena Sinar Matahari yang cukup panas. Bersyukur punya badan lebih tinggi diantara teman kelasku, barisan upacara sesuai tinggi badan.

Upacara telah usai, guru pengawas pun mengusir kami layaknya Domba dari lapangan. Seperti itulah kebiasaannya. Melihat suasana kelas hari ini sepertinya teman-temanku sibuk. Mereka terlihat sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang tiap pagi ngumpul dan membahas gosip-gosip tak jelas, ada juga murid nakal suka malakin uang jajan murid lain, bermain bola, nyanyi, dan anak rajin yang sedang ngerjain tugas. Padahal hari ini tak ada tugas. Entahlah mereka.. Dan disinilah tempatku, di pojok paling belakang. Sengaja mengambil tempat terjauh dari bangku guru agar bisa mengambil peluang tuk tidur. Kebetulan hari ini guru agak telat masuk mengajar jadi aku memilih berusaha tidur. Tak lama kemudian guru datang dan membawa seorang murid baru. Teman sebangku pun membangunkanku.

" Rii.... Asriii bangun, noh ada murid pindahan, cantik pula. "

" Ah mengganggu aja lu. "

" Noh liat dulu.. "

Seketika itu aku bangun dengan hati berdebar bahagia. Mengetahui bahwa murid pindahan itu adalah kekasihku.

" Selamat pagi anak-anak. Maaf guru agak telat masuk karena ada urusan di Kantor. Hari ini kita kedatangan murid pindahan dari luar kota. Jadi silahkan berkenalan dengannya dan berteman baik ya. Nah silahkan nak perkenalkan dulu. "

" Nama saya Dewi Pratiwi, biasa di panggil Dewi. Alasan pindah ke sekolah ini karena tak jauh dari rumah, dan........ "

" Anak-anak, karena waktu belajarnya telat jadi selebihnya di jam istirahat boleh lebih kenal lagi Dewi ya.. sekarang buka buku catatan Sejarahnya. Dewi, silahkan duduk di bangku belakang jurusan perempuan. "

" Baik pak.. "

Setelah jam pelajarnya usai, aku masih tetap diam di bangku kesayanganku. Tak seperti murid lain yang menggunakan jam istirahatnya dengan senang. Aku pun beranjak pergi menyapa Dewi dan mengajaknya keliling sekolah. Tapi sayangnya dia sedang dikelilingi murid-murid laki. Entah mereka sedang kenalan atau menggodanya. Aku tak perlu khawatir jika banyak yang menggodanya sebab aku percaya dengannya, hatinya hanya untukku. Tak lama kemudian akhirnya murid-murid itu pergi juga. Ini kesempatan buatku tuk mengajak Dewi jalan-jalan.

" Hay Dewi, mau aku ajak jalan-jalan? Ya..... sekedar mengenal lebih dekat dengan sekolah ini. "

" Iya aku mau. "

" Ohiya, tadi ada apa murid-murid itu mengelilingimu?, kayak artis aja. "

" Tadi murid-murid itu ada yang mengajak kenalan, minta Pin BBM. Dan ada juga yang menggodaku. "

" Haha.. wajar mereka menggodamu. Kan kamunya cantik. Hehe.. "

" Ihh biasa aja akunya. Eh beli Es Krim yuk, aku yang traktirin. "

" Duh, tak usah repot-repot bayarin. Aku punya uang sendiri kok. "

" Sudahlah tak usah tolak, kamukan pacarku. Atau anggap saja ini hadiah dariku, hehe..."

" Hmmm... jadi malu, baiklah. "

Setelah membeli Es Krim, aku dan dia berjalan lagi mengenalkan sekolah ini. Di tengah perjalanan ada murid nakal yang menggangguku. Mereka memang terkenal dan ditakuti murid lain karena kenakalannya. Dan aku harus menghadapinya. Ku tahu ini akan berbahaya, terlebih pula ada kekasihku. Aku harus menjaganya dari berandalan ini. Jika sampai mereka memalaki kekasihku terpaksa aku harus melawannya sekuat tenaga.

" Eh ada gadis cantik. Kenalan dong. "

" Maaf, aku mohon jangan pernah ganggu gadis ini. Dia kekasihku. Jika kau mengganggunya sama halnya menggangguku. "

" Eh jangan menghalangi lu, mau gua hajar? Hah! "

" Aku tak suka cari masalah, jadi ku mohon jangan ganggu dia. "

*Tringggg..... Tringggg......*

" Dewi, ayo pergi dari sini. Jam istirahat telah usai. "

Aku pun bersama Dewi menjauhi berandalan itu. Untunglah Bell sekolah berbunyi, jika tidak akan menjadi masalah. Berharap aku tak bertemu lagi dengannya.

Senja dan ArdhanaWhere stories live. Discover now