1. Sexy _ Pesta

231K 5.5K 47
                                    

Gedung-gedung yang berdiri kokoh menantang langit ibu kota terlihat akan beristirahat dari kesibukan hari. Mentari perlahan-lahan menenggelamkan wajahnya. Sang raja malam mulai muncul setelah lama bersembunyi di pengasingan siang.

Sebuah hotel yang tampak ramai tengah dipadatti mobil-mobil sport keluaran terbaru. Seorang pria berjas biru tua tengah melangkah ke ballroom. Sebuah undangan berpita emas ia cengkram dengan amat kuat. Matanya kian memanas tatkala mendapati gadis dambaan pengisi hatinya tengah berdansa dengan seorang pria yang tak lain, Aldo. Seorang pria dingin yang selalu menjadi saingannya.

"Tuan Ryan, ternyata Anda datang juga," sapa Lavanya dengan senyum manis. Lelaki itu langsung mengubah ekspresinya yang semula tak tenang menjadi biasa-biasa saja. Dirinya tak mau membuat Lavanya curiga. Ia amat mengenal siapa gadis di hadapannya ini.

"Tentu, mana mungkin aku tak datang di acara ulang tahun perusahaan rekanku," jawab Ryan datar.

"Tuan Ryan, saya permisi mau menyapa teman-teman saya." Lavanya pun pergi meninggalkan Ryan, ia berjalan perlahan-lahan dan menjatuhkan gelang yang bertaburan emas putih yang terpatri nama indahnya. Dirinya sengaja melakukan hal itu agar bisa punya alasan lain untuk bertemu dengan Ryan.

Namun siapa sangka? Ternyata gelang itu terinjak seorang pria berkulit putih susu yang tak lain Aldo. Bunyi retakan yang nyaris tak terdengar itu disadari oleh lelaki itu yang merasa aneh ketika memijak ubin itu. Ia pun memungut gelang itu dan meletakkan ke dalam sakunya.

***

Lavanya yang tengah duduk di sebuah sofa panjang berwarna krim tengah memainkan gantungan ponselnya dan tersenyum sendiri. Seorang gadis berwajah khas Taiwan mendekatinya. Membuat Lavanya menghentikan aktivitasnya.

"Lavanya, kamu kenapa?" tanya Xi An penasaran.

"Xi An, aku tadi bertemu dengan Ryan, dia sangat tampan," jelas Lavanya dengan semangat.

"Dasar Lavanya setiap ada pria tampan matanya jelalatan," celetuk seorang gadis manis yang tiba-tiba duduk di samping Lavanya.

"Ara? Kamu dari mana?" tanya Lavanya penasaran.

"Oh aku tadi berbincang-bincang dengan Mbak Ida di belakang. Emhh, kamu dicari Aldo," jawab Ara mengingat pesan lelaki itu.

Lavanya menghela nafas sejenak.

"Untuk apa dia mencariku?" Wajah suram terlihat sangat jelas ketika Lavanya mendengar nama itu.

"Aku tak tahu, tapi sepertinya sangat penting. Lebih baik kamu temui saja dia. Sekarang dia ada di taman dekat parkiran," jelas Ara.

***

Lavanya akhirnya pergi ke taman dengan berat hati. Dirinya mendapati Arum tengah terisak di pelukan Aldo. Ia pun mendengarkan percakapan mereka diam-diam. Betapa kaget dirinya tatkala mengetahui kebenaran hubungan mereka.

"Aldo, terima kasih kamu sudah mau pura-pura menjadi kekasihku, tapi aku tetap saja tak bisa melupakannya. Meski aku yang memutuskan hubungan ini dengannya," jelas Arum dengan raut wajah sendu.

"Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu. Berkat dirimu ayahku tak jadi menjodohkanku. Terus kalau kamu masih mencintainya kenapa kamu memutuskannya?" tanya Aldo dengan raut wajah kebingungan.

"Ini yang terbaik, Al."

Arum tersenyum dipaksakan. Ia sangat mencintai mantan kekasihnya. Putusnya hubungan mereka sama sekali bukan harapan dari keduanya. Namun, karena satu alasan yaitu sebuah keterpaksaan.

Lavanya menutup bibirnya dengan kedua tangannya. Matanya melotot tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ternyata hubungan Aldo dan Arum itu hanya setting-an.

Aldo menoleh sekilas ke arah Lavanya. Dirinya sadar pasti gadis menyebalkan itu sudah mendengar pembicaraannya tadi. Hal itu akan sangat berbahaya, jika Lavanya membocorkan ke banyak orang.

"Do, aku pamit pulang dulu. Maaf tidak bisa menemanimu sampai akhir acara," pamit Arum yang langsung membuat Aldo mengalihkan pandangan dari Lavanya.

Aldo mengangguk. Dirinya membiarkan perempuan itu pergi untuk menenangkan pikirannya. Sementara ia harus menyelesaikan urusan lain dengan Lavanya agar gadis itu bungkam.

Aldo terburu-buru berjalan ke arah Lavanya. Sementara gadis itu mencoba menghindar karena dia yakin Aldo pasti telah mengetahui kalau dirinya mencuri dengar pembicaraan mereka. Namun, gaunnya menghambat dirinya berjalan dengan cepat. Apalagi, ia mengenakan high heels.

Aldo yang sudah berdiri di belakang Lavanya langsung menarik lengan gadis itu. Tak peduli dengan pekikan Lavanya.

"Pelan-pelan. Aku pakai gaun. Kalau jatuh bagaimana. Kakiku sakit," ujar Lavanya yang langsung menghentikan langkah Aldo. Lelaki itu langsung menggendong tubuh Lavanya.

"Wait! Kau mau membawaku ke mana?" Lavanya kesal sekali.

"Gado-gado kau mau membawaku ke mana?" ulangnya sekali lagi yang tak dihiraukan oleh Aldo.

"Aku tahu, aku cantik, tapi jangan culik juga." Lavanya memukul dada Aldo pelan.

"Diamlah atau aku buang kau ke sungai," jawab Aldo dengan nada dingin.

Lavanya mengerucutkan bibirnya sebal. Ia benar-benar bingung dan takut kalau terjadi sesuatu dengannya. Dirinya tahu kalau Aldo membencinya. Sangat.

Aldo berjalan ke arah basement untuk mengambil mobilnya. Membawa Lavanya pergi menjauh dari hotel dan mencari tempat yang nyaman untuk bicara.

Lavanya memandang Aldo dengan tatapan tajam sedari tadi. Namun, ia tetap diam duduk di kursi sebelah Aldo. Dirinya lelah untuk berteriak-teriak. Namun, Aldo tak menanggapinya.

Mobil Aldo pun sampai di sebuah taman yang lumayan sepi. Dirinya memandang serius Lavanya.

"Kau sudah mendengar pembicaraan kami tadi, 'kan?" tanya Aldo dengan tatapan tajam bak belati. Begitu menakutkan.

Lavanya hanya mengangguk.

"Tutup mulutmu rapat-rapat kalau tidak--"

"Iya-iya aku tahu. Aku akan diam Gado-gado," balas Lavanya kesal.

"Jangan panggil aku Gado-gado atau kulempar kau ke kolam itu," tegas Aldo seraya menunjuk ke arah kolam dekat air mancur.

Lavanya menoleh sejenak. Ia benar-benar kesal sekarang.

"Baik, Tuan Aldo Wijaya yang terhormat," geram Lavanya tanpa menoleh ke arah Aldo.

Aldo langsung mengambil gelang di saku jasnya dan memberikannya pada Lavanya.

Lavanya membelalakan matanya. Ia kaget bukan karena gelang kesayangannya retak. Namun, kenapa yang menemukan malah Aldo. Padahal ia sengaja menjatuhkan agar Ryan yang mengembalikan.

"Tidak usah kaget seperti itu kalau gelangmu retak. Kau kan kaya, beli lagi," ungkap Aldo santai.

"Belikan yang baru," sahut Lavanya sambil mengadahkan tangan kanannya.

"Kau siapaku minta dibelikan."

Lavanya melepas ikatan rambutnya. Lalu, dirinya menyobek lengan bajunya.

"Aku akan berteriak," ancam Lavanya dengan nada ketus.

Aldo kaget dengan aksi gila gadis di sampingnya.

"Silakan saja. Di sini juga sepi."

"Kau lihat itu ada bapak-bapak dan seorang ibu di sana," tunjuk Lavanya ke arah jembatan.

Lavanya langsung mengambil kunci mobil Aldo dan membuangnya melalui kaca pintu Aldo yang terbuka. Lalu, ia berlari keluar.

Aldo menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lavanya langsung berteriak-teriak. Seraya menginjak kunci mobil Aldo yang ia buang tadi.

Tbc...

Bagaimana lanjut???

Dealing with Sexy Enemy (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang