Iqbaal menagih janjinya dengan Teh Ody yang kemarin mengatakan bahwa wanita itu akan men-traktir Iqbaal sepuasnya di pecel lele.
Setelah melawan banyak alasan Teh Ody yang doyan ngeles layaknya bajaj, akhirnya Teh Ody pasrah dan memilih menerima ucapan Iqbaal saja daripada nanti malah dia yang kena ambekan maut Iqbaal.
"Lagian masih jam setengah lima, Le. Dan lo udah menuhin otak gue dengan si pecel lele, itu!" papar Teh Ody yang tengah memakai kerudungnya sambil terus menghomel untuk Iqbaal.
"Jadi... nggak ikhlas?"
"Ikhlas gue ikhlas! Tapi lo nya aja yang kayak tai. Kecepetan ngajaknya anjir!" Teh Ody berucap ketus yang membuat Iqbaal terkekeh melihatnya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Teh Ody selesai dan Iqbaal segera keluar dari kamarnya untuk pamit kepada Bunda. Sehabis mendapat izin, Iqbaal langsung melenggang keluar kamar dan memasuki mobilnya.
Teh Ody masuk ke dalam mobil setelah Iqbaal sudah duduk di dalam mobil selama lima menit. Iqbaal yang tidak mau membuang waktu-- karena perutnya sudah lapar-- pun langsung mengemudikan mobilnya ke tempat tujuan.
°•°
(Namakamu) mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar alunan musik yang mengalun dari radio mobil Randy. Lagu yang sedang didengarkannya ini sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu, tetapi kok baru viral sekarang.
"Havana oh na na...." nyanyi (Namakamu) yang di akhir kalimat ia malah terbahak sendiri.
"Ya Allah, gue bawa orang gila kayaknya," Randy meletakkan punggung tangan kirinya di dahi (Namakamu) dan punggung tangan kanannya ia letakkan di bokongnya. "Sama! Pantesan gini." paparnya.
(Namakamu) mencubit Randy gemas. "Lo nyamain gue sama pantat?!" kesal (Namakamu) yang tak pelak ia pun sedikit terkekeh mendengar paparan Randy tadi.
"Gue nggak bilang loh, ya!"
"Ish! Awas aja lo, gue kuras serius!" ancam (Namakamu) yang membuat Randy mencibir tidak yakin.
"Halah, gaya lo,"
(Namakamu) memutar bola matanya kesal, ia mengalihkan pandangannya ke arah luar. Hari ini tidak terlalu cerah, namun tidak hujan juga. (Namakamu) sangat suka keadaan cuaca seperti ini, tidak panas tidak hujan tetapi adem. Andai saja Randy bawa motor.
Mobil Randy berhenti di sebuah parkiran emperan toko yang sudah lumayan ramai. (Namakamu) tersenyum hebat ketika Randy benar-benar membawanya kesini.
Dengan semangat, (Namakamu) membuka pintu mobil lalu turun dari mobil dan kemudian membanting pintu mobil untuk menutupnya. Randy yang melihat itu, langsung protes kepada (Namakamu). "Weh selo, mba! Mobil Bokap nih, mobil gue dipinjem ama doi," ujar Randy.
(Namakamu) melangkahkan kakinya memasuki area toko dan melihat-lihat menu apa yang ingin dimakannya. Ada banyak sekali, dan rasanya (Namakamu) ingin memakan semuanya saja. Uh.
"Gue tau lo bingung," tebak Randy yang seratus persen ngasal tapi jawabannya sangat tepat.
"Serasa pengen pesen semua menu, Ran. Hehe," kekeh (Namakamu) yang dibalas plototan tajam oleh Randy.
"Bangkrut gue woy!"
Usai berpikir panjang kali lebar kali tinggi yang menghasilkan volume otak (Namakamu) layaknya balok, akhirnya (Namakamu) sudah menemukan makanan apa yang sangat-sangat ingin dimakannya. Dan kalian harus tau, ini tuh pilihan beratnya layaknya kalian memilih Chatime atau Share Tea.
"Mas! Aku mau pesen, ayam gorengnya satu, garing ya, Mas. Tapi dalemnya empuk. Terus aku mau kepiting saos Padang satu, trus cah kangkungnya juga. Nah, gurame bakarnya satu. Tambahannya, aku mau tempe sama ati ampela aja. Satu lagi, minumnya teh es aja, ya!" pesan (Namakamu) yang membuat Randy ternganga.
"Udah?"
(Namakamu) tertawa melihat ekspresi Randy, "belom. Nasinya dua piring ya, Mas!"
(Namakamu) melenggang pergi ke tempat duduk setelah selesai menyebutkan pesanannya. Ia nggak peduli mau dibilang matre atau apa, yang penting perutnya saat ini sedang lapar. Toh, Randy juga pasti mengerti keadaannya.
°•°
Iqbaal turun dari mobil dengan semangat dan Teh Ody dengan wajah seratus persen ditekuk karena sedang mengantuk. Langsung berlari ke meja pemesanan, itulah yang Iqbaal lakukan sedangkan Teh Ody berjalan menuju tempat duduk.
"Mas, aku mau ayam goreng tapi gorengnya garing banget, eh tapi lagi, dalemnya tetep empuk. Trus aku juga mau cumi goreng saus Padang. Lele bakarnya satu, cah kangkungnya dua. Ayam bakarnya satu. Nasinya empat. Sama tambahannya tempe dan ati ampela. Trus minumnya es jeruk aja tiga." ujar Iqbaal.
Mas-Mas tersebut hanya terkekeh melihat Iqbaal. "Mas sama aja kayak Mba-Mba yang tadi."
Hanya senyum yang dapat Iqbaal kasih ke Mas itu, lalu ia berjalan untuk mencari di mana keberadaan Teh Ody. Tak butuh waktu lama, dan ia pun menemukan Teh Ody.
Iqbaal duduk dengan tenang di sebelah Teh Ody sedangkan tangannya sedaritadi tidak pernah diam. Jari-jarinya selalu dia gerakkan layaknya sedang dangdutan.
Merasa bosan karena lupa membawa ponselnya akibat terlalu bersemangat, Iqbaal pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko ini.
Mata Iqbaal terus mengedar memandangi isi toko ini, dan ketika ia ingin mengedipkan matanya, penglihatannya terkunci pada sosok yang kini tengah asik makan sambil tertawa bahagia.
Iqbaal mengucek matanya untuk memastikan bahwa itu bukan hanya bayangannya saja. Bahkan Iqbaal menyuruh Teh Ody untuk mencubit pahanya dan itu sangat sakit! Berarti ini bukan mimpi atau hanya bayangannya.
"(Namakamu)?"
°•°•°
hehe. akhirnya dong gue nulis tanpa hambatan. biasanya satu chapter itu bisa sampe satu-dua minggu. iya lama, makanya sering ngaret wkwk.
oh ya! udah hampir 20k readers. ih gilak si, seneng.
happy birthday buat yang tengah berulang tahun.
#plak.
see you soon.
cloudhi.
BINABASA MO ANG
[3] Liebe
FanfictionRasa 'sayang' bukanlah alasan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. (Namakamu) menyayangi Iqbaal, bukan berarti (Namakamu) bisa memaafkan sikap Iqbaal kepadanya begitu saja. Rasa 'sayang' tidak se-bercanda itu. Trilogy of Dear Iqbaal. Happy Readin...
![[3] Liebe](https://img.wattpad.com/cover/114895032-64-k848167.jpg)