Bab 1

7 0 0
                                    

Hening. Hanya ada suara angin di sela-sela jendela yang semakin terbuka lebar. Meskipun sering terbanting di malam hari, kayunya tetap saja masih kuat.

"Ashley ... Apa kamu dengar aku?"

Tidak ada jawaban.

"Aku adalah utusan dewa. Aku datang untuk mengabulkan permohonanmu."

Tetap tidak ada jawaban.

"Kau yang selalu memiliki perasaan suci ... Akan aku anugerahi kehidupan."

"?!"

Krekkk

"Ah?!"

"Pfft! M-maaf. Kursi itu tidak lagi bisa menopang berat badanmu. B-baiklah ... Sekarang buka matamu."

"A ... Ku ... Tangan ... Kaki ...," ujarnya tak percaya. Ashley bangkit dari kursi yang patah itu, kemudian mencoba menggerak-gerakkan tubuhnya. "Tubuhku ... Bergerak! Aku juga bisa bicara!"

Plakkk

"Kyaaa ...! Indahnya! Seperti mimpi saja! Aku bisa bernapas!" pekiknya sambil melompat kegirangan. Tanpa sadar Ia telah memukul sesuatu.

"Duuh ... Aku mengerti kalau kamu senang. Namun, tidak bisakah untuk tidak memukulku?"

"Maaf ... Siapa?" tanyanya sembari mencari sumber suara.

"Aku utusan dewa. Sudah kukatakan tadikan?"

Sayapnya coklat bercampur putih, sangat serasi dengan bola matanya yang berwarna hitam.

"Kau ...? Seekor burung?" Ashley masih tak yakin.

"Memang apa salahnya dengan burung? Panggil saja aku Plover."--Ia mengalihkan pandangan ke luar jendela, seakan menyuruh Ashley untuk mengikutinya--"Yang terpenting sekarang adalah kamu belum menjadi manusia seutuhnya."

"Wah, cantik sekali."

Sekalipun rumah itu sudah tidak terurus lagi, tapi perkarangannya masih sangat subur ditumbuhi ibarat bunga yang tak mau layu. Warna merah darah segar tanpa rumput liar.

"Mawar-mawar yang mekar di halaman itu adalah nyawamu. Satu hari akan ada satu kuntum yang layu. Sebelum semuanya layu, kamu harus temukan belahan jiwamu. Dan saling mencintai."

Terdengar sulit. Belahan jiwa ... Itu impianku dari dulu, ketika Sean ..., gumamnya terhenti.

"Paham? Dan ini yang paling penting ...."

"Baik. Aku mengerti. Aku akan berusaha mencarinya dengan giat!" teriaknya, lalu berlari keluar.

"Woi! Dengarkan aku dulu!"

Ashley tak lagi menghiraukan Plover. "Aku harus bahagia seperti Sean. Senyumannya, kasih sayangnya, dan ada banyak cinta di kehidupannya. Aku mau seperti itu."

"

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।
Ashleyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें