33. Nyaman & Berarti

17.6K 3K 282
                                    





Chapter 33

"Nyaman & Berarti"



Gue itu anaknya simpel. Nggak gampang terganggu, orang-orang mau ngelakuin apapun gue nggak peduli selama itu nggak merugikan diri gue. Kalau ada seseorang yang nggak bisa memberi tahu hal-hal yang bersangkutan dengan diri gue, tt's fine. Gue nggak memaksa. Gue hanya berasumsi bahwa ada suatu alasan tertentu yang membuat hal itu tersimpan di tenggorokannya. Seperti Daniel saat ini, pasti ada alasan tertentu yang membuat ia nggak memberi tahu gue dimana sekarang ia berada.

Walaupun sejatinya gue tau dia lagi di Coffe Bay, menunggu seseorang. Mungkin itu hal yang sangat privasi, bagaimanapun gue menghormati setiap privasi orang lain.

Sekarang jam sudah menunjukka pukul 7 malam. Nggak ada niatan untuk gue bangun dari posisi duduk dan berjalan ke kamar mandi. Gue belum mandi sedari sore. Tapi gue juga nggak mau mandi malam. Orang-orang bilang mandi mlam itu nggak baik.

Lagian gue takut ada sesuatu di kamar mandi.


Ada gayung, bak mandi dan kawan-kawannya.

Gue itu nggak takut setan. Tapi gue nggak suka melihat sesuatu yang nggak indah. Suka terbayang sampai seminggu.

Pokoknya gue takut mandi malam. Kalau gue nggak terpaksa dan nggak bau, gue lebih memilih cuci muka sama sikat gigi aja. Selesai cuci muka dan sikat gigi, gue keluar sudah lengkap dengan baju tidur. Kemudian berjalan ke arah nakas setelah mendengar dering ponsel berbunyi.

"Halo, dengan Jisoo Blackpink disini"

"Najis"

Gue menjaukah ponsel lantas menatap nama yang tertera di lockscreen. Gue kira Samuel, ternyata Daniel.

"Kenapa?"

"Gue kerumah ya, udah di perjalanan ini"

"Ngapain?"

"Sejak kapan gue butuh alasan buat kerumah lo?"

Tut.

Yaampun, sungguh tidak patut. Gue buru-buru naik ke kamar lantas menyisir rambut dan menyemprotkanm parfum yang banyak. Gue pernah baca di timeline bahwa orang terjorok ialah yang nggak mandi tapi pakai parfum.

Nggak apa-apa, ada kalanya lo nggak harus terpengaruhi kutipan di Timeline. Toh badan elo, parfum elo. Nggak masalah.

Bertepatan dengan gue yang turun tangga, suara klakson mobil berbunyi di depan. Gue buru-buru membuka pagar dan menyuruh Daniel masuk. Cowok itu segera menduduki sofa lantas menyerahkan minuman dari dalam kantung plastik.

"Nih Americano" Ujarnya.

"Coffebay?" Tanya gue menatap tulisan di kantung plastik. "Iya tadi disana, yaudah sekalian beliin lo deh. Pacarable kan?"

Gue nggak menjawab sibuk menyedot americano dingin itu. "Tau dari mana gue suka Americano?"

"Kata Jovan lo lebih suka Americano daripada Caramel Macchiato" Gue hanya tersenyum tipis. "Oh iya gue udah daftar di tempat les yang sama kayak lo dong" Ujarnya senang.

"Oh ya? Kapan?"

"Tadi sore hehe"

Gue mengangguk. "Sendirian?" Dia mnenggeleng. "Enggak"

"Sama siapa?"

Bukannya menjawab Daniel justru tertawa. "Buset, nanya mulu kayak pembantu baru" Untung aja kepalanya nggak gue sledingtekel. Daniel mengeluarkan ponselnya lantas bermain PUBG. Gue menyudahi topik pembicaraan, nampaknya Daniel memang nggak mau menjawa dia pergi dengan siapa tadi sore.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang