4. Ketidaksengajaan

12 2 0
                                    

Mentari sudah hampir menampakkan sinarnya namun pemuda ini masih tidak bisa memejamkan mata. Ia tidak bisa tidur semalaman karena ada yang menggangu pikirannya. Rasa bersalah memenuhi benaknya. Ia mencoba memejamkan matanya lagi, meskipun ia sadar pagi menjelang.

Berbeda dengan David, Jeana sudah berjalan menuruni tangga keluar dari kamar. Ia berencana membuatkan Pemuda yang masih terlelap itu sarapan. Jeana bingung saat ini ingin membuatkan David sarapan apa. Ia sama sekali tidak tau makanan apa kesukaan David. Ia berputar-putar sambil berpikir keras. Setelah sekian lama Jeana berputar-putar ia akhirnya memutuskan membuatkan David burger. Kebetulan bahan yang ada di kulkas mendukung untuk membuat makanan tersebut.

Burger buatan Jeana sudah selesai namun David tak kunjung turun dari kamarnya. Tanpa pikir panjang Jeana memutuskan untuk membangunkan pemuda itu. Ia bergegas menuju kamar David lalu dengan perlahan membuka pintu berwarna abu-abu itu. Kamar David sangat gelap, Jeana tidak bisa melihat apa-apa.

Benar-benar gelap di tempat ini bagaimana bisa David tidur dengan kegelapan seperti ini, Jeana tidak habis pikir. Ia berjalan perlahan mencari tombol lampu.

"ADUHH!!" teriak Jeana yang terpeleset dan jatuh terjungkal ke depan dengan tiba-tiba. Namun Jeana tidak merasakan kesakitan apapun. Ia terjatuh di sesuatu yang empuk. Lalu sesuatu yang panas dan silau menghantam pengliatan gadis ini membuat pelupuk matanya perih. Benar saja lampu yang baru saja di hidupkan tepat di sebelah mata Jeana.

Jeana menahan nafas saat tau bagaimana posisinya saat ini. Bagaimana ia bisa mendarat diatas tubuh pemuda itu. Bagaimana tatapan dan nafas mereka saling beradu.

"Lo ngapain di kamar gue?" tanya David pelan dengan suara berat mampu membuat Jeana merinding mendengarnya.

"I-itu gue mau bangunin lo." jawab Jeana gugup seraya berusaha bangkit dari posisi memalukan ini. "Gue udah siapin sarapan di bawah." Lanjut gadis itu sambil memegangi pipinya yang terasa panas. Lalu saking malunya ia segera pergi dari kamar David.

David menghela nafas panjang setelag kepergian Jeana, tanpa sadar ia meraba dadanya yang berdetak tidak karuan.

Di meja makan, Jeana tidak ada henti-hentinya mengumpati diri sendiri. "Ceroboh banget sih gue. Bikin malu aja!" Bagi Jeana, kejadian tadi merupakan hal paling memalukan di sepanjang hidupnya.

Jeana masih sibuk komat-kamit saat David duduk disampingnya. Pemuda itu hanya tersenyum tipis lalu meraih burger yang sudah disiapkan. Mereka sarapan dalam keheningan, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Bagaimana tidak, saat salah satu dari mereka ingin mengawali percakapan, kenangan yang memalukan itu muncul. Apalagi di kejadian itu Jeana lah yang bersalah karena ia berani masuk kekamar David.

"Sekolah?" tanya Jeana saat David bangkit hendak menuju ke kamarnya.

"Hmm?" David tidak mengerti maksud pertanyaan Jeana.

"Maksud gue. Lo bukannya hari ini sekolah?"

"Di korea gak ada sekolah di hari minggu. Dan gue pikir Indonesia juga sama." David mengkerutkan dahinya.

"Ahh, Gue lupa. Hehe." Jeana benar-benar malu di buatnya. Pertanyaan yang bodoh itu akhirnya membawa mereka berdua di situasi semakin canggung. David tersenyum tipis lalu kembali melangkah meninggalkan Jeana yang sedang tersenyum kecut saking malunya.

Namun pemuda ini hanya berputar-putar tidak jelas di kamar yang luas miliknya ini. Hari libur seperti ini ia malah terkurung di dalam kamar dan di rumahnya sendiri. David bisa saja keluar menonton tv, atau melakukan aktivitasnya di hari minggu ini. Namun ia memilih di kamar karena alasan yang sebenarnya dirinya sendiri pun tidak mengerti.

How Can I Love You?Where stories live. Discover now