George merutuki kenapa Alex sampai kabur dari rumah. Oh, tentu saja pasti karena kejadian siang tadi.

"Tristan..." George menarik napas dalam-dalam, jangan sampai ia menyalahkan Tristan bila terjadi sesuatu pada Mary, karena ulahnya tadi siang. Ya, Tuhan, jangan sampai.

**

Tristan terbangun dengan suara gaduh dari luar kamarnya. Matanya terasa berat karena sembab dan pipinya lengket karena air mata. Ia ingat, ia tadi menangis hingga jatuh tertidur karena kelelahan. Diliriknya jam, masih menunjukkan pukul 2:00 pagi, tapi ia meyakini ada aktifitas di luar sana yang tidak biasa, terlebih di tengah malam ini.

Sesuatu terjadi batinnya. "Mama!!" ia langsung bangkit dengan perasaan takut. Ia sangat takut terjadi apa-apa pada ibunya.

Tapi ia terkaget saat ia mencoba membuka pintu, namun masih terkunci. Ia langsung teringat ia masih dalam masa hukuman ayahnya. Ayahnya menguncinya di kamar hingga esok pagi. Tapi Tristan tidak bisa menunggu sampai besok pagi. Ia harus keluar sekarang, ia harus tahu apa yang terjadi di luar sana. Apakah ibunya baik-baik saja?

"WOY, BUKAAAA!!!!" Tristan berteriak dengan paniknya. "Ada apa di luar sana!!?? TOLONG BUKAAA!!!!!" Tristan menggedor-gedor pintu dengan paniknya. Begitu paniknya, air matanya mulai mengalir di tengah ketakutannya.

Tapi tidak ada yang membuka pintunya.

Tristan terduduk lemas. Ia tidak percaya, tidak ada yang mendengar teriakannya minta dibukakan pintu. Tidak percaya ia begitu diabaikan. Air matanya mengalir deras.

"Papa, aku mohon, izinkan aku keluar...," ia tidak peduli terlihat seperti anak perempuan yang cengeng. Ia hanya ingin keluar untuk melihat ibunya. Ia harus memastikan ibunya baik-baik saja.

Cklek!

Kriek...

"Tristan, Sayang...?"

Tristan langsung mendongak dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Akhirnya ada yang membukakan pintu.

"Emma?"

"Tuan Muda Tristan?" Suara Emma begitu halus, semakin membuat Tristan ketakutan.

"Em..ma... apa yang terjadi...?" Tristan tergagap, ketakutan akan jawaban yang akan ia terima. Tapi Emma tersenyum.

"Tidak terjadi apa-apa, Tuan."

"Ta..pi..." Tristan tidak percaya.

Emma menghela napas, tahu Tristan tidak mungkin bisa dibohongi. "Alex kabur dari rumah, dan Milady terus memanggilnya."

Tristan terhenyak kaget, tapi ia seharusnya bisa memperkirakannya. Anak itu selalu membuat masalah!

"Tuan Byron dan Caleb sedang mencarinya."

Tiba-tiba terdengar suara tangisan dan erangan histeris dari kamar ibunya.

"Mama!" Secepat kilat ia bangun dan berlari ke kamar ibunya.

Tapi ia terhenti di mulut pintu kamar ibunya dengan pemandangan yang cukup menyayat hati. Ibunya menangis histeris memanggil-manggil Adeline. Wajahnya terlihat merah karena menangis, juga napasnya yang memburu. Ayahnya berusaha untuk menenangkannya, yang sepertinya tidak berhasil. Dan jalan terakhir, ayahnya menyuntikkan sesuatu pada ibunya, hingga perlahan-lahan tubuh ibunya melemas, dan kembali tertidur.

Tristan hanya bisa melihat dari jauh, tanpa berani mendekatinya, meski ia sangat ingin berlari pada ibunya dan memeluknya. Mungkin saja ayahnya masih sangat marah padanya.

Terlihat ayahnya sangat gusar dan tertekan dengan keadaan ibunya. Tristan melihat ibunya yang terlihat tertidur tenang, tapi ia tahu, dan ia sudah sangat hafal, Ibu tidur dalam kesakitan. Tristan melihat kembali wajah ibunya sebelum Alex datang, saat ia kehilangan Adeline. Tiba-tiba Tristan ingin mengenyahkan beban mental ibunya atas kehilangan Adeline. Tristan ingin melihat ibunya ceria seperti dulu lagi.

Beauty Love AdelineWhere stories live. Discover now