Bagian 1

1.6K 61 9
                                    

Di saat semua anak menghabiskan masa kecil mereka dalam kehangatan dan cinta keluarga, masih ada anak-anak yang harus menghabiskan masa kecil mereka tanpa keluarga, tapi mereka tidak akan kehilangan cinta dan kasih sayang yang mereka butuhkan.

 

Bagian 1

Panti Asuhan Putra St. Peter Tahun 1878– Negara Nelincia

    “Selamat jalan Neil…!!! Kami akan merindukanmu!!” anak-anak melambaikan tangan mereka di halaman St. Peter Boy’s House mengantarkan kawan mereka yang beruntung mendapatkan keluarga yang mengapdosinya. Memiliki keluarga adalah impian mereka semua.

Anak-anak masih melambaikan tangan hingga Neil bersama kereta kuda yang membawanya pergi berama keluarga barunya hilang dari pandangan mereka.

Beberapa anak meneteskan air mata dengan rasa cemburu, berharap merekalah yang diadopsi. Dan mereka akan terus berdoa dan berharap akan ada keluarga yang mengadopsi mereka, termasuk Ben dan Alex, sepasang anak kemba berusia 11 tahun, yang menyaksikan kepergian teman mereka dari balik jendela.

    “Neil sekarang sudah punya mama papa baru, kita kapan, ya?” ucap Ben seraya berbalik dari jendela.

Alex yang duduk di sebelahnya mengangkat bahunya. “Nggak tau, nggak ada yang mau mengadopsi kita.”

Ben menghela nafas, “Pasti ada.”

    “Kapan?”

Giliran Ben yang mengangkat bahu.

   “Bagaimana sih, rasanya punya mama papa?” Alex bertanya dengan polosnya.

   “Nggak tau.”

   “Kenapa sih mereka membuang kita?”

Ben tertegun dengan kata yang digunakan Alex;  ‘membuang’, Ben benci kata itu.

   “Apa mereka nggak sayang kita?”

 Ben terkatup. Kata ‘nggak sayang’ juga dibencinya. Dia berusaha untuk menghilangkan kata ‘buang’ dan ‘tidak sayang’ di kamusnya.

    “Bennie?” Alex jengah dengan Ben yang tidak menanggapi ucapannya.

    “Heh?” Ben tersadar dengan suara saudaranya yang tipis.

    “Kamu ingin punya mama-papa?”

Ben melirik saudaranya, dan mengangguk, tak berucap.

    “Aku nggak mau. Aku nggak mau diadopsi”

Ben terheran. “Kenapa nggak mau?”

    “Kalau adopsi cuma buat misahin kita, aku lebih milih nggak diadopsi, biar kita nggak pisah.”

Ben terkatup lalu tersenyum, “Nggak ada yang bakalan misahin kita.”

    “Kalo ada orang tua yang cuma adopsi salah satu dari kita gimana?  Mereka cuma mau ngadopsi kamu saja gimana?”

Ben terdiam, lalu menggeleng, “Aku nggak mau. Aku nggak mau diadopsi kalau cuma mau aku saja, mereka harus mau adopsi kamu juga, mereka harus adopsi kita berdua.”

    “Kalau mereka nggak mau?”

    “Ya, aku nggak mau ikut mereka.”

Alex terdiam.

    “Pokoknya, kita nggak akan berpisah, Alex,” Ben menekankan. “Kita adalah satu kesatuan. Kalau ada keluarga yang mau ngadopsi kita, harus ngadopsi kita berdua, nggak satu-satu.”

Beauty Love AdelineWhere stories live. Discover now