Jeon (Jungkook Pov)

5.8K 473 72
                                    

Sorry for typo

Happy Reading 😊

"Kau serius berpacaran dengan si antisosial dari kelas A itu, Tae? Seperti bukan Kim Taehyung, bukan?"

"Tentu saja tidak, ini taruhanku dengan Park Jimin. Bagaimana bisa aku menyukai si nerd itu, kelasku Irene kau tau itu kan Jung?"

"Ini baru Kim Taehyung, berapa lama taruhan itu?"

"Satu minggu lagi dan aku akan memutuskannya di tengah lapangan luas."

"Kau benar-benar brengsek Kim, andai Jungkook mendengarnya kupastikan dia akan menangis merengek padamu. Haahaha."

"Kemudian kau akan memungutnya? Silahkan Jung."

Disana, Taehyung tergelak bersama sahabatnya Jung Hoseok.

Aku meremat dadaku sakit, tangan kananku masih memilin ujung seragamku. Aku benar-benar tidak tahu jika Taehyung menganggap hubungan ini tidak lebih dari sekedar lelucon. Airmataku sudah terjatuh sebagian, namun aku segera menghapusnya saat langkah kaki semakin terdengar. Aku berlari, menuju rooftop tempatku biasa mengisi waktu dengan membaca buku.

Jadi benar, kasak-kusuk yang kudengar tentang Taehyung yang tak serius menjalin hubungan denganku. Awalnya aku percaya karena Taehyung selalu meyakinkanku.

"Tak usah dengarkan Kook, aku serius mencintaimu."

Kemudian sikap-sikap manis darinya membuatku percaya diri, menulikan pendengaran dari gosip yang dikatakan orang. Tapi sekarang, kata itu terlontar langsung dari bibir Taehyung, apa aku harus tetap pura-pura tak mendengar? Aku tidak tahu jika sebuah kalimat cinta bisa menjadi murah sekali karena Taehyung. Aku meremat dadaku kembali, bersandar pada tembok dengan senja yang semakin gelap.

Kelas sudah berakhir ketika aku turun, semua anak kelas tambahan sudah pulang. Aku mengambil tasku, kemudian terdengar dering ponsel. Taehyung, kekasih taruhanku menelpon.

"Hei baby, kau dimana? Aku mencarimu di kelas A tapi kau tak ada. Kau sudah pulang?"

"Aku sudah pulang Taehyung, maaf tidak memberi tahu-mu. Aku dijemput ayahku, kau sudah makan?"

Aku mencoba menetralkan perasaanku yang berkecamuk, seminggu lagi dan semua berakhir.

"Sudah baby, kau makanlah aku tahu dari suaramu jika kau belum makan malam. Aku harus pergi bersama mamaku, kuhubungi kau nanti. I love you, baby."

"I love you too..."

Aku meremat teleponku erat, mataku terpejam dengan semua sikap manis Taehyung. Aku sontak kaget saat teleponku kembali berdering.

"Kookie, kau dimana? Ayah menunggumu pulang. Kau pergi dengan kekasihmu lagi?"

"Tidak ayah, emmm bisakah ayah menjemputku di sekolah?"

Aku menggigit bibir bawah.

"Aigoo, anak ayah tiba-tiba manja seperti ini ada apa? Baiklah tunggu di sana dan ayah datang 10 menit lagi, oke cantik?"

"Terima kasih ayah. Aku menyayangimu."

Aku berterima kasih karena Tuhan memberiku ayah yang luar biasa, ayah memang bukan orang yang memiliki jabatan tinggi namun kesederhanaan ayah sudah cukup bagiku. Semenjak ditinggalkan mama beberapa tahun yang lalu, hidupku memang berubah namun sama sekali tak berkurang karena ayah sanggup menjadi ayah sekaligus mama.

Sepuluh menit kurang ayah datang menggunakan mobil kantor, aku segera menghambur dalam pelukannya kemudian masuk mobil. Udara malam tidak lagi menyakiti kulitku, ayah membawakanku mantel tebal dengan bulu-bulu halus dibagian lehernya.

Taekook shortstoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang