Bab 21 : Bunga Tidur

Start from the beginning
                                    

Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu. Tia dan mamah Nico datang.

"Hai. Kamu sendirian di sini?" tanya Tia.

"Iya. Mia baru aja pergi, karena ada pemotretan." aku bangun lalu membantu mamah Nico membawakan kantung plastik yang cukup besar.

"Apa kamu udah makan? Kalau belum, tante bawa makanan untuk kita bertiga." ujar mamah Nico kepada aku dan Tia.

"Tante yang masak? Wah... aku sih enggak bakal pernah nolak masakan buatan tante, sekalipun perut aku udah kenyang." sikap ceria Tia, membuat suasana rumah sakit yang terasa kaku ini menjadi sedikit lebih santai.

"Terima kasih tante. Maaf jadi merepotkan." ucapku.

"Enggak merepotkan kok. Cuman masakan rumahan biasa saja. Loh, Audy? Kamu habis nangis ya?" mamah Nico menyadari mataku yang sembap saat kita saling bertatapan.

"Kamu nangis lagi? Ya ampun... Audy kita ini ternyata hatinya lebih rapuh dari yang aku kira ya." ujar Tia, yang bukan sedang mengejek aku tapi lebih kepada mencoba untuk menghiburku.

Mamah Nico memegang tanganku dengan hangat.

"Maaf, tante." hanya ini yang bisa aku ucapkan.

"Kenapa kamu minta maaf?" mamah Nico mengusap pipiku dengan lembut, "Dari pertama kita ketemu, sampai sekarang, setiap kali kita ketemu kamu selalu minta maaf. Ini bukan salah kamu, Audy. Namanya juga musibah, tidak bisa dihindari. Jadi jangan menyalahkan diri kamu sendiri lagi ya." mamah Nico lalu memeluk aku.

"Kamu juga selalu nangis setiap kali ke sini. Apa sebegitu cintanya kamu sama Nico ya?" Tia menggodaku. Karenanya, aku dan mamah Nico tersenyum kecil.

Mamah Nico melepas pelukan, "Kalau yang dikatakan Tia itu benar. Tante merasa senang dan berterima kasih, atas segala kasih sayang dan cinta yang kamu miliki untuk Nico. Meskipun tante juga merasa bersalah dengan ibu kamu, kalau tahu anaknya menangis setiap hari karena anak tante." ujar mamah Nico dengan sedikit bercanda.

"Setiap Nico menyebut nama kamu dan cerita tentang kamu, dia selalu saja tersenyum. Tante jadi penasaran, wanita seperti apa yang bisa membuat Nico setiap hari selalu bahagia. Tapi setiap kali tante minta bertemu atau hanya minta perlihatkan foto kamu saja, dia selalu menolak. Katanya, dia akan mempertemukan tante dengan kamu setelah dia menyatakan perasaannya sama kamu." cerita mamah Nico yang tidak aku tahu sebelumnya.

"Bahkan tante sampai menghubungi aku buat minta foto kamu loh. Tapi sayangnya, aku kan enggak punya." Tia menambahkan.

Mamah Nico menggenggam kedua tanganku, "Dan tante senang akhirnya kita bisa bertemu, meskipun keadaannya seperti ini. Tante memang sangat sedih karena kejadian yang menimpa Nico, tapi tante merasa sedikit lebih lega setelah tahu Nico mencintai dan dicintai oleh wanita seperti kamu, Audy." setelah mendengar ucapan mamah Nico, perasaanku rasanya campur aduk. Bahagia tetapi juga sedih.

"Terima kasih, tante." ucapku sambil tersenyum kecil.

"Untuk apa?"

"Karena sudah menerima saya, dan mengizinkan saya untuk ikut merawat Nico. Meski saya tidak bisa banyak membantu." lanjutku.

"Aku kira kamu mau bilang, 'terima kasih karena tante sudah melahirkan pria setampan Nico ke dunia ini'. Hihi..." kita bertiga dibuat tertawa karena ucapan Tia ini.

"Tante yang lebih berterima kasih kepada kamu, dan juga ibu kamu. Ah, tentu tante juga berterima kasih kepada Tia, Ariq dan Mia. Yang sudah membantu tante untuk menjaga Nico." ujar mamah Nico.

"Sama-sama tante." balas Tia.

"Maaf, tante. Apa tante udah pernah ketemu dengan ibu saya? Kapan?" tanyaku.

SEMPURNA [END]Where stories live. Discover now