Bab 13 : Selesaikan

12.2K 1.3K 5
                                    

Aku sampai di kafe yang pernah aku datangi itu. Dan kalau benar menurut postingan terbaru Dennis, dia sedang berada di sini. Aku masuk ke dalam kafe, dan berjalan menuju suara keramaian, seperti orang-orang yang sedang mengobrol. Aku mempercepat langkahku begitu melihat sosok yang dicari itu.

Aku berdiri tepat di depan Dennis yang sedang duduk bersama teman-temannya itu. Suasana ramai tadi langsung berubah hening ketika mereka melihat kehadiranku. Dennis sekilas melihat ke arah aku lalu memalingkan wajahnya.

"Ehem... Kalau lo mau minta maaf, atau mau permintaan maaf dari gue. Ya udah, gue bakal minta maaf duluan. Sorry. Oke? Semalem gue emang lagi mabok jadinya yaa... wajar aja gue emosi kayak gitu." ucap Dennis dengan sikap menyepelekan masalah seperti biasa.

"Cepat pergi minta maaf sama Karina." pintaku dengan nada bicara yang pelan tapi tegas.

"Haah... mulai lagi. Ngapain lo ngatur-ngatur gue segala sih? Bukannya lo bilang enggak bakal ngurusin kehidupan gue sama Karina? Jadi kenapa sekarang lo tiba-tiba peduli?"

"Karina bakal minta cerai sama kamu! Apa kamu bakal ngebiarin gitu aja?! Apa kamu enggak bakal ngelakuin apa-apa?!" aku tidak bisa menahan emosi aku lagi sekarang ini. Dan ucapanku itu langsung mengheningkan suasana lagi, bahkan Dennis terlihat sangat terkejut.

"Aku tahu kalau kamu bukan cowok yang lembut atau pengertian. Tapi apa kamu bakal ngebiarin rumah tangga kamu hancur gitu aja?" lanjutku dengan nada bicara yang lebih pelan.

"Apa peduli lo?" Dennis terlihat berusaha bersikap biasa-biasa saja, bahkan dengan berita mengejutkan yang aku katakan tadi.

"Memang sebelumnya aku pernah bilang kalau aku enggak peduli sama kehidupan pernikahan kamu sama Karina. Tapi aku nyesel sekarang. Aku nyesel, kenapa aku enggak jujur sama Karina tentang masa lalu aku sama kamu. Awalnya karena aku pikir masa lalu itu bukan sesuatu yang penting untuk diketahui Karina. Lagi pula waktu itu kamu sendiri juga enggak pernah anggap aku sebagai pacar. Jadi gimana aku bisa sebut kamu sebagai mantan?"

Setelah menghela nafas aku lanjut bicara, "Aku juga nyesel enggak bongkar segala keburukan kamu sama Karina. Aku terlalu egois memikirkan diri sendiri yang takut dianggap masih menaruh perasaan sama kamu atau cemburu sama hubungan kalian berdua. Harusnya aku singkirin semua egois dan harga diri aku waktu itu. Harusnya aku larang Karina nikah sama orang brengsek kayak kamu!" aku menghentikan ucapanku sebentar untuk menarik nafas dalam. Aku melihat ekspresi wajah Dennis yang sulit untuk diartikan. Dia hanya diam.

"Mungkin aku terlalu naif, karena berpikir kalau kamu udah bukan Dennis si cowok brengsek yang dulu aku kenal. Aku kira cinta kamu tulus sama Karina, tapi ternyata aku salah. Salah besar. Karena aku udah membiarkan temanku menghancurkan hidupnya sendiri. Aku bahkan enggak pantas disebut sebagai temannya Karina. Karena aku udah enggak jujur sama dia, dan enggak bisa melindungi dia dari kejadian kayak gini." suaraku mulai serak. Semakin banyak air mata yang mengalir semakin sesak nafas ini.

Aku menghela nafas panjang, dan menghapus air mataku yang mengalir untuk terakhir kalinya.

"Ini kesempatan kamu Dennis. Pergi dan minta maaf sama Karina. Cobalah jadi pria yang pantas untuk Karina banggakan, sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anak kalian. Karena mungkin waktu kamu kurang dari sembilan bulan." ujarku yang memberi Dennis peringatan.

"Maksud lo?" Dennis terlihat bingung dengan ucapanku terakhir itu.

"Karina lagi hamil, Dennis." setelah mendengar ucapanku, Dennis langsung berdiri dan menatapku dengan raut wajah yang tidak percaya dan kehilangan kata-kata.

"Kalau kamu memang pria sejati. Coba perbaiki masalah kalian ini, dan berhenti kabur." aku merasa sudah tidak ada kata lagi yang ingin aku ucapkan kepada Dennis.

SEMPURNA [END]Where stories live. Discover now