part 6

19.1K 530 4
                                    

Melvin POV.

Aku tersenyum melihat punggung yang tadinya mulus putih sekarang menjadi merah karena bekas karyaku.

Aku tersenyum saat tidak ada penolakan sama sekali dari dia. Walau pun aku tau dia bisa menolakku dan saat ini dia hanya milikku saja.

Mengingat beberapa hari lalu baru saja aku bertemu dengannya langsung. Dulu nenek sering mengirimiku fhotonya saat dia kecil hingga sebesar ini.

Aku terpanah saat nenek mengirimkan fhotonya hanya memakai kemeja cewek dengan panjang setelah paha, rambut cepol tanpa make up terlihat cantik. Fhotonya saja aku masih punya.

Ku akui aku mencintainya sejak kedatangan fhoto itu. Tapi karena jarak dan dia juga tidak di ibu kota, akhirnya aku mengiyakan perjodohan ini dan membuat dia pulang ke ibu kota.

Pertama, saat dia masuk ke sekolah aku sedikit kesal dengan dandannya ala korea selatan itu membuat semua para lelaki menatapnya.

Aku sangat tidak suka, hingga aku berada di rooftop. Dan dia bersama dengan Nabila incaran Gabriel dari kelas 1 dulu tapi dia tidak bisa mendapatkannya.

Awal pertama bertemu aku menatapnya saja, karena Vania selalu mengulat padaku.
Dia juga menatapku, dan aku hanya menatapnya tajam.

Tapi anehnya itu mampu membuatku jantungan, dan lagi aku langsung mempercepat acara tunangan ku pada malam harinya.

Bagaimana? Simple kan karena aku mau memilikinya sepenuhnya. Atau anggap saja aku gila karena meminta ini terlalu cepat, entah lah apa yang dulu ku pikirkan, aku hanya ingin dia begitu saja.

Saat bertunangan dia sedikit kaget menatapku, bahkan minuman yang dia bawa saja tumpah dan untung saja pecahan kaca itu tidak mengenai kaki nya.

Dan aku sangat berterima kasih pada Oppa yang menyuruhku membawa masuk kedalam kamar.

Tentu saja aku langsung membawa dia ke kamarku. Lantai dua hanya ada kamarku dan juga beberapa ruangan. Dan aku tidak mungkin emngajaknya pergi kekuatan itu. Apa lagi disana tidak ada ruang tamu.

Ingin rasanya aku melahap itu semua. Apa lagi saat dia membalas ciuman ku. Ah sial siapa yang mengajarinya berciuman semanis itu? Dia terlalu pandai berciuman sampai aku tidak mau melepas semuanya.

Tapi tidak bisa ku pungkiri jika bibir merah delima itu membuatku ketagihan. Dan kali ini aku memilikinya.

Dia itu pemalu dan pendiam dan juga menurut. Aku suka wanita seperti itu. Dari pada wanita yang terus bergulat dan mendekatiku, sungguh aku sangat risih dengan semua wanita yang seperti itu.

Tiba-tiba aku merasakan dia mengeliat dari tidurnya dan berubah menjadi terlentang sedang mengucek kedua matanya.

"Udah pagi ya." tanyanya dengan suara serak khas orang bangun.

"Bukan pagi, tapi siang." jawabku seadanya. Karena memang ini sudah tidak pagi lagi, mengingat sekarang sudah jam 12 siang.

Dia terjingkat dan langsung terduduk, hingga selimut yang menutup tubuh polosnya melorot dan hampir saja menampilkan dua gundukan padat yang semalam aku mainkan.

Aku menelan salivaku dan mencoba menetralkan hawa nafsuku dengan cara duduk di sampingnya, setenang mungkin.

"Ah maafkan aku, aku terlalu kaget." ucapnya dan mencoba membenarkan letak selimut itu hingga tertutup hingga pundaknya.

Aku tertawa apa dia lupa jika semalam aku sudah melihatnya? Aku menarik selimut itu untuk mengodanya dan membuat dia menarik balik selimut itu dan membuatku semakin tertawa.

Most Wanted Is My Hubby (Tersedia Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang