BAB 2

6.1K 561 18
                                    

Nina menatap kagum gadis berambut panjang itu dan tangannya bergerak membelai permukaan kanvas itu, merasakan betapa nyatanya wajah cantik itu di matanya. Dia mendekat dan mencoba mencari tahu pelukis yang menciptakan lukisan indah itu. Dia menunduk dan menemukan goresan kuas dengan garis tipis singkat. Nina membungkuk dan menurunkan ujung jarinya pada goresan nama sang pelukis dan mengeja tulisan pendek yang nyaris berupa garis tajam. "A...li...Ali..." Nina menegakkan punggungnya dan tersenyum cerah.

Dia menatap kembali lukisan gadis cantik itu dan berkata lirih. "Kamu ada kan? Aku akan menemukanmu dan menjadikanmu model gaun pengantinku. Karena Cuma kamu yang pantas."

Nina membalikkan tubuhnya dan mencari petugas galeri dan bertemu dengan seorang wanita berkacamata yang sedang menggantung sebuah lukisan lainnya. Dia mendekat dan menyapa ramah. "Bonjour, Madame..." Nina membungkukkan tubuhnya dan tersenyum.

Wanita berkacamata itu menoleh dan menjawab sapaan Nina dengan sama ramahnya. "Bonjour, mademoiselle. Apa ada yang bisa kubantu?" dia menatap Nina dari balik kacamata beningnya.

"Apakah aku boleh bertanya tentang salah satu lukisan di sini, Madame?"

"Oui. Lukisan yang mana?" wanita itu melepaskan tangannya dari sisi lukisan yang berhasil digantungnya.

Nina melirik lukisan yang dikaguminya yang berada di bagian dalam ruangan dan menjawab dengan riang. "Lukisan gadis berambut panjang di deretan paling belakang. Ma Belle, Natalie. Apakah aku boleh tahu di mana aku bisa bertemu pelukisnya?" jantung Nina berdegup tak sabar menanti jawaban wanita berkacamat di depannya.

Wanita itu menoleh ke arah lukisan yang Nina maksudkan dan dia kembali menatap gadis lincah yang ada di depannya itu. Dia menatap gadis itu dengan tatapan penuh pengertian dan rasa iba. "Maaf, Nona. Pelukisnya menutupi identitas dirinya. Tak ada yang pernah bertemu dengannya bahkan tempat tinggalnya. Maafkan aku." Dia meminta maaf dan tersenyum hangat.

Nina tidak percaya bahwa si pelukis tak diketahui oleh petugas galeri. Jika demikian bagaimana bisa lukisannya bisa terpajang di geleri tersebut. Karena pemikiran itulah, Nina memegang lengan wanita berkacamata itu. "Bagaimana mungkin sang pelukis menutupi identitasnya sementara lukisannya bisa tergantung di galeri ini?"

Dia menatap wanita berkacamata itu dan mendapati keraguan di sepasang mata hijau itu. "Anda tahukan? Bisakah aku menemukannya? Ali. Nama pelukisnya Ali kan?" jujur hati Nina begitu menggebu-gebu.

Wanita itu bisa melihat sinar mata penuh harapan di sepasang mata yang berbinar ceria itu. Namun seluruh petugas galeri sudah mendapat pesan dari kurator galeri bahwa sang pelukis Ma Belle, Natalie tak ingin dirinya diketahui dunia.

Sang pelukis menutupi identitasnya dan bersembunyi di balik lukisan indahnya. Yang ingin bertemu dengan sang pelukis bukan hanya gadis manis belia di depannya, sudah banyak yang ingin bertemu dengan pria tertutup itu, namun semuanya harus puas hanya bertemu dengan Tuan Benoit.

"Jika kamu ingin membeli lukisannya, aku akan segera membungkusnya dan bawalah ke kasir..."

"Tidak! Tidak! Aku ingin bertemu dengan pelukisnya! Aku ingin dia memberitahuku di mana keberadaan gadis yang menjadi modelnya." Nina membantah dengan antusias sehingga membuat wanita di depannya melongo.

"Apakah kamu berpikir bahwa gadis yang dilukisnya nyata? Oh, sayang...tak ada wanita sesempurna wajah Ma Belle, Natalie. Dia hanya hasil imajinasi si pelukis." Mau tak mau wanita itu tersenyum, memaklumi sikap percaya diri Nina yang mengatakan bahwa model di dalam lukisan ada di dunia nyata.

Lama kelamaan Nina menjadi jengkel atas jawaban dan respon wanita di depannya. Dia mencucutkan bibirnya dan menunduk dengan kecewa. Dia menghela napas dan mengangkat sekilas pandangannya dan bergumam. "Anda sama sekali tidak tahu bahwa aku amat membutuhkan si pelukis..." Nina menarik napas dan memutar tubuhnya. "Mercy, Madame."

LOVELY KARENINA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now