"Oh iya sampai lupa, Saya Alif," ucap Alif.

"Oh saya, Henry," balas Henry tersenyum tipis.

"Henny dan Henry? mungkin kalian jodoh," Alif terkekeh geli mengucapkannya sendiri. Kalau di depan Henny dia ngomong begitu pasti semua barang sudah melayang ke arahnya.

"Saya tugas disini, bulan depan sudah selesai dan kembali ke kesatuan di Bandung," terang alif. Henry mengangguk-ngangguk.

"Yaudah sepertinya dari tadi yang bicara cuma saya, saya titip Henny besok saya kembali," Alif berdiri dan meninggalkan Henry sendirian.

"Tolong jaga adik saya, karena saya tidak mungkin menjaganya sekarang," titah Alif.

Henry merasa senang dan sedih dalam waktu yang bersamaan, senangnya saat dia di percaya orang yang paling berhatga dalam hidup Henny, sedihnya dia tidak bisa menjaga kepercayaan itu karena Henny sudah milik Reza.

Dia memandangi langit yang membiru indah. Dan tujuan awalnya untuk datang ke Papua adalah bukan untuk bekerja melainkan untuk menghindari Henny. Namun semakin menghindarinya wanita itu semakin mendekatinya.

**

Pagi-pagi sekali Henny mencari Henry di bangunan yang sebelumnya didatanginya dengan tas ransel yang bertengger cantik di bahunya.

Henry tidak ada di sana, setelah dia bertemu Octho, Octho berkata kalau Henry ada di hotel yang sama dengan Henny.

Menunggu kedatangan Henry, Henny berjalan keluar gedung itu dan melihat pemandangan di luar yang sangat indah.

Dia menghirup dalam-dalam udara pagi ini. Dia memejamkan matanya.

"Disini indah, kan?" suara itu membuat Henny ingin selalu terpejam. Dia takut kalau membuka mata, semuanya lenyap begitu saja.

"Hm," jawab Henny singkat.

Henny mau tak mau membuka matanya. Dia tak mau menatap orang di sebelahnya itu. Dia sudah memantapkan dirinya untuk pergi hari ini juga.

"Aku datang kesini karena aku mau jelasin sesuatu," ucap Henny. Henry sudah menatap wanita di sebelahnya itu dan begitu nyaman terasa di hatinya.

Henry tak menjawab, jadi Henny menganggap itu adalah kesempatan yang diberikan Henry untuknya.

"Tapi sepertinya penjelasanku tidak begitu penting lagi," Henny menoleh ke arah Henry dia melempar senyum manisnya. Dan membalikkan badannya.

"Maaf sudah menggangumu ya, aku harus pergi sekarang!" Henny menundukkan kepalanya dan menatap dalam Henry untuk terakhir kalinya. Mungkin saat dia kembali ke Jakarta mereka sudah kembali menjadi dua manusia yang tidak saling mengenali.

Henny berjalan menjauhinya,

'Tahan please!'

Harapan tinggal harapan, Henry membiarkan  Henny pergi begitu saja. Dengan langkahnya yang cepat Henny sudah di tunggu Octho untuk mengantarnya ke bandara yang memakan waktu lima belas menitan saja.

Tanpa suara tanpa tanya, mobil melaju meninggalkan tanah ini, padahal dia berharap Papua akan menjadi sebuah cerita indah padanya. Namun, semua tak seperti ekspektasi.

'Goodbye Love, i'll be missing you'

Henny sudah tiba di Bandara, dengan tas ransel yang dari tadi bertengger di bahunya.

Dengan cepat dia menuju pesawat yang akan membawanya ke Jakarta. Dari Sorong ini akan transit ke Makassar setelahnya baru ke Jakarta. Rute yang panjang, empat jam perjalanan.

Tak menunggu Lama, panggilan kepada penumpang untuk perbangam tujuan Jakarta sudah waktunya untuk melakukan boarding. Henny melangkah terasa berat tapi mau tak mau.

You're My Propeller (Completed)Where stories live. Discover now