"Ky, sudahlah Lo lihat gue. Gue 5 tahun lebih tua dari Lo. Gue single, dan Gue bahagia. Punya pasangan bukan segalanya Ky, Lo liat Mbak Ning. Dia punya pasangan dan Lo liat gimana setiap hari dia datang ke kantor dengan muka sembab. Habis nangis".
Pagi itu Dwi dan Risky, sedang merapikan makeup di toilet kantor. Dwi paham betul bagaimana perasaan Risky saat ini. Beberapa hari yang lalu, kisah cintanya kandas. Ayah Risky tak merestui hubungannya dengan lelaki yang menjadi kekasihnya selama tujuh tahun belakangan.
"Iya Kak, Gue udah ga papa sekarang." Risky mengeluarkan lipstick Red Forever, mencoba menyembunyikan guratan kesedihannya lewat lisptik merah menyala pada riasannya hari ini.
"Ky, Lo itu talented marketer. Karir Lo bagus, Lo di sukai semua customer dan manajemen perusahaan ini. Nothing to worried Ky. Gue adalah orang yang percaya, orang yang baik-baik pasti jodohnya orang baik-baik juga. Dan, ridho Allah bergantung pada ridho orang tua Ky.". Dwi mencoba menghibur Risky, juga menghibur dirinya. Ada kegetiran di mata Dwi, dia mencoba menangkan dan menghibur Risky padahal perihal jodoh sesungguhnya dirinya juga tidak lebih baik dari Risky.
"Ky, Gue duluan ya. Mau nyiapin meeting sama direktur supervisi jam 9 nanti". Dwi berlalu meninggalkan Risky yang masih melihat lurus kearah cermin. Bukan hanya memastikan apakah make upnya sudah rapi, tetapi memastikan apakah dirinya telah siap menghadapi satu hari lagi sendiri.
"Aku harus kuat. Bukankah dulu awalnya aku berjuang sendiri. Bukankah dulu awalnya aku wanita mandiri yang berjuang untuk mimpi. Bukankah dulu, aku wanita yang tegas terhadap diriku sendiri. Aku tidak boleh menangis lagi. Aku berjuang sampai titik ini karena keluarga, karena orang tuaku. Aku tidak akan mengkianati mereka. Hari ini, aku harus kuat". Risky mencoba meyakinkan hatinya, menyakinkan dirinya akan baik-baik saja.
"Kak, ini hasil meeting dengan manajemen kemaren. Kita harus mapping lagi potential customer kita. Manajemen pengennya, kita ubah target market jadi perusahan-perusahaan negara. Menurut mereka secara risiko akan lebih aman bagi Bank kita apalagi sekarang dengan kebijakan regulator yang sering berubah-ubah seperti saat ini.". Tika memberikan notula rapat dan mulai berbicara panjang lebar ketika Risky duduk di meja kerjanya. Tika duduk di samping kiri meja Risky. Dalam ruangan itu hanya ada meja mereka berdua. Kebijakan perusahaan mengatur penugasan satu marketer, satu admin, untuk menangani satu wilayah dan satu bidang bisnis. Risky dan Tika adalah tim corporate relationship dengan bidang bisnis penghimpunan dana dengan target market perusahaan swasta dan perusahaan negara. Tim ini juga membawahi kantor wilayah area Jabodetabek.
"Aku setuju Tik, kamu sudah informasikan ke cabang-cabang kita?. Kita harus segera mulai bergerak akhir tahun sebentar lagi. Tik, hari ini aku ada jadwal visit ke perusahaan gas dengan Tim pembiayaan Komersiak. Sepertinya perusahaan itu butuh dana segar untuk proyek-proyek infrastrukturnya." Risky membereskan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk presentasi nanti. Kemudian, dia menghubungi tim pembiayaan untuk menanyakan persiapan mereka.
"Kak, are you okay?. Sorry kak. Aku liat kakak bekerja terlalu keras beberapa minggu ini. Kakak selalu pulang diatas jam 10 malam. Aku gak mau kakak sakit". Tika masih berdiri melihat Risky yang sibuk dimejanya, menatap sedih wanita yang dianggapnya sebagai kakak sendiri.
Risky menghentikan kesibukkannya sebentar, mengalihkan pandangannya ke Tika. Dia mencoba menghentikan obroloan selanjutnya yang dia yakin akan lebih sedih lagi. Risky berdiri dan memeluk satu-satunya wanita yang memperlakukannya sebagia kakak di kantor ini, "Sayang, I am Ok. Belakangan aku lebih sering lembur, karena akhir tahun akan semakin dekat. Kamu tahu kan target kita yang semakin menggila dan tuntutan manajemen yang ingin agar bisnis perusahaan kita lebih berkembang. I'll be Ok if you are here adik kecil. Sekarang kita fokus kerja ya, kamu bantu aku supaya semuanya berjalan baik".
YOU ARE READING
25 ++ & Single
Short StoryUsia 25 tahun bagi wanita merupakan momen melepaskan masa lajangya. Namun apa jadinya, jika takdir menunjukkan kuasanya? Bagaimana jika di usia 25 tahun, seorang wanita belum juga menikah? Kumpulan Cerpen tentang wanita-wanita yang "memilih single...
