Jimin Is Older

9.1K 1.4K 76
                                    

Entahlah, Jungkook sendiri tidak mengerti mengapa sekarang ia berlari menuju ke kamar. Seakan enggan melewatkan momen pertemuan dengan orang bernama Park Jimin.

Jungkook membuka pintu pelan, masuk tanpa suara. Meletakkan alas kaki di sebelah pintu. Terdengar suara kran air terbuka.

Jimin di kamar mandi ternyata.

Jungkook berdehem sendiri. Tidak sadar kalau keadaannya sedikit konyol sekarang.
Menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Jungkook memutuskan menunggu Jimin dengan duduk di atas tempat tidurnya.

Dua buah buku yang tertumpuk di atas tempat tidur Jimin menarik perhatian Jungkook. Mengundang untuk diperiksa. Pada sampul tertulis 'Berbagi dengan Teman Sekamar'. Senyum simpul mengembang di bibir tipis, Jungkook hampir beranjak untuk melihat judul buku dibawah tumpukan pertama sebelum pekikan kecil dari arah lorong pendek mengalihkan atensinya.

Park Jimin berdiri disana dengan wajah shock. Rambut pemuda kecil itu terlihat basah. Ia mengenakan piyama berwarna abu-abu. Cocok untuk kulitnya yang seputih susu. Jungkook memuji dalam hati.

"Hai, k-kita sudah bertemu sebelumnya."

Jungkook benci terlihat canggung. Karena tangannya akan spontan menyentuh rambut atau membuat gerakan tak perlu lainnya. Pemuda berwajah rupawan itu meneguk liur kaku. Memerhatikan Jimin yang terlihat berpikir sekarang. Sampai akhirnya si pirang menepuk tangan tanda ingat sesuatu.

"Kita bertemu di depan perpustakaan."

Suara Jimin terdengar seperti lonceng bagi Jungkook. Mengundang senyum di bibir yang berkedut menyenangkan. Tatapan Jungkook melembut tanpa sadar.

"Syukurlah kau ingat." Jungkook menghela napas. Tawa Jimin pecah. Mereka terlihat sudah kenal begitu lama, padahal baru bertemu hari ini.

"Kalau kau bisa masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu, berarti kau Jeon Jungkook yang akan jadi teman sekamarku. Benar?"

Dibalas anggukan. Jimin tersenyum puas. Mengambil duduk di atas ranjang. Kemudian tersadar dengan buku yang ia letakkan disana.

"Oh astaga. Jeon, ini memalukan."

Jimin berusaha menutupi judul buku yang ia pinjam di perpustakaan. "Aku hanya gugup karena akhirnya bisa memiliki teman sekamar setelah setahun sendirian."

Tawa kecil Jungkook terdengar. "Jimin, aku sudah membaca judulnya kalau kau mau tahu."

Yang berambut pirang mendengus. "Aku memang ceroboh dalam beberapa hal, kuharap setelah ini kau maklum."

Dibalas anggukan, Jungkook tersenyum penuh arti. "Tidak apa-apa."

Obrolan mereka berhenti disitu. Selanjutnya Jungkook hanya duduk menatap Jimin yang beranjak meraih handuk. Mengeringkan rambut pirangnya di bawah AC. Dalam hati, Jungkook mengagumi pemuda bermarga Park ini. Bagaimana bisa ada orang seunik ini? Meskipun tubuhnya kecil, Jimin bergerak dengan cepat dan gesit. Memiliki suara cempreng sekaligus enak didengar. Terlebih saat ia tertawa. Jimin memiliki mata indah yang bisa tersenyum, susunan gigi tak rata namun justru menggemaskan.

"Jungkook? Kau sudah bertemu dengan Namjoonie hyung? Maksudku Kim Namjoon hyung, ketua asrama C."
Satu alis Jungkook bergerak naik.
Namjoon?
Oh, pemuda berwajah sangar yang tabiatnya berlawanan dengan wajah.

"Sudah."
Jimin mengangguk angguk. Meletakkan handuk ditempat semula. Kemudian berbalik kearah Jungkook.

"Kau kelas berapa?" Jimin duduk bersimpuh di ranjangnya.

"Aku kelas sebelas"

Kaget, Park Jimin membuat o bulat dengan bibir tebalnya "Kalau begitu, Aku adalah hyung-mu." ucapnya bersemangat. Suatu kepuasan tersendiri bagi Jimin saat menyebut dirinya sendiri hyung.

"Aku kira kita seumuran." Jungkook mengangkat bahu. Berpikir kalau Jimin lebih cocok jadi adik kelas karena ukuran tubuh dan sikapnya yang terlihat 'imut'.

"Aku berpikir begitu sebelumnya." yang lebih tua berkacak pinggang angkuh tapi lucu bagi Jugkook. "Nah, Jungkookie akan kukenalkan dengan anak-anak asrama lain malam ini. Kau pasti menyukai mereka. Tapi sebelum itu-" Telunjuk pendek Jimin mengarah ke lorong pendek menuju pintu kamar mandi.
"Kau harus membersihkan diri. Aku akan membereskan kamar kita."

Apa-apaan nama itu?
Jungkookie?
Terkekeh geli, Jungkook memilih mengangguk patuh dan berlalu ke kamar mandi tanpa banyak bicara.
Meninggalkan Jimin yang mulai sibuk mencari sapu.

Ayah, seperti pilihanmu untuk memindahkanku ke asrama ini tidak terlalu buruk.

Tbc

NORMAL (Completed)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu