1%

13 1 0
                                    

hai namaku Aqira Tika Shantikha. aku biasa di panggil tika sama teman sekolahku. Ayah udah lama di kebumikan dan sekarang aku hanya merawat ibu yang depresi hebat karena kepergian ayah, aku satu satunya tulang punggung keluarga ini. aku punya adik, dia masih kecil dengan umurnya delapan tahun yang masih menginjak sekolah dasar, sedangkan aku sekolah menengah atas. kita keluarga terbuang—dimana akan ada orang di atas awan maka akan ia jilat dan dimana akan ada orang di bawah jurang maka akan ia tendang. Begitulah hidup yang aku jalani, aku berada di dalam jurang yang curam, sekali kau nekat menyentuh dinding itu maka kau akan terluka hebat dengan paku yang menancap dan sudah berkarat dan masih bisa menggerogoti kulitmu hingga terkelupas.

Mengerikan bukan.

Akan tetapi jika kau masih di bawah maka akan ada banyak hewan buas yang sedia menyantapmu kapanpun.

Aku harus mencari jalan keluar dari jurang labirin gelap ini dengan menuntun ibu dan Asye—adik kecilku.







——————————%SATU%————————





"Tika!" panggil salah satu guru di depan yang sedang menggunakan microfon, seluruh siswa sentak berbisik satu sama lain—menggunjing pemunya nama tersebut.

Tika  gemetar seiring terdengar orang orang di sekitar memandangnya dengan sinis dan rendah terhadap dirinya. Maju-tidak-maju-tidak, itulah yang sedang tika pikirkan saat ini. Akan dirobek lagi kah sepatunya yang sudah mengusang? Tika menoleh menatap sepatunya meringis kecil, ia sudah mengganti sepatunya dengan sebuah gaji bulan ini, dan ia tidak mau sepatu barunya akan di robek oleh teman-temannya.

Apa masih pantas mereka di sebut teman?.

Tika menggeleng kecil, ia berjalan kedepan dengan secara perlahan dan gemetar, seluruh badannya mendadak dingin seperti bongkahan es yang menggumpal. Harus apakah ia sekarang?. Semuanya terhenti ketika tika tepat berada di tengah kumpulan siswa dan siswi yang masih berbaris rapi. Upacara hari ini menegangkan bagi seorang yang sering di jadikan bahan pembullyan sekolah.

Tika apa yang kau lakukan terhadap mereka sehingga mereka membencimu amat dalam?

Diam, itulah yang tika lakukan.

Paras cantik dengan bibir pink dan wajah yang putih seputih kapas dan lugu, baik, ramah dan selalu peduli terhadap siapapun, tika tak memandang seseorang dari apapun. Laki laki juga tak mampu berbohong dengan kecantikan dari seorang tika yang menggiurkan bagai makanan lezat yang sudah mulai tercium harumnya dan akan sia-sia jika di biarkan dan membiarkan air liur mereka bertaburan.

Namun mereka samanya hanya menyukai dalam diam. Tak berani mengungkapkan perasaannya dan tidak siap pula dengan hukuman dari Shania— ketua geng di sekolah yang paling populer. Dia di bawah tika, jelaslah tika yang menang dalam segala hal namun tika memang kalah dalam permainan kelicikan, lagipun ia tak membutuhkannya. Shania selalu mempunyai ide cerdik dan jitu untuk mengganggu tika dan membully tika secara terang-terangan.

Pihak sekolah juga tak mampu berbuat banyak dengan Shania, kedua orangtuanya adalah donatur terbesar dan merupakan pemimpin wakil sekolah ini.

Tika kembali meneteskan air keringatnya yang sudah bercampur debu di dalam keningnya yang tak terpoles apapun. Namun tetaplah nampak cantik sekali. Bergetar terus, tika mulai diam dan membungkam mulutnya dengan menggigit bibir bawahnya dan menunduk dalam dalam.

"Tika, menghadap ke kamera!" ucap bu Nurma dengan lembut dan mengarahkan kamera pada tika dan pak kepala yang sama sama tengah berpose dengan memegang piala besar dan parcel yang di pegang oleh bu Ratih. Jantung tika seakan meninggalkan tempatnya hari ini, ia sudah sangat lemas dan memikirkan apa yang terjadi setelah ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BITTER TERRIFICWhere stories live. Discover now