15

620 76 35
                                    

"Ota, kita ke kelas yuk." Gracia masih Setia memeluk sambil mengelus kepala Okta yang masih menyandar di perutnya.

"Nona Gracia. Biar saya yang mengurus tuan muda Okta." ucap Archy yang entah sejak kapan berada di belakangnya.

"Saya di panggil kesini oleh ayah." ucap Archy yang seperti mengerti kebingungan Gracia.

Archy pun memapah Okta di bantu oleh Gracia.

"Nona Gracia? Tuan muda? Ada hubungan apa mereka sebenarnya?" batin Aurel.

Archy membawa Okta menuju UKS, karena tubuh Okta yang lemah.

"Maaf, anda siapa?"tanya Archy saat melihat Nadse ikut masuk keruangan itu.

"Gue teman Okta sama Gracia." Archy tampak menganggukkan kepalanya.

"Kenapa bisa terjadi seperti ini Nona?"

"Dia marah setelah membaca berita soal aku dan cici Shani. Aku gak nyangka kenapa dia bisa sampai semarah ini." lirih Gracia.

Archy melirik sejenak kearah wanita yang berdiri tidak jauh dari Gracia.

"Apa dia bisa di percaya?" Gracia menoleh kearah Nadse.

"Kenapa sih?" Nadse merasa risih di tatap oleh Gracia dan Archy.

"Saya akan memberitahu sesuatu tapi saya ingin anda merahasiakannya meski nyawa anda taruhannya." ucap Archy.
Nadse tampak gugup dan takut. Namun akhirnya ia mengangguk.

"Baiklah, anda bisa menanyakan apa yang ingin anda ketshui pada nona Gracia. Tentang siapa Tuan muda."

"Dan untuk anda Nona. Anda itu bagaikan sebuah kehormatan untuk tuan muda. Merendahkan anda sama saja merendahkan harga dirinya. Dan itu sangat tidak termaafkan bagi seorang panglima seperti tuan muda. Wajar jika dia semarah itu, bahkan mungkin tadi ia sudah berusaha keras untuk tidak mengamuk di tempat ini."
Ucap Archy.

Gracia dan Nadse di buat terkejut oleh suara napas Okta yang terlihat memburu secara tiba-tiba. Matanya terpejam namun ia terlihat gelisah, tubuhnya pun mulai basah oleh keringat.

"Tolong kunci pintunya." pinta Archy. Nadse pun berlari untuk menutup pintu, Archy buru-buru membuka baju sekolah Okta. Menyisahkan celananya.

"Bertahan tuan muda." ucap Archy. Lalu di tangan kanan Archy mulai di selimuti oleh api biru.
Erangan kesakitan Okta terdengar memenuhi ruangan saat api biru itu menyentuh tepat di bekas luka cap kerajaan.
Gracia hanya mampu menangis dalam diam di sampingnya Nadse merangkulnya untuk menguatkan sahabatnya itu.

Meski kejadian ini masih tidak bisa ia percaya, namun Nadse memilih diam dan terus memperhatikan. Dalam hati ia terus bertanya 'siapa mereka sebenarnya?'.

Tak lama api biru itu mulai menghilang dari tangan Archy, bersamaan dengan tenangnya Okta.

"Ota kenapa? Dia baik-baik aja kan?" tanya Gracia.

"Saya tidak bisa menjelaskannya. Yang jelas ini bukanlah pertanda baik. Saya titip tuan muda, saya harus menemui ayah sekarang juga." pamit Archy.

"Ah, satu lagi. Setelah saya keluar, jangan bukakan pintu pada siapapun kecuali tuan muda Vino, ayah atau saya. Anda mengerti kan?" ucap Archy sebelum ia benar-benar pergi.

Nadse pun kembali menutup pintu UKS setelah Archy keluar, dan kembali ke samping Gracia.

"Sebenernya ada apa sih Gre? Gue bingung deh." ucap Nadse.

Gracia duduk di kursi samping ranjang UKS tempat Okta beristirahat sedangkan Nadse duduk di seberangnya sambil menunggu cerita Gracia.

"Kalau gue ceritain lo jangan ketawain gue ya. Dan janji jangan bilang ke siapapun." Nadse mengangguk patuh.

The Angel Fall In Love [END]Where stories live. Discover now