25

506 77 7
                                    

"Ota.. Udah siap belum?"

"Sebentar" mendengar jawaban dari Okta, Gracia memutuskan untuk ke meja makan lebih dulu.

"Okta mana Gre?" tanya Shani.

"Sebentar lagi katanya" Gracia langsung duduk di kursinya.

"Selamat pagi." sapa Vino lalu mencium pipi Shani.

"Pagi juga kak" Shani pun melakukan hal yang sama.

"Ci Shani doang nih yang di sapa?" sindir Gracia sambil memakan rotinya.

"Pagi Gracia." ucap Vino.

"Pagi juga kak Vino."

"Apa aku juga harus menciumnya sepertimu tadi?" tanya Vino.
Baik Gracia maupun Shani langsung menatap Vino.

"Aku akan melemparkanmu kursi itu jika kau berani melakukannya." ucap Okta yang baru saja ikut bergabung di meja makan.

"Pagi Gre" sapa Okta sambil mengusap kepala Gracia.

"Pagi Ota, mau aku buatin.. Loh, kok mata kamu biru lagi?" kini Gracia menangkup wajah Okta dan memperhatikannya lebih jelas. Dan penglihatannya tidak salah. Mata Okta berubah menjadi warna biru, tidak berwarna hitam seperti biasanya.

"Entahlah, biarkan saja. Lagipula aku tidak apa-apa." Shani menoleh kearah Vino. Tapi nampaknya tak ada yang berubah dari mata Vino. Lalu ada apa dengan Okta?

"Aku akan menyiapkan mobilnya. Kalau kau sudah selesai sarapan, cepatlah keluar." ucap Okta setelah menghabiskan minumannya dan mengecup kening Gracia kemudian berjalan keluar.

"Cepet habisin sarapannya, kasian Okta kalau nunggu lama." Gracia mengangguk lalu mengambil dua lembar roti, kemudian mengoleskan selai coklat seperti kesukaan Okta lalu membawanya keluar setelah berpamitan kepada kakaknya dan juga Vino.

Gracia menyuapi Okta dengan roti yang tadi dibawa nya, sedang Okta sendiri fokus memperhatikan jalanan.

"Ota.. Ota beneran gak apa-apa kan?" tanya Gracia saat mereka tiba di parkiran sekolah.

"Aku sehat-sehat saja, tidak perlu khawatir." jawab Okta.
Mereka pun berjalan bersama menuju kelas.
~~~

Pelajaran berjalan dengan tenang dan seperti biasanya.

"Materi hari ini sudah selesai. Tapi masih ada 20 menit lagi sebelum jam mengajar saya habis. Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol aja? Biar sekalian bisa santai."ujar pak Yoan selaku wali kelas mereka. Pak Yoan terkenal sebagai guru yang baik dengan pembawaan yang santai dan tidak mudah marah. Membuatnya di senangi oleh para muridnya.

"Bagaimana kalau kita cerita-cerita tentang keinginan kalian setelah lulus SMA nanti. Siapa yang mau cerita?" tanya pak Yoan.

"Okta aja tuh pak. Dia kan jarang ngomong dan dia anak baru, siapa tau ada yang sepemikiran dan kita bisa ngobrol banyak." ucap Nadse mulai memancing kehebohan dari para siswi.

"Baiklah, Okta? Ayo ceritakan, apa rencana kamu setelah lulus dari SMA nanti. Walaupun masih satu tahun lagi, tapi waktu itu kan berlalu dengan cepat." ucap Pak Yoan.

"Setelah selesai sekolah saya ingin menikah pak" jawab Okta dengan polosnya.

'Tepat seperti dugaan gue.' batin Nadse. 

Pak Yoan yang sebelumnya sempat berbicara pada Delion pun tersenyum tipis mendengar ucapan polos dari muridnya yang satu itu.

Delion memang tidak membongkar jati diri mereka dan tidak menggunakan sihir untuk memanipulasi pikiran Yoan. Tapi Delion mengatakan pada Yoan untuk memaklumi cara bicara dan juga kepolosan Tuan muda nya itu karena di tempat ia di besarkan sedikit berbeda dengan di tempatnya sekarang.
.
.
Flashback

The Angel Fall In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang