2. An Alien

8.3K 392 21
                                    

Media : Taylor Swift - Look What You Made Me Do

“Jangan terus-terusan bikin naik darah dong, sekali-kali ajak naik pelaminan kek.”

----


“Masuk!” Bella mempersilakan orang yang mengetuk pintu.

“Ini saya, Miss.” Ternyata Devon yang mengetuk pintu. Anak yang sudah membuatnya pusing di hari pertama mengajar.

“Kamu tau kenapa saya minta kamu menemui saya sekarang?” Bella melepas kacamatanya dan menatap Devon serius.

“Mungkin, Miss kangen sama saya,” jawab Devon mengangkat bahu.

Bella membuang nafas kasar, ia kehabisan akal menghadapi anak nakal seperti Devon.

“Devon saya serius!” bentak Bella. “Kamu tau kalo nilai kamu di pelajaran saya kosong semua?” Bella menyerahkan absensi nilai kepada Devon.

“Ya terus kenapa, Miss?” Devon dengan santainya bersandar pada bagian belakang kursi yang empuk.

“Kamu harus kerjakan semua tugasnya, Devon. Kamu itu udah kelas duabelas, apa kamu gak mikir gimana nanti kalo nilai kamu masih kosong begini? Kamu di sekolah ngapain aja sih? Ya minimal kamu salin dari temen kamu lah, daripada kosong begini, ada satu yang diisi pun nilainya gak manusiawi.” Bella menunjuk absensi yang terletak di atas meja.

“Miss, nyontek kan gak boleh, itu cikal bakal korupsi loh, Miss. Emang, Miss ini mau menciptakan calon koruptor buat masa depan?”

“Devon! Bukan itu maksud saya! Ya setidaknya kamu bertanya pada yang lain. Lama-lama saya pusing ngadepin kamu.” Bella menggelengkan kepala.

“Miss jangan mikirin saya makanya, biar gak pusing!” jawab Devon enteng.

Sabar, Bella sabar! Dasar anak alien!” Bella membatin. Oke enough! Back to topic kenapa saya panggil kamu! Bu Aini minta kamu kerjakan semua soal ini, yang dari dulu gak kamu kerjakan sama sekali,” Bella berbicara dengan penuh penekanan.

“Tapi, Miss, saya—“

Bella memotong pembicaraan Devon, “Jangan membantah! Dalam waktu satu minggu kamu harus mengerjakan semuanya!”

“Miss, saya kan gak bisa!” Devon menunduk lesu. Anak yang sejak tadi sibuk menyangkal pembicaraan guru magangnya itu kini hanya bisa menunduk pasrah mendengar kata-kata gurunya itu.

“Saya bilang jangan menyanggah dulu, Devon. Saya yang akan bantu kamu! Setiap jam istirahat temui saya disini! Tanpa bantahan! Tanpa alasan!” emosi Bella memuncak.

“Tapi, Miss. Masa saya gak ada istirahatnya?” Devon tak terima dengan keputusan guru magangnya itu.

“Memangnya saya juga gak kehilangan waktu istirahat saya? Saya juga sama, Devon! Waktu istirahat saya dipake buat ngajarin anak nakal macam kamu! Memangnya saya gak keberatan?” Bella menggebu-gebu.

Devon hanya terdiam melihat guru magangnya yang sudah kehilangan semua kesabarannya.

“Gini ya, Devon! Nanti saya ujian di kelas kamu. Dan saya gak mau nilai ujian saya rendah karena di kelas yang saya pegang ada anak yang bermasalah macam kamu! Kalo kamu gak mikirin nasib kamu ya terserah! Tapi setidaknya kamu mau bekerjasama! Saya gak mau nanti nilai saya cacat dan harus mengulang gara-gara satu orang murid! Saya lebih baik menghadapi seribu murid daripada harus berurusan sama satu orang murid seperti kamu!” Bella mulai berkaca-kaca. Setegas apapun ia, tetap saja sisi perempuannya keluar disaat seperti ini. Perempuan akan menangis ketika menghadapi sesuatu yang sangat menjengkelkan.

My Lovely StudentWhere stories live. Discover now