[21]

2.4K 97 1
                                    

Adam memasuki kelasnya sepuluh menit sebelum bel istirahat berbunyi. Adam meletakkan tas yang ia sandang di atas meja, dan mulai mengecilkan volume suara yang berasal dari ponselnya. Sedari tadi, Adam mendengarkan lagu kesukaannya melalui headset, berharap agar rasa sesaknya berkurang.

"WOOII," ucap Kevin sedikit berteriak dan memukul pundak Adam. Adam tidak menoleh dan memberi respon. Kevin mengangkat sebelah alisnya.

"Lo masih aja galau," komentar Kevin saat melihat raut wajah Adam yang tidak bersahabat. "udah, semua bakal berlalu kok." Sambung Kevin dan menepuk-nepuk bahu Adam dua kali. Adam tetap diam.

Mata Kevin pun tak sengaja menangkap benda yang menutupi lubang telinga Adam. Sedetik kemudian, ia menggeleng-geleng dan menepuk dahinya.

"Lo kok ngomong pake kek ginian," ujar Kevin sedikit kesal dan menarik salah satu sambungan headset itu.

Adam menoleh ke arah Kevin dan menggeram kesil. "Diam lo." Adam memasang kembali benda yang tadinya terlepas dari telinganya.

"Walaupun lo nggak bakal dengar ini, gue mau bilang sesuatu ke lo," Kevin memberi jeda sejenak. "kalau lo benar-benar sayang, lo bakal perjuangin tuh cewek mati-matian." Ucap Kevin yang yakin bahwa Adam tidak akan mendengarkannya, lalu beranjak meninggalkannya.

Gue dengar bego. Gimana gue mau mati-matian buat ngejar cewek yang bahkan nggak pernah respect sama gue. Yang ada gue malah dikubur duluan. Batin Adam geram.

***

Sedari tadi, Misyel mencuri-curi pandang untuk melirik Adam. Misyel takut kalau Adam akan marah padanya pada waktu yang cukup lama. Akhirnya, setelah guru kimia sudah keluar dari kelas karena bel istirahat berbunyi, Misyel berjalan mendekati Adam yang berkutat dengan buku paketnya.

"Dam," panggil Misyel pelan tapi pasti Adam akan mendengarkannya.

Yang dipanggil tidak memberi jawaban. "Adam," panggil Misyel ulang. Namun hasilnya tetap sama.

"Gue enggak ada maksud buat nyakitin lo. Gue cuma main-main waktu itu. Gue kira, Sheila nggak bakal nerima taruhan bodoh gue. Tapi—" ucapan Misyel terpotong saat Adam kembali memasang headset-nya.

Seketika, Misyel berdecih kesal dan melipat kedua tangannya.

Joni yang melewati sisi Misyel, mulai memandangi kedua sahabatnya yang sepertinya sedang memiliki masalah. Joni menangkap wajah Misyel yang sedang kesal dan wajah Adam yang dingin.

Untuk mencairkan suasana, Joni memegang lengan Misyel. "Ke kantin, yok!" Ajak Joni dengan senyum lebarnya. Misyel pun menyetujuinya,

Sesampainya di kantin, Misyel mencari tempat duduk untuk dirinya dan Joni. Sedangkan Joni memesan makanan. Misyel akhirnya mendapat tempat duduk di sudut depan. Misyel duduk dan menunggu Joni membawa makanan.

Sesekali, pandangan Misyel mengarah ke seluruh penjuru isi kantin. Sangat penuh dan ramai. Begitu pikir Misyel.

Lima menit kemudian, Joni datang membawa dua mangkuk siomay dan dua botol minuman dingin.

"Waahh, kuah kacangnya banyak." Komentar Misyel saat Joni menyodorinya satu mangkuk ke Misyel.

"Hehehe, tadi sengaja minta dibanyakin sama Mbaknya." Jelas Joni mengapa kuah kacang siomay milik Misyel lebih banyak daripada punya dirinya.

"Thanks ya, Jon." Misyel mulai memasukan satu-persatu makanan itu ke dalam mulutnya. Dan juga menikmati kuah kacangnya.

Melihat Misyel makan begitu lahap, Joni meletakkan beberapa siomay miliknya ke mangkuk Misyel.

My Bad Girl RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang