Ririana's Life

Mulai dari awal
                                    

"Aya mau Vanilla yah!" ucap Nadivya semangat dan Mas Daniel mengacak rambut Aya juga gue sebelum akhirnya pergi menuju salah satu stand minuman. Gue nyaris misuh misuh.

Untung ngga jadi:)

Jadi gue cuman beresin rambut gue dan Aya.

"Bunda, bunda  Aya kemarin dapet nilai seratus!" ucapnya bangga dan gue yang memang sedang membereskan rambutnya terhenti karena dia mendongak kearah gue. Matanya berbinar binar cerah dan  gue balas dengan tersenyum lembut kearahnya.

"Wah Aya pinter dong. Pelajaran apa sayang?"

"Matematika! Aya paling jago satu kelas bun" ucap Aya bangga dan gue  ketawa kecil. Aya ngewarisin pinternya bunda berarti. Karena gue emang jago mate tapi ngga begitu jago. Sedangkan bunda sendiri dulu guru matematika.

"Aya pinter diajarin siapa?"

"Diajarin Eyang! Eyang pinter banget matematikanya" ucap aya dan kan gue bilang apa. Gue ama abang emang matematika bisa juga karena bunda.

"Aya nanti bilang Eyang uti makasih ya" ucap gue dan Aya mengangguk. Mas Daniel kembali dengan minuman ditangannya. Kopi untuknya dan Vanilla untuk gue dan Nadivya. Salah satu kebiasaan gue yang nurun ke Nadivya ini.

Kalo minum kalo ngga es teh manis pasti apapun yang berhubungan sama Vanilla.

"Makasih ayah" ucap Nadivya dan mas Daniel mengusap rambut Nadivya pebuh kasih sayang.

"Makasih ayah" ucap gue menirukan Nadivya dan mas Daniel mencium pipi gue cepat.

"Mas ih!" jerit gue dan Nadivya yang ada ditengah kami cemberut.

"Aya ngga dicium?" rengeknya dan gue sama mas Daniel segera mencium pipi Aya dikanan dan dikiri.

Nadivya memang kadang sering mencari perhatian semacam ini. Apalagi mas Daniel kadang harus ke German untuk mengurus perusahaan yang menaunginya atau mengikuti seminar seminar sehingga kadang beberapa hari tidak ada di rumah.

Sehingga Nadivya kadang sangat manja kepada mas Daniel ketimbang gue yang Nadivya liat setiap hari.

Karena gue udah ngga kerja, dan memilih membuka restoran mengikuti jejak bunda.

"Ayah gendong" ucap Nadivya dan mas Daniel berdiri. Memberikan kopinya kearah gue dan menggendong Nadivya. Kami segera bangkit dan bersiap siap berjalan lagi.

"Aya mau naik apa?" tanya mas Daniel dan Nadivya menunjuk kearah komedi putar. Dan gue nyaris tertawa karena Nadivya pasti lebih memilih untuk ditemani Daniel ketimbang gue.

"Ayah temenin Aya yaaaa"  mohon Nadivya dan mas Daniel mengangguk.

"Apasih yang ngga buat Aya" ucap mas Daniel dan menghujani Aya dengan kecupan penuh kasih sayang dan mereka lebih memilih untuk mengantri. Sedangkan gue standby disalah satu sisi untuk memfoto mereka.

Kapan lagi liat mas Daniel naik komedi putar.

"Foto sini Aya, ayah" ucap gue dan Aya mandang gue sambil tersenyum bahagia.

"Foto sini Aya, ayah" ucap gue dan Aya mandang gue sambil tersenyum bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Once Again [Kang Daniel] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang