BAB 20

679 61 0
                                    

"She doesn't believe in love." Kata-kata itu keluar dari mulut Dewa ketika Genta bertanya kepadanya apa saja yang ia ketahui tentang Adena.

Genta meneguk jus jeruknya terlebih dahulu sebelum melanjutkan pertanyaannya. Sedikit tidak percaya dengan apa yang Dewa jawab, masalahnya dulu Adena adalah manusia yang sangat percaya kepada hal tersebut. "Lo tau dari mana?"

"Gila! Semua orang juga tau, sampe ibu-ibu kantin juga gue rasa tau. Lo bayangin aja, dari awal masuk SMA nih si Adena udah nolakin sepuluh cowok. Dari yang modelnya cupu, bad boy, idaman satu sekolah, kutu buku, rada bad boy rada pinter semuanya di tolak! Padahal mukanya cakep-cakep semua," ucap Dewa penuh penekanan. "Yang terakhir ditolak tuh yang duduk di belakang lo pakai sweater hitam namanya Ka Rayyan."

Lantas Genta menolehkan kepalanya ke belakang, dan menangkap wajah dengan garis Arab yang begitu kental. Gila! Ia yang masih laki-laki normal saja mengakui kalau Rayyan itu tampan.

"Berarti muka gue cakep banget yak sampe dulu Adena ga kuat buat nolak gue." Satu jitakan kencang mampir ke kepala Genta kemudian. Laki-laki itu tertawa kecil, tapi tidak ayal pikirannya jatuh kepada Adena. Kemarin, Adena pulang dari rumahnya saat matahari terbenam.

Hampir satu hari penuh, Genta dibawa ke masa-masa bersama Adena. Perempuan itu sama seperti dulu--meskipun ada beberapa ekspreksi yang bisa diartikan lain oleh Genta. Misal, saat perempuan itu tersenyum Genta yakin itu hanya tampilan luarnya saja.

"Kampret lo berdua ke kantin ga bilang-bilang," damprat Tristan dari balik tubuh Genta. Disusul dengan Reyner dari arah kanan dan Rifqi yang mengambil tempat duduk di samping Dewa.

Ketiga anak laki-laki itu langsung berunding makanan apa yang akan mereka konsumsi pada jam ke-empat pelajaran ini.

"Nasi kuning gue," ucap Tristan pada akhirnya. "Lo mau ga Rey nasi kuning? Gue beliin dah ikhlas banget gue."

"Ogah, mau lo beliin satu lusin juga gue gamau," tolak Reyner sambil bergedik. Bukan apa-apa, ia memang sangat tidak suka kepada makanan tersebut. Menurutnya rasanya... aneh. "Gue mie ayam aja, Qi."

Rifqi berdiri dari tempatnya, kemudian berjalan ke etalase untuk membelikan apa yang teman-temannya pesan. Sementara di meja tadi, Dewa sedang menjadi bahan bully kali ini.

"Sumpah Wa, gue ngasih tau aja dari sekarang jangan ngarep terlalu tinggi," ucap Genta sambil memegang pundak Dewa sebelum di tepis oleh laki-laki itu.

"Tau lo kampret, mendingan lo sama guru BK aja lebih pantes."

Tristan tergelak, "bunuh gue Wa kalo Tania mau sama lo."

"HAHAHAHAHA."

Topik Tania terhenti begitu saja ketika ponsel Genta bergetar di atas meja. Menampilkan sebuah whatsapp dari display name bernama Nyonya Menir. Reyner sempat melirik sekilas, lalu kembali menatap ke depan ketika Genta mengambil ponselnya.

"Nyonya menir siapa, Ta?" Tanya Tristan. Oh, ia juga melihat.

"Emak gue."

"Masa ya, gue bingung dah," ujar Reyner dengan raut wajah yang menampilkan kalau laki-laki itu benar-benar bingung. Jeda hampir satu menit, seluruh fokus Dewa, Genta, dan Tristan berhasil ia miliki. "Itu nyonya meneer ga pegel apa udah berdiri sejak tahun 1919?"

Lantas, semuanya mengumpat sejadi-jadinya. "Et gue kira apa gitu udah serius banget muka nya!" Decak Dewa sambil tertawa.

Genta tidak bisa lagi mengatakan apapun karena ia masih terus terbahak sambil memegangi perutnya. "Capek gue mah sama lo, Rey!'

-----

Adena tidak bisa menolak tawaran baik Reyner disaat awan sudah tinggal beberapa detik lagi mengeluarkan isinya. Jadi, disini lah ia berada. Bersama Reyner di dalam mobil yang lajunya pelan karena tetesan air hujan mengurangi jarak pandang Reyner.

Salah satu lagu yang keluar dari ponsel yang ia colokon ke tape membuat Reyner tidak bisa menahan suara pas-pasannya untuk ikut bernyanyi.

You, do you remember me
Like I remember you?
Do you spend your life
Going back in your mind to that time?

'Cause I, I walk the streets alone
I hate being on my own
And everyone can see that I really fell
And I'm going through hell
Thinking about you with somebody else

Setelah masuk ke dalam reff, Reyner tidak lagi bernyanyi apalagi melihat Adena yang hampir tertawa di tempatnya. Perempuan itu menoleh ke sebelah Reyner, tersenyum penuh arti sebelum mengatakan sesuatu. "Suara lo ga jelek-jelek banget kok!"

Reyner ikut tertawa. "Itu pujian atau majas ironi nih?"

Adena lagi-lagi tertawa. Efeknya cukup besar bagi Reyner, laki-laki itu tidak lagi memikirkan hujan lebat yang turun. Padahal sebelum Adena berada dalam mobilnya, ia menggerutu betapa sebalnya ia kepada hujan. "Genta siapa lo dah, Na?"

Deg.

Degup jantung itu masih terasa sama seperti dua tahun sebelumnya ketika ada orang lain yang memyebut nama Genta di depannya. Ia tahu ini, ia tahu pasti Genta akan bercerita kepada teman-temannya tentang hubungan apa yang mereka punya dulu.

Somebody wants you
Somebody needs you
Somebody dreams about you every single night
Somebody can't breathe, without you it's lonely
Somebody hopes that one day you will see
That somebody's me.

"Emang lo ga di kasih tau Genta?" Adena balik bertanya. Kalau toh Genta sudah memberi tahu, lalu kenapa Reyner masih bertanya? Apa laki-laki itu hanya sedang basa-basi?

"Dikit doang," jawab Reyner. Laki-laki itu tidak sepenuhnya berbohong karena Genta memang tidak sengaja memberi tahu semalam di group mereka yang mengatakan kalau Adena adalah mantan pacarnya. Tapi, Reyner merasa kalau Adena bukan hanya sekedar mantan pacar bagi Genta. Makanya, ia juga ingin tahu dari sudut pandang perempuan itu sendiri.

You'll always be in my life
Even if I'm not in your life
'Cause you're in my memory
You, when you remember me
And before you set me free
Oh, listen please.

"We were loved each other. Not just the way lovers did, but we were fucking best friends too. Till now, I think my feelings are still same."

Kata itu seperti bumerang yang menusuk-nusuk hati Reyner tanpa ampun. Dunianya seakan berhenti berputar saat melihat manik mata Adena yang kelihatan rapuh. Bukan kah memang pertanyaan itu yang selalu ingin Reyner ajukan? Kenapa, kenapa sekarang saat Adena menjawab, ia malah kecewa? Apakah ini saatnya ia menyerah, toh Genta datang jauh lebih dulu dari padanya.

Somebody wants you
Somebody needs you
Somebody dreams about you every single night
Somebody can't breathe, without you it's lonely
Somebody hopes that someday you will see
That somebody's me.

Keheningan masih menjalar bahkan ketika lagu tersebut telah habis, Reyner tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ada rasa tidak enak yang menjalar dalam hati Reyner. Maksudnya, Genta jelas sangat mencintai Adena, lalu kenapa laki-laki itu malah disini? Meski baru beberapa minggu mengenal Genta, ia tahu kalau laki-laki itu sosok orang yang baik.

Pantas kalau Adena mencintainya.

FernwechWhere stories live. Discover now