BAB 11

691 61 2
                                    

"Dia anak saya, saya berhak bawa dia kesini."

Adena tidak bisa melakukan apa-apa selain duduk bersender di kepala kasur. Mendengar perdebatan orang tua nya di ruang tengah yang mungkin sebentar lagi akan pecah.

Kini usia Adena sudah enam belas tahun, ia mengerti alasan kenapa orang tua nya selalu bertengkar. Tapi yang ia tidak mengerti adalah, kenapa kedua orang itu tetap memilih bertahan walaupun sama-sama menyakiti satu sama lain?

Apakah itu cinta? Tidak, Adena yakin kalau Danu cinta kepada Eca, pria itu tidak mungkin se-enak jidat bermain dengan wanita lain. Melupakan istri nya sendiri. Tidak ada yang nama nya cinta di dunia ini, Adena percaya itu.

"Anak kamu?" Suara dingin milik pria terdengar sampai ke telinga Adena. "Kamu pikir Adena anak kamu?" Ulang Danu.

Adena sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan Ayah nya. Apa maksud kalimat itu? "Mulai detik ini, Adena hanya menjadi anak saya."

"Tidak usah pedulikan Adena, urusi saja wanita-wanita jalang mu."

Plak!

Adena memejamkan mata nya. Ia sangat benci ketika Danu melukai Eca, ia tidak suka, maka dari itu ia sekarang keluar dari kamar sembari membawa piring kaca yang kemudian dilemparkan di dekat tempat dimana Ayah nya berdiri. "Jangan tampar Mama!" Teriak Adena.

Danu bergerak ingin memeluk anak nya, tapi Adena buru-buru menghindar. Perempuan itu memilih keluar dari apartemen untuk tujuan yang tidak ia ketahui.

-----

"I don't know, I just don't know." Reyner tidak tahu apa yang harus di lakukan melihat perempuan di samping nya yang dari tadi hanya berkomat-kamit seperti itu.

Baju bola nya sudah ia ganti menjadi jaket abu-abu, sama dengan celana yang ia kenakan. Tadi laki-laki itu tidak sengaja melihat Adena yang hampir tertabrak mobil yang Reyner kendarai karena sedang menyebrang--atau memang perempuan itu yang sengaja berhenti di tengah jalan sambil terisak.

"Being me hurts too much."

Reyner benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, sejak ia menemukan Adena tadi, perempuan itu sudah terisak. Bahkan saat Reyner mengajak Adena untuk masuk ke dalam mobil nya, Adena tidak melakukan apa-apa selain menurut dituntun oleh Reyner.

Ia tidak ingin mengeluarkan suara, hanya sekedar untuk menyakan apa karena ia sangat mengerti kalau Adena butuh menangis. Tapi, ada sebagian dari dirinya yang meminta untuk menenangkan Adena.

Setelah begulat dengan pikiran nya sendiri, Reyner akhirnya memberanikan diri memeluk Adena dengan tangan gemetar. Laki-laki itu sangat takut dengan apa yang ia lakukan, meskipun ia merasakan Adena balas memeluk nya. Namun ini terasa tidak tepat.

"Sampai kapan gue harus meluk lo?" Pertanyaan polos itu terolantar dari mulut Reyner. Maksudnya, harus sampai kapan ia memeluk Adena? Sampai perempuan itu benar-benar berhenti menangis? Tidak, Reyner tidak sanggup.

Adena tidak menjawab apa-apa, ia malah mengeratkan kedua tangan nya yang melingkar di tubuh belakang Reyner. Ia tidak mengerti bagaimana hidup bisa se-kejam ini.

Dulu, saat umur nya delapan tahun, Adena tidak mempunyai masalah apapun. Keluarga nya harmonis, seperti pada umum nya. Tapi, empat tahun kemudian, semua nya berubah.

Dulu, selalu ada Genta di sisi nya. Entah sebagai teman, atau sebagai pacar. Dua tahun yang lalu, semua nya ikut berubah.

Adena hanya ingin dua hal tersebut kembali. Ia ingin waktu nya kembali. Ia ingin semua yang pernah ia miliki di masa lampau kembali. Ia ingin dirinya kembali.

"Everyone has a problem, so let it go," ucap Reyner. Hanya kalimat itu yang mampu Reyner keluarkan. Selama enam belas tahun hidup nya, ini pertama kali ia memeluk perempuan selain Mama nya--meskipun ada satu orang perempuan yang selalu memeluk Reyner, tapi laki-laki itu tidak pernah membalas. Dan hal ini malah membuat Reyner jadi gemetar sendiri.

"I can't..."

Pelukan tersebut berakhir sepuluh menit kemudian, ketika tangis Adena berhenti. Reyner berkali-kali menawarkan untuk mengantar Adena pulang, tapi perempuan itu menolak. Ia hanya ingin menumpang sebentar di dalam mobil ini, lalu turun dimana saja yang ia mau, bukan rumah nya atau apartemen milik Mama nya.

Reyner menurut, dengan syarat kalau ia harus ikut ke tempat yang Adena mau. Tidak terkecuali. Dan, Adena akhirnya mengiyakan.

FernwechWhere stories live. Discover now